tirto.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar aksi demonstrasi di Monumen Nasional (Monas) untuk menolak pengakuan sepihak dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bahwa "Yerusalem adalah Ibu Kota Israel". Aksi itu akan digelar pada Minggu (17/12/2017).
Ketua MUI bagian Informasi dan Komunikasi, Masduki Baidowi, menegaskan bahwa aksi ini sekaligus untuk mendukung usaha Indonesia menggalang advokasi bagi Palestina di KTT Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Turki. Menurut Masduki, ketika Indonesia sedang berjuang di konferensi negara internasional, umat Islam di Indonesia pun harus bergerak.
Masduki mengatakan pihaknya sudah mengirimkan surat pemberitahuan untuk melakukan demonstrasi itu ke kepolisian. Dia tidak menyebut jumlah massa yang akan terlibat di aksi itu. Menurut Masduki, MUI akan berupaya menggalang massa dari kawasan ibu kota, Banten dan Jawa Barat.
“Ya kita kan menghimpunnya (massa) itu melibatkan Jabodetabek, Jawa Barat, Banten. Tidak bisa diangkakan nanti takutnya terlalu kecil repot, terlalu besar juga repot. Besok baru kita bertemu dan rapat, mungkin besok udah ketahuan berapa (jumlah massa),” kata Masduki saat dihubungi Tirto pada Rabu (13/12/2017).
Ia menambahkan aksi demo itu akan diadakan dari jam 6 pagi sampai selesai dengan batas waktu Pukul 18.00 WIB.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Kombes Pol Iqbal Abduh mengaku belum mengetahui ada surat pemberitahuan yang dikirimkan ke Mabes Polri terkait dengan aksi MUI itu. Meski begitu, ia menegaskan bahwa pihak kepolisian selalu siap mengamankan demonstrasi masyarakat karena sudah menjadi standar operasional prosedur yang berlaku.
“Polda Metro Jaya sudah melakukan perencanaan-perencanaan. Perencanaan itu yang jelas kita lakukan penggalangan komunikasi. Komunikasi agar semua elemen masyarakat yang ingin berunjuk rasa itu paham bahwa unjuk rasa dilakukan boleh, diatur oleh undang-undang, tetapi harus ada aturan,” kata Iqbal di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta.
Selain itu, melihat situasi protes terhadap Amerika Serikat yang masih masif di Indonesia, kepolisian juga melakukan pengamanan khusus di Kedutaan Besar Amerika Serikat.
“Bukan hanya pasang barikade, dan memasang water cannon. Proses pengamanan kita lakukan soft power juga, kita lakukan komunikasi,” katanya. “Khusus di Kedutaan Besar Amerika Serikat jelas, ada pengalihan arus, ada peletakan-peletakan rantai, ada juga berbagai personil pengamanan yang bertindak sebagai negosiator dan sebagainya.”
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom