Menuju konten utama

Deflasi 2024 Imbas Penurunan Harga Komoditas, Bukan Daya Beli

Menurut BPS, deflasi saat ini karena adanya sisi penawaran atau supply side imbas turunnya berbagai harga komoditas pangan.

Deflasi 2024 Imbas Penurunan Harga Komoditas, Bukan Daya Beli
Calon pembeli berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat (6/10/2023). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.

tirto.id - Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, mengungkapkan deflasi beruntun yang terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024 berbeda dengan fenomena serupa yang terjadi pada Maret hingga September 1999, Desember 2008 hingga Januari 2009 dan Juli hingga September 2020.

Pada 2024, deflasi didukung oleh sisi penawaran atau supply side imbas turunnya berbagai harga komoditas pangan, seperti produk tanaman pangan, hortikultura dan peternakan.

Selain itu, harga jagung pipilan untuk bahan pakan ternak yang sempat mengalami penurunan juga mendorong penurunan harga komoditas telur dan daging ayam ras.

“Baik karena biaya produksinya yang turun, sehingga harga di tingkat konsumen juga ikut turun. Ini juga seiring adanya panen raya, sehingga pasokannya berlimpah dan akibatnya harganya juga ikut turun,” jelas Pudji, dalam rilis Berita Resmi Statistik (BRS) Agustus 2024 di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Sementara itu, fenomena deflasi beruntun yang terjadi pada Maret-September 1999 setelah krisis finansial Asia merupakan akibat dari depresiasi nilai tukar dan penurunan harga beberapa jenis barang.

Adapun deflasi pada periode Desember 2008-Januari 2009 terjadi karena krisis finansial global yang membuat harga minyak dunia anjlok dan juga permintaan domestik yang melemah.

Sedangkan pada masa Pandemi Covid-19, deflasi tiga bulan sejak Juli-September 2020 terjadi karena pelemahan daya beli masyarakat yang membuat empat kelompok pengeluaran seperti kelompok makanan, minuman dan tembakau; kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok transportasi; serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan kompak mengalami deflasi.

“Dengan empat kelompok ini, mengindikasikan bahwa penurunan daya beli di tahun 2020, pada periode awal Pandemi Covid-19 kemarin,” ujar dia.

Pudji menambahkan, untuk mengetahui apakah penurunan harga berbagai komoditas pangan berimbas pada pendapatan masyarakat di sub sektor pertanian, peternakan dan hortikultura atau tidak, pihaknya masih harus melakukan kajian lebih lanjut.

Meski begitu, dia menekankan, deflasi yang telah terjadi selama empat bulan terakhir tidak disebabkan oleh pelemahan daya beli, khususnya dari konsumsi makanan.

“Untuk menjaga daya beli, khususnya untuk konsumsi makanan, maka diduga rumah tangga akan menahan konsumsi nonmakanannya, sehingga terlihat pada permintaan atau demand dari konsumsi nonmakanan,” pungkas Pudji.

Baca juga artikel terkait DEFLASI atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto