tirto.id - Meski sempat didatangi enam pemrotes dari Jalan Kimia (seberang gedung YLBHI) pada pukul 4 sore, acara 'Asik-Asik Aksi' masih terlihat normal sampai jam 9 malam Senin, (17/9). Beberapa pengunjung duduk di emperan gedung dan keluar-masuk tanpa pemeriksaan.
Namun, satu jam berikutnya, teriakan-teriakan dan pekikan takbir terdengar dari depan kantor Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)—berjarak sepelemparan batu dari gedung YLBHI. Suara itu berasal dari puluhan orang yang kemudian merangsek ke gerbang samping di Jalan Mendut.
Beberapa anggota kepolisian, termasuk dari Tim Sabhara yang bersiaga sejak sore di Jalan Kimia, berpindah posisi ke pusat massa. Mereka segera menutup pagar areal gedung YLBHI, mencoba menghalau massa.
Mereka membuat barikade di sepanjang gerbang dan menahan massa yang terlihat geram dan meminta acara di kantor LBH dibubarkan.
“Ngapain lindungin komunis? Kakek saya dibunuh PKI,” teriak salah seorang kepada polisi.
“Ganyang PKI! PKI tidak boleh hidup di Indonesia,” sahut salah seorang yang lain.
Baca juga: Rapat Sebelum Menyerbu Gedung YLBHI
Seruan dari Rahmat Himran
Dalam sebuah sebaran pengumuman atas nama Rahmat Himran di media sosial, ada ajakan untuk bergabung dan menghentikan kegiatan “seminar terkait PKI” di dalam gedung YLBHI. Himran adalah koordinator dari sebuah massa yang menyebut diri “Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti-Komunis”. Ia juga terlibat demo anti-Ahok pada Pilkada DKI Jakarta sebagai anggota Presidium Aksi 313.
Pada Jumat malam, sehari sebelum diskusi pengungkapan sejarah 1965/1966 di Gedung YLBHI yang lantas digagalkan, para petinggi organisasi termasuk Kivlan Zen membahas rencana penolakan. Ada beberapa ormas dan organisasi mahasiswa yang ikut hadir, di antaranya Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK), Pemuda Bulan Bintang, dan Gerakan Merah Putih (GMP).
Saat malam Minggu itu, beberapa orang dari perwakilan kelompok massa itu hadir di depan gerbang YLBHI. Mereka antara lain Muhammad Rifki alias Eki Pitung, koordinator lapangan “Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti-Komunis”, dan Adam Nurmansyah, Ketua DPW Gerakan Reformis Islam (Garis). Garis, dalam riwayatnya, sering melancarkan serangan terhadap minoritas agama seperti Ahmadiyah dan penganut Kristen terutama di Jawa Barat.
Selain mereka ada orang-orang dari Lembaga Bantuan Hukum Kebangkitan Jawara dan Pengacara (LBH Bang Japar). Mereka adalah Eka Jaya, Sekjen Bang Japar, Djuju Purwantoro, Kadiv Hukum Bang Japar, dan Rachmad dari Bang Japar Jakarta Timur. Orang terakhir inilah yang menyiarkan secara langsung peristiwa di depan gedung YLBHI melalui akun Facebook dia.
Eka Jaya bahkan berteriak kepada pengunjung acara, seorang perempuan yang melintasi teras gedung:
“Hei, perempuan bangke. Setan pada lo. Kalau kamu benar, buka. Jangan tutup-tutupi.”
Baca juga: Polisi Minta YLBHI Laporkan Dua Terduga Dalang Pengepungan
Seruan dari FPI
Sebagian massa dari gelombang pertama mengenakan peci putih dan jaket bertuliskan 'Majelis Rasulullah'. Fauzul, salah seorang di antara mereka, berasal dari Pejaten, Jakarta Selatan. Ia mengatakan, teman-temannya mendatangi kantor LBH Jakarta atas seruan pengurus FPI pusat, yang disampaikan ke grup-grup WhatsApp.
“Kita gabungan dari seluruh Jakarta. Tadi sms diminta ke sini. Di WahatsApp juga infonya beredar. Laskar semua ke sini karena ada PKI,” ungkapnya.
Ia menunjukkan kepada saya isi pesan tersebut. Di grup WhatsApp bernama 'FPI Laskar-Pejaten' yang ia ikuti, saya melihat pesan itu baru masuk sekitar pukul 8 malam. Isinya, menyerukan para laskar menyerbu “konsolidasi Partai Komunis” yang sedang berlangsung di gedung LBH Jakarta.
Ketika saya meminta pesan tersebut diteruskan ke WhatsApp saya, seorang peserta aksi lain bertanya soal identitas saya. Awalanya, ia mengizinkan saya meng-capture isi pesan itu. Namun, setelah tahu saya wartawan, permintaan saya digagalkan.
“Jangan, Bang,” kata Fauzul. “Kalau wartawan nanti bisa jadi barang bukti.”
Menurut juru bicara FPI, Slamet Maarif, ada anggotanya yang ikut aksi pengepungan gedung YLBHI, ketika dikontak Senin pagi. Namun, ia tidak bisa memastikan berapa jumlah massa dari organisasinya tersebut.
“Sedang diinvestigasi,” kata Slamet saat dikonfirmasi reporter Tirto melalui pesan WhatsApp.
Baca juga: FPI Akui Ikut Aksi Kepung Kantor LBH Jakarta
Konsentrasi Massa
Tak berapa lama, puluhan orang lain dengan ciri berpakaian sama tiba di lokasi. Salah satu dari mereka menyalami saya dan Fauzul sebelum akhirnya merapat ke kerumunan di Jalan Mendut. Jumlah massa bertambah, dari puluhan menjadi sekitar 150-an orang. Pelan-pelan, tapi merambat cepat, jumlah massa membesar hingga 1.000-an orang.
Sebagian kendaraan motor mereka terparkir di depan gedung LBH dan memakan hampir setengah badan jalan, berjejer sampai ke depan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kemacetan mulai mengular di Jalan Diponegoro ke arah Salemba.
Sekitar pukul 23.00, polisi menutup jalan dan mengalihkannya ke arah Stasiun Cikini. Lima belas orang dari Tim Sabhara dengan motor bersiaga di depan Metropole XXI Cikini.
Meski jalan ditutup, sekitar pukul 23:30, massa masih terus berdatangan dengan berjalan kaki dari arah Proklamasi dan Salemba. Beberapa orang di antara kerumunan itu terlihat mengenakan jaket bertuliskan Bang Japar (Kebangkitan Jawara dan Pengacara). Ada pula yang mengenakan kaos bergambar “Anies-Sandi”.
Dari arah Jalan Kimia, sekitar 20 orang mengenakan atribut ojek online juga bergabung ke Jalan Mendut. Di jaket mereka, terpampang beberapa pin berlogo FPI dan beberapa laskar Islam lainnya.
Dari tengah kerumunan, mereka ikut melontarkan makian dan ancaman kepada orang-orang di dalam gedung YLBHI.
“Bakar aja gedungnya. Darah PKI halal di Indonesia,” teriak salah satu dari mereka.
“Balik sana ke Cina, Babi!”
Massa dari berbagai arah juga masih terus mengalir ke depan gedung LBH. Mereka tiba saat mediasi antara perwakilan massa, kepolisian, dan LBH berlangsung.
Salah satu dari mereka membawa bendera Pelajar Islam Indonesia (PII) bewarna hijau. Beberapa orang memakai topi bertuliskan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Jumlah mereka puluhan dan terus mengajak organisasi lain untuk menggeruduk gedung LBH melalui pesan berantai di media sosial.
Polisi mulai kelimpungan menangani jumlah massa yang semakin besar. Mobil Baraccuda, meriam air, dan tambahan personel dari Satuan Brimob Metro Jaya Batalyon B baru datang sekitar pukul 24:00.
Seruan Otoritas Keamanan
Massa yang membeludak bikin Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis turun. Berpakaian preman, Idham berbicara di depan pintu masuk YLBHI. Ia mengimbau kepada seluruh massa agar tenang.
Namun, upaya Idham—dengan berkata bahwa “ini negara hukum”—memicu ketidaksabaran massa. Sebagian berkata “bohong, bohong,” sebagian lain berkata, ‘Orang di dalam YLBHI bakar aja udah. Darah orang kayak gitu wajar dibunuh.”
Sesudah mediasi, Idham tidak muncul. Gantinya, Kapolres Jakarta Pusat AKBP Suyudi Ario Seto dan Dandim 0501/Jakarta Pusat Kolonel Inf Edwin Andrian Sumantha menjelaskan hasil mediasi. Mereka meminta massa untuk tenang dan bubar.
“Saya sebagai Kapolres, sekaligus juga sebagai representasi hukum, representasi Kantibmas di negara ini, di wilayah ini, daerah Jakarta Pusat. Dan di sebelah saya, ada Pak Dandim selaku representasi pertahanan dan keamanan …. masyarakat harus percaya kepada saya dan Pak Dandim,” ujar Suyudi.
Seruan itu kembali ditanggapi massa dengan teriakan “bohong”. Barulah saat Kolonel Edwin bicara, massa agak tenang. Usaha ini berhasil, setidaknya untuk 1 jam 15 menit lamanya.
Namun, melewati pukul 1 dini hari, kericuhan pecah.
Massa Berlari Menghindari Respons Keras Polisi
Massa semakin memanas. Mereka berdesak-desakan di Jalan Mendut dan saling dorong dengan aparat kepolisian. Aparat memaksa massa keluar ke Jalan Diponegoro dengan menurunkan mobil Barracuda dan meriam air.
Konsentrasi massa berpindah ke gerbang depan kantor LBH. Mereka menggoyang-goyangkan pagar besi setinggi satu setengah meter itu hingga nyaris roboh. Batu dan botol bekas mulai dilemparkan.
Personel Brimob dengan empat motor trail datang membawa senapan gas air mata melalui belakang Jalan Mendut. Mula-mula meriam air ditembakkan ke arah kerumunan massa. Tak mau mundur, tiga peluru dilontarkan dan mental di aspal.
Massa berlari ke arah Salemba, Jalan Kimia, dan sebagian besar lagi ke arah Metropole XXI. Dari depan kantor PKPI, massa terus berusaha kembali menyerang kantor LBH sembari menutupi wajah mereka dari gas air mata.
“Ya Allah, tentara gua kemana?” kata seorang pria berpakaian Anies-Sandi. “Pengajian dibubarin, PKI dilindungin!”
Tembakan gas air mata oleh aparat kembali berulang dan diarahkan ke kerumunan massa hingga pukul 02.00 dini hari.
Massa berhamburan ke segala arah. Mereka yang cukup berani terus mengajak yang lain untuk tetap dalam barisan dan menghadapi polisi. Usaha itu cuma berakhir sia-sia. Semprotan gas air mata bikin massa sempoyongan. Hanya seorang yang tersisa di garis depan dan berhadapan dengan barisan aparat berseragam lengkap.
Ia bersujud di depan aparat kepolisian, seakan memohon agar polisi menghentikan serangannya. Kepalanya merunduk rendah sampai membentur aspal. Ia bergeming meski polisi menyuruhnya untuk pergi mengikuti massa yang lain. Ia baru bisa diungsikan setelah tiga orang lain membopongnya dan lari dari lokasi tersebut.
Setelah massa berhasil dipukul mundur, polisi mengejar mereka ke Jalan Diponegoro, sementara pasukan Brimob menuju arah Jalan Salemba Raya. Sebagian massa lain berkumpul di depan persimpangan Jalan Proklamasi, Pegangsaan Timur, dan Jalan Penataran.
Pecahan batu dan botol minuman bekas masih di tangan. Melihat kondisi itu, beberapa anggota Sabhara yang memblokade Jalan Diponegoro di depan Metropole segera menyalakan motor dan menjauh dari lokasi.
Beberapa massa lalu mengalihkan kemarahan mereka ke personel Sabhara tersebut dengan meneriakkan cacian. Dua orang terlihat berusaha mengejar, dan melempar helm mereka ke arah polisi. Namun, aksi itu ditahan oleh anggota massa lain.
“Tahan-tahan, udah biarin aja,” kata seorang di antara massa.
Kapan Saat Polisi Menyadari Tak Bisa Mengendalikan Massa?
Kepolisian sejak awal belum mengantisipasi untuk mengusir massa. Personel polisi yang dikerahkan semula sekitar 100-an orang. Sebagian besar berjaga di seberang gedung YLBHI di Jalan Kimia. Saat massa mendatangi Gedung YLBHI, mobil Barracuda dan mobil meriam air belum disiapkan.
Ketika hasil mediasi gagal meredam keinginan massa, barulah keamanan diperketat. Selain memblokade jalan, kepolisian menambah tiga truk pasukan tambahan untuk mengawasi kantor LBH Jakarta. Ketika Kapolda hendak melakukan evakuasi, ia segera memerintahkan aparat yang membawa senjata laras panjang untuk mengokang senjata gas air mata.
Saat itulah, komitmen polisi untuk membubarkan massa menjadi jelas. Sekitar 20 menit kemudian, gas air mata pertama ditembakkan.
Menyisir Lokasi Evakuasi
Di dalam gedung YLBHI, polisi mengoordinasikan upaya evakuasi 1.00-an orang pengunjung acara 'Asik-Asik Aksi'. Untuk memastikan keselamatan mereka, polisi menyisir jalan di seputar Cikini, Salemba, dan Jalan Proklamasi hingga pukul tiga pagi.
Tak hanya itu, Kapolres Jakarta Pusat Suyudi Ario Seto meminta massa yang masih berkerumun di depan kantor PDI Perjuangan segera pulang.
“Kami sudah pastikan tidak ada kegiatan PKI. Saya bisa jamin dan sekarang biarkan kami yang bertugas,” katanya saat berdialog dengan massa.
Setelah massa bubar, di lokasi itu Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz menggelar konferensi pers kepada awak media.
Ia menyampaikan beberapa orang telah diamankan dan akan dibawa ke Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan. Jika terbukti bersalah, kata Idham, “Mereka bisa kena pasal 170 (pasal melakukan kekerasan).”
“Ada lima anak buah saya yang kepalanya bocor. Sekarang sudah dirawat sementara di beberapa rumah sakit,” ujar Idham.
Baca juga: 22 Nama yang Diamankan Polisi terkait Pengepungan YLBHI
Penulis: Hendra Friana & Felix Nathaniel
Editor: Fahri Salam