tirto.id - Khotbah Jumat Agung dapat berisi tentang peristiwa penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus. Bukan hanya sebagai sarana untuk mengenang kembali sengsara Tuhan dalam menebus dosa manusia, khotbah sebelum Jumat Agung juga bisa menjadi renungan.
Jumat Agung adalah peringatan penyaliban hingga wafatnya Yesus Kristus di bukit Golgota. Berdasarkan kalender Masehi, Jumat Agung selalu dirayakan setiap hari Jumat sebelum Minggu Paskah.
Bagi umat Kristiani, khususnya umat Katolik, Jumat Agung masuk dalam rangkaian Pekan Suci. Pekan Suci diawali dengan Minggu Palma, lalu Tri Hari Suci yang terdiri dari, Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci.
Kumpulan Tema dan Judul Khotbah tentang Jumat Agung
Memperingati Jumat Agung adalah momen penting untuk merenungkan pengorbanan Yesus. Agar perenungan ini semakin mengena, diperlukan tema khotbah Jumat Agung yang menyentuh hati dan relevan.
Berikut ini berbagai pilihan judul khotbah Jumat Agung yang dapat digunakan dalam ibadah atau renungan.
- Disalib Bukan Karena Salah, Tapi Karena Kasih: Refleksi atas penyaliban Yesus yang menggantikan posisi manusia berdosa
- Darah yang Berbicara Lebih Keras dari Dosa: Tentang pengampunan yang penuh kuasa dari salib Kristus
- Ketika Tuhan Tidak Menyelamatkan Diri-Nya Sendiri: Yesus memilih tinggal di salib demi kita
- Ditebus Tanpa Sisa: Yesus menanggung hukuman dosa kita sehingga tidak ada yang tersisa untuk kita bayar sendiri
- Tiga Salib di Bukit Itu: Cerita tentang Yesus dan dua penjahat yang disalibkan
- Kasih Tak Terbendung, Meski Paku Menancap: Yesus tetap mengasihi bahkan dalam penderitaan terdalam)
- Kematian yang Memberi Hidup:Yesus mati supaya kita hidup, dan bagaimana kita menanggapi kasih itu
- Kasih yang Melampaui Luka:Refleksi dari doa Yesus di salib, “Ya Bapa, ampunilah mereka…”
- Jumat yang Agung, Kasih yang Tak Kunjung Usai:Makna mendalam dari pengorbanan Kristus yang tak lekang waktu
- Yesus Tidak Diturunkan, Agar Kita Diangkat:Penolakan Yesus atas tawaran untuk turun dari salib demi menuntaskan misi kasih
Contoh Teks Khotbah Jumat Agung 2024
Tak harus panjang, khotbah Jumat Agung singkat juga tetap bisa sarat akan makna. Simak sejumlah khotbah Paskah Jumat Agung di bawah ini.
1. Allah yang Turut Menderita
Khotbah: Yohanes 19:28–30, Bacaan: Mazmur 69:20–22Saudara yang terkasih,
Ketika seseorang hampir menghembuskan napas terakhirnya, biasanya yang keluar adalah kata-kata paling jujur. Begitu pula dengan Yesus. Di tengah penderitaan yang amat sangat, setelah dicambuk, dipaku, dan dibiarkan tergantung selama berjam-jam… Ia mengucapkan dua kata yang begitu sederhana: “Aku haus.”
Di antara semua perkataan salib yang agung dan rohani, ada kalimat ini yang sangat manusiawi. Ia haus. Ia merasa sakit. Ia lemah. Dan Ia tidak menyembunyikannya. Ini bukan sekadar pemenuhan nubuat, tetapi juga ungkapan bahwa Ia sungguh-sungguh turut serta dalam penderitaan kita. Ia tidak menyentuh dari jauh, tetapi merasakan dari dalam.
Mazmur 69:21 berkata, “Mereka memberi aku minum anggur asam ketika aku haus.” Nubuat itu digenapi. Tapi lebih dari itu, kita melihat bahwa Tuhan kita bukan Tuhan yang jauh dari penderitaan. Ia turut merasakan. Ia mengenal luka, tangis, dan kesepian.
Dalam Yesus, semua penderitaan itu menjadi nyata. Ia haus—bukan hanya karena fisik, tapi karena kerinduan agar jiwa manusia kembali kepada-Nya.
Maka kalau hari ini Saudara sedang lelah, sedang sakit hati, sedang haus akan penghiburan—ingatlah: Yesus tahu rasanya. Ketika kita haus akan penghiburan, akan keadilan, akan kasih, ingatlah bahwa Yesus sudah lebih dulu merasakannya.
Jumat Agung menunjukkan bahwa Allah tidak jauh dari penderitaan. Ia ada, Ia dekat, Ia mengerti.
2. "Sudah Selesai"
Khotbah: Yohanes 19:28–37, Bacaan: Mazmur 22:1–9Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Bayangkan saat itu ... Yesus tergantung di salib. Tubuh-Nya lemas, napas-Nya tinggal satu-satu. Tapi di tengah penderitaan yang luar biasa, Ia berkata: “Sudah selesai.”
Itu bukan kata putus asa. Itu adalah kata kemenangan. Yesus tahu, tugas-Nya sudah tuntas. Penebusan itu sudah genap.
Dalam Mazmur 22, kita mendengar gema penderitaan yang dinubuatkan Daud: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Seruan ini menjadi nyata di salib. Kristus menanggung keterpisahan dari Bapa agar kita bisa dipulihkan.
Dan saat tirai Bait Allah terbelah dua, itu tanda bahwa penghalang antara kita dan Allah sudah dirobohkan. Hari ini, kita tidak hanya mengenang kematian-Nya—kita diundang untuk hidup dalam pertobatan dan bersyukur. Karena dengan salib-Nya, kita diselamatkan.
3. Penyerahan yang Penuh Percaya
Khotbah: Lukas 23:44–49, Bacaan: Mazmur 31:1–6Saudara, dalam gelapnya langit dan suasana mencekam di Golgota, Yesus berseru: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”
Ia tidak berteriak marah. Ia tidak memohon untuk diselamatkan. Tapi dengan tenang dan penuh iman, Ia menyerahkan segalanya kepada Bapa.
Mazmur 31:5 berkata, “Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku.” Itu bukan ucapan yang ringan—itu doa dari hati yang tahu bahwa tangan Tuhan bisa dipercaya, bahkan di saat paling kelam.
Mungkin hari-hari ini kita juga menghadapi gelap, ketidakpastian, bahkan ketakutan. Tapi di Jumat Agung ini, mari kita belajar menyerahkan hidup kita sepenuhnya. Tuhan sanggup memegangnya.
Jumat Agung mengajarkan kita bahwa pengharapan tidak mati bersama salib. Justru di kayu salib, pengharapan sejati lahir. Ketika hidup terasa gelap, ketika doa tak kunjung dijawab, kita diajak untuk tetap percaya dan menyerahkan segalanya pada tangan Allah yang setia.
4. Kasih Tak Terbendung, Meski Paku Menancap
Khotbah: Lukas 23:32–38, Bacaan: Mazmur 103:8–13Bayangkan, Saudara, dalam keadaan tubuh-Nya disiksa, diludahi, dipaku, Yesus justru berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Siapa yang bisa mengampuni dalam keadaan seperti itu? Hanya kasih Allah. Bukan karena yang bersalah layak diampuni, tapi karena kasih memilih untuk mengampuni.
Mazmur 103:8 mengingatkan, “Tuhan penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” Kasih seperti inilah yang turun dari salib.
Jumat Agung bukan hanya tentang pengampunan yang kita terima, tapi juga pengampunan yang kita diajak untuk berikan. Salib bukan hanya tempat menerima anugerah, tapi juga tempat menanggalkan dendam dan luka lama.
Hari ini, kita diingatkan, jika kita telah diampuni sebesar itu, mengapa kita masih memelihara luka lama? Di kaki salib, marilah kita belajar melepas. Bukan demi mereka, tapi demi hati kita sendiri.
5. Tiga Salib di Bukit Itu
Khotbah: Lukas 23:39–43, Bacaan: Mazmur 25:4–11Saudara-saudara,
Jumat Agung adalah perayaan untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib. Pada Jumat Agung ini, Yesus mati disalibkan di Bukit Golgota demi menanggung dosa manusia dan dunia ini.
Saat itu, dua penjahat tergantung di samping Yesus. Yang satu mengejek, yang satu memohon belas kasih: “Yesus, ingatlah akan aku.” Jawaban Yesus sangat mengejutkan: “Hari ini juga engkau akan bersama Aku di Firdaus.”
Saudara, penjahat itu tidak sempat bertobat panjang. Tidak ada kesempatan untuk berbuat baik. Tidak ada syarat. Hanya hati yang percaya dan berserah.
Mazmur 25:7 berkata, “Ingatlah aku karena kasih setia-Mu, ya TUHAN.” Yesus tidak menilai siapa kita dulu. Ia melihat siapa kita saat ini.
Jumat Agung menyatakan bahwa keselamatan bukan hasil usaha, tapi anugerah. Penjahat itu tidak punya waktu berbuat baik. Tapi satu hal ia punya: iman. Dan itu cukup.
Mungkin ada dari kita yang merasa sudah terlalu jauh, terlalu berdosa, terlalu terlambat. Ini adalah penghiburan bagi siapa pun yang merasa terlambat untuk bertobat.
Selama napas masih ada, pintu pengampunan masih terbuka. Jangan tunggu sampai akhir hidup untuk berseru seperti penjahat di salib. Berserulah sekarang, dan terimalah janji kehidupan kekal. Jumat Agung berkata: belum terlambat. Hari ini juga… keselamatan bisa jadi milikmu.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yulaika Ramadhani & Yonada Nancy
Penyelaras: Nisa Hayyu Rahmia & Nisa Hayyu Rahmia