tirto.id - Hari peringatan Wafat Yesus Kristus atau Jumat Agung akan jatuh pada Jumat, 29 Maret 2024. Pelaksanaan Jumat Agung berlangsung sebelum Hari Raya Paskah akan jatuh pada Minggu, 31 Maret 2024.
Kegiatan Jumat Agung umumnya diisi dengan mendengarkan khotbah yang menyentuh tentang peristiwa penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus. Khotbah Jumat Agung Paskah ini sekaligus menjadi renungan dan mengenang kembali sengsara Tuhan dalam menebus dosa manusia.
Jumat Agung adalah peringatan penyaliban hingga wafatnya Yesus Kristus di bukit Golgota. Berdasarkan kalender Masehi, Jumat Agung selalu dirayakan setiap hari Jumat sebelum Minggu Paskah.
Bagi umat Kristiani, khususnya umat Katolik, Jumat Agung masuk dalam rangkaian Pekan Suci. Pekan Suci diawali dengan Minggu Palma, lalu Tri Hari Suci yang terdiri dari, Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci.
Setelah perayaan Jumat Agung, umat Kristen Protestan dan Katolik, akan merayakan kebangkitan Yesus Kristus dari kematiannya. Peringatan tersebut berlangsung pada hari Minggu Paskah.
Makna Paskah bagi umat Kristiani adalah hari kemenangan Yesus Kristus melawan maut. Hari besar keagamaan ini sekaligus menjadi pengingat akan bukti cinta Yesus terhadap manusia karena rela mengorbankan nyawa untuk menebus dosa umat manusia.
Contoh Teks Khotbah Jumat Agung 2024
Berikut ini adalah contoh teks khotbah Jumat Agung 2024, yang bisa dijadikan bahan renungan untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus di kayu salib:
Judul: Mengingat dan Mengimani Derita Yesus yang Disalibkan
Kotbah: Yohanes 19:28-37 Bacaan: Mazmur 22:1-9
Jumat Agung adalah perayaan untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib. Pada Jumat Agung ini Yesus mati disalibkan di Bukit Golgota demi menanggung dosa manusia dan dunia ini.
Pada Ibadah Jumat Agung ini, kita akan membahas tema “Memandang dan percaya kepada Yesus yang disalibkan”. Peristiwa penyaliban Yesus itu bukanlah sebuah peristiwa yang biasa melainkan peristiwa yang luar biasa, karena Yesus rela mati akibat dari dosa manusia.
Sejatinya manusia berdosalah yang harus mati di kayu salib, tetapi Yesus mau dan rela menjadi manusia untuk menggantikan kita tersalib di Golgota. Ini semua Ia lakukan, agar kita, manusia berdosa ini, beroleh kehidupan yang kekal.
Ketika kita memandang kematian Yesus, maka kita akan menemukan suatu keanehan, yaitu Yesus tidak mau menghindari kematian, bahkan tidak mau penderitaan-Nya dikurangi! Dari mana kita bisa melihat hal ini?
Salah satunya adalah, Yesus menolak minuman. Dalam Matius 27:34 dikatakan bahwa Yesus diberi minum “anggur bercampur empedu”, dan dalam Markus 15:23 dikatakan bahwa Yesus diberi “anggur bercampur mur”.
Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu adalah anggur bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun mur. Tetapi pada saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminum-Nya. Mengapa?
Yesus tidak mau minum anggur bercampur empedu atau mur itu, karena minuman itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa membius atau mengurangi rasa sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib sebagai suatu tindakan belas kasihan kepada mereka.
Ketidakmauan Yesus menerima pengurangan rasa sakit atau penderitaan merupakan sesuatu yang lebih aneh lagi dari pada sekedar tidak menghindari kematian.
Orang kristen yang sejati, seharusnya mempunyai keyakinan keselamatan, dan karena itu mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa yang tidak takut pada penderitaan atau rasa sakit yang hebat? Siapa yang pada waktu mengalami rasa sakit yang hebat tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi?
Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit atau penderitaan-Nya dikurangi?
Karena, Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin memikul seluruh hukuman dosa manusia!
Andaikata saja pada saat itu Yesus mau meminum minuman bius itu, dan rasa sakit-Nya berkurang, katakanlah 10 persen, maka itu berarti Ia hanya memikul 90 persen hukuman dosa kita.
Tahukah apa akibatnya? Kita boleh saja betul-betul percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi hanya 90 persen dari dosa-dosa kita yang ditebus atau dibayar oleh Yesus. Sedangkan 10 persen sisanya, kita harus menanggungnya sendiri.
Dengan menolak minuman itu, itu artinya kita sudah 100 persen ditebus dosanya. Jadi, kalau kita mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat, maka semua dosa kita tanpa kecuali, akan dihapuskan. Karena itulah orang yang percaya kepada Yesus mempunyai jaminan keselamatan!
Akhir kata, mari kita jadikan momen Jumat Agung ini sebagai peringatan akan sengsara dan kematian Yesus, serta cinta kasih Nya yang tulus kepada kita semua. Karena dengan darahNya yang tercurah di kayu salib, kita semua, yang percaya kepadaNya sudah ditebus dan diselamatkan.
Teks khotbah Jumat Agung Paskah lebih lengkap bisa dibaca secara lengkap di link berikut:
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yulaika Ramadhani & Yonada Nancy