tirto.id - Jumat Agung atau Jumat Suci jatuh pada 7 April 2023, umat Katolik dan Kristen di seluruh dunia akan memperingati Jumat sengsara Tuhan.
Seperti ditulis Saint Boniface Catholic Church Jumat Agung adalah hari di mana umat Kristiani memperingati sengsara dan penyaliban Yesus Kristus.
Ini adalah hari kedua dari Triduum Paskah Suci dan merupakan hari Jumat sebelum hari Minggu Paskah Kebangkitan Tuhan.
Setelah Jumat Agung, akan diperingati Hari Paskah pada 9 April 2023, ini sekaligus menjadi penutup rangkaian upacara keagamaan Pekan Suci.
Makna Jumat Agung untuk Umat Kristiani
Umat Kristiani percaya bahwa Yesus dihina di depan umum dan disalibkan pada hari Jumat yang khidmat dua ribu tahun yang lalu. Hari yang penuh malapetaka itu dirayakan sebagai Jumat Agung.
Secara umum, perayaan Jumat Agung memiliki tiga bagian yaitu liturgi sabda, penghormatan salib dan komuni. Selama Misa Jumat Agung, umat Katolik akan naik ke dekat altar, kemudian membungkuk dan mencium salib.
Hal ini disebut Penghormatan Salib, di mana umat Katolik menghormati pengorbanan besar yang dilakukan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa umat.
Mengutip laman Catholic News Agency, dalam upacara khidmat Jumat Agung, dalam Penghormatan Salib, dalam nyanyian 'Celaan', dalam pembacaan Sengsara, dan dalam menerima Hosti yang telah dikuduskan, umatNya menyatukan diri dengan Juru selamat.
Gereja dilucuti dari ornamen-ornamennya, altar yang kosong, dan dengan pintu tabernakel yang kosong berdiri terbuka seolah-olah sedang berkabung.
Pada abad keempat, Konstitusi Apostolik menggambarkan hari ini sebagai hari berkabung, bukan hari sukacita yang meriah.
Melansir Catholic.org Jumat Agung adalah hari puasa dalam Gereja. Secara tradisional, tidak ada Misa dan tidak ada perayaan Ekaristi pada hari Jumat Agung.
Liturgi masih dapat dilaksanakan dan komuni, jika diambil, berasal dari hosti yang disucikan pada hari Kamis Putih.
Pembaptisan, penebusan dosa, dan pengurapan orang sakit dapat dilakukan, tetapi hanya dalam keadaan yang tidak biasa. Lonceng gereja tidak dibunyikan. Altar dibiarkan kosong.
Sejarah Jumat Agung
Masih dikutip dari situs Catholic.org, menurut Injil, Yesus dikhianati oleh Yudas pada malam Perjamuan Terakhir, yang diperingati pada Kamis Putih. Atas pengkhianatan itu, Yesus pun ditangkap dan dia dibawa ke hadapan Hanas, seorang ulama Yahudi yang kuat.
Hanas mengutuk Yesus karena menyangkal kata-kata Hanas bahwa dia adalah Anak Allah. Kemudian, Yesus pun dikirim ke Pontius Pilatus, gubernur provinsi Romawi. Pilatus bertanya kepada Yesus tetapi dia tidak menemukan alasan untuk mengutuknya. Dia kemudian menyarankan para pemimpin Yahudi agar berurusan dengan Yesus menurut hukum mereka sendiri.
Namun, di bawah hukum Romawi, mereka tidak dapat mengeksekusi Yesus. Jadi mereka memohon kepada Pilatus untuk mengeluarkan perintah membunuh Yesus. Pilatus kemudian memohon kepada Raja Herodes. Namun, Herodes tidak menemukan kesalahan dari Yesus dan mengirimkannya kembali kepada Pilatus sekali lagi.
Pilatus menyatakan Yesus tidak bersalah dan mencuci tangannya untuk menunjukkan bahwa dia tidak ingin berhubungan dengan Yesus. Tapi sikap itu membuat banyak orang marah.
Untuk mencegah kerusuhan sekaligus melindungi posisinya, Pilatus pun dengan enggan setuju untuk mengeksekusi Yesus dan menghukumnya dengan penyaliban. Orang-orang ingin menghukum Yesus karena ia memproklamirkan dirinya sebagai Raja orang Yahudi.
Sebelum dieksekusi, Yesus dicambuk dan para prajurit menyiksa Yesus dan memahkotai dia dengan duri. Setelah itu, Yesus pun dipaksa untuk memikul salibnya ke puncak Golgota, tempat ia akan dieksekusi.
Setelah tiba di sana, Yesus pun disalibkan di antara dua pencuri. Peristiwa Jumat Agung diperingati melalui sebuah devosi 14 langkah yang sering dilakukan oleh umat Katolik selama Prapaskah, khususnya pada hari Jumat Agung.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra