Menuju konten utama

Contoh Penelitian Berbasis Pemecahan Masalah Sosial di Sekolah

Berikut contoh tahapan penelitian berbasis pemecahan masalah sosial yang bisa dilakukan di sekolah.

Contoh Penelitian Berbasis Pemecahan Masalah Sosial di Sekolah
Ilustrasi penelitian. FOTO/iStock Photo

tirto.id - Penelitian berbasis pemecahan masalah sosial adalah jenis riset yang bertujuan mencari solusi praktis maupun teoritis untuk mengatasi beragam jenis problem di masyarakat.

Sebagai bagian dari penelitian sosial, riset jenis ini berfokus untuk menganalisis masalah sosial di tengah masyarakat dan merumuskan rekomendasi solusinya.

Obyek kajian penelitian berbasis pemecahan masalah sosial bisa sangat beragam. Contoh masalah sosial adalah kemiskinan, tawuran antar-pelajar, bullying di sekolah, angka buta huruf tinggi, ketimpangan sosial, intoleransi, dan lain sebagainya.

Tahapan penelitian berbasis pemecahan masalah sosial dimulai dari indentifikasi masalah, dan kemudian dilanjutkan dengan desain penelitian, pencarian data, hingga perumusan rekomendasi solusi.

Penelitian berbasis pemecahan masalah sosial merupakan salah satu bentuk penggunaan ilmu sosiologi untuk pemecahan problem-problem di masyarakat.

Permasalahan sosial berbeda dengan masalah sehari-hari. Sebab, penanganan masalah sosial butuh proses yang lebih sistematis.

Penyelesaian masalah sosial atau problem kemasyarakatan itu setidaknya setidaknya bisa dikelompokkan menjadi 3 bentuk.

Pertama, preventif yakni upaya untuk mencegah terjadi masalah sosial melalui sosialisasi, edukasi, pengawasan, hingga meningkatkan kerja sama antarpihak yang berkepentingan.

Kedua, kuratif, yaitu upaya penanganan masalah sosial melalui program pendampingan dan pemberdayaan komunitas, penegakan hukum, intervensi kebijakan, rehabilitasi, dan lain sebagainya.

Ketiga, campuran atau kombinasi antara solusi berupa pencegahan dan penanganan guna mengatasi masalah sosial.

Langkah-langkah Penelitian Sosial dalam Sosiologi

Terdapat beberapa tahapan langkah dalam penelitian sosial. Secara umum, ada 7 langkah dalam penelitian sosial untuk konteks kajian sosiologi.

Berikut daftar 7 langkah penelitian sosial:

  1. Prasurvei lapangan
  2. Identifikasi masalah dan penentuan topik penelitian
  3. Merumuskan fokus Masalah
  4. Membuat desain penelitian
  5. Mengumpulkan data
  6. Menganalisis data
  7. Melaporkan data dan mengomunikasikan hasil penelitian.

Contoh Penelitian Masalah Sosial di Sekolah

Contoh penelitian berbasis pemecahan masalah sosial dapat ditemukan secara mudah di beberapa jurnal atau sumber lain. Sebagian kebijakan pembangunan biasanya didahului pula oleh penelitian berbasis pemecahan masalah sosial.

Misalnya, kebijakan untuk mengatasi kemiskinan akan lebih mendekati keberhasilan jika didasari oleh penelitian yang mengidentifikasi penyebab kemiskinan di suatu wilayah dan memuat rekomendasi solusinya.

Berikut ini contoh penelitian berbasis pemecahan masalah sosial dengan topik bullying di sekolah:

1. Prasurvei lapangan

Prasurvei lapangan ini bisa dilakukan dengan membaca literatur atau pustaka. Misalnya, jika hendak meneliti masalah bullying di sekolah, perlu menjawab pertanyaan berikut:

  • Berdasarkan kajian pustaka, apa saja bentuk bullying di sekolah?
  • Berdasarkan kajian pustaka, bagaimana pola kasus bullying di sekolah?
  • Berdasarkan kajian pustaka, apa penyebab umum bullying di sekolah?

Berbekal hasil kajian pustaka itu, peneliti bisa mulai mengidentifikasi ada atau tidak kasus bullying di sekolah yang menjadi tempat penelitian.

2. Identifikasi masalah dan penentuan topik penelitian

Sebelum menentukan topik penelitian, identifikasi masalah harus dilakukan. Sebab, tema riset harus mencerminkan adanya masalah sosial yang perlu ditangani di suatu lokasi.

Misalnya, terkait dengan tema "bullying di sekolah," kegiatan identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mencari contoh kasus perisakan di kalangan pelajar sekolah A.

Untuk mengawali tahap ini bisa dengan menjawab sejumlah pertanyaan berikut:

  • Apakah ada murid di sekolah A yang kerap diolok-olok teman-temannya?
  • Apakah ada murid di sekolah A yang pernah menjadi korban kekerasan?
  • Apakah ada murid di sekolah A yang pernah jadi korban intimidasi?
  • Bagaimana kondisi murid obyek olok-olok, intimidasi, atau tindak kekerasan itu?
  • Siapa saja pelaku yang terlibat dalam kasus bullying di sekolah A tersebut?
  • Ada berapa kasus serupa yang terjadi di sekolah A?

Untuk lebih memperkuat identifikasi masalah, peneliti bisa menyebarkan angket terbatas ke peserta didik. Hasil angket atau survei itu akan menunjukkan seberapa besar masalah yang terjadi.

Jika pertanyaan-pertanyaan di atas bisa terjawab, berarti penentuan tema penelitian yang menganalisis masalah bullying di sekolah bisa dilakukan. Sebagai contoh, tema penelitian bisa bertajuk "Mencari Solusi Masalah Bullying di Sekolah A."

3. Merumuskan Fokus Masalah dalam Penelitian

Langkah berikutnya adalah merefleksikan dan merumuskan fokus masalah yang diikaji di dalam penelitian. Caranya dengan menentukan fokus pertanyaan yang akan dijawab saat penelitian.

Sebagai contoh, dalam penelitian bertema "Mencari Solusi Masalah Bullying di Sekolah A," penelitia bisa merumuskan fokus masalah sebagai berikut:

  • Apakah tindakan bullying di sekolah A sering terjadi?
  • Apa saja bentuk tindakan bullying yang terjadi di sekolah A?
  • Bagaimana pola kasus bullying di sekolah A?
  • Apa faktor utama penyebab kasus bullying di sekolah A?
  • Apa solusi untuk menangani dan mencegah kasus bullying di sekolah A?

4. Mendesain Penelitian Masalah Sosial

Langkah setelah penentuan fokus masalah adalah membuat desain penelitian. Rumusan fokus masalah di atas dan desain penelitian ini perlu masuk dalam proposal riset.

Peneliti kemudian mencari literatur untuk menemukan teori dan jenis penelitian yang tepat untuk tema risetnya. Selain itu, peneliti juga bertanya kepada pengajar untuk mendapatkan arahan literasi atau teori yang cocok.

Misalnya, untuk metode penelitian, bisa menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, ataupun keduanya. Adapun teori bisa didapat dari sumber pustaka yang ditelaah ketika melakukan kajian literatur.

5. Mengumpulkan data penelitian

Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data riset guna menjawab rumusan masalah penelitian. Contoh metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ialah observasi dan wawancara (kualitatif), atau survei dan angket (kuantitatif).

Peneliti mengumpulkan data-data primer, seperti melalui wawancara dan observasi pada korban maupun pelaku bullying di sekolah A. Peneliti juga bisa menyebar angket secara luas kepada para murid dan pengajar di sekolah A.

Sebelum berbagai metode pengumpulan data diterapkan, yang juga penting dilakukan di tahap ini adalah menyusun daftar narasumber yang diharapkan memberikan informasi.

Di samping itu, dalam mengumpulkan data, peneliti harus menjaga kode etik seperti izin terlebih dahulu kepada informan di lingkungan sekolah, menjaga identitas informan, dan menerapkan etika berkomunikasi.

6. Menganalisis data penelitian

Setelah semua data diperoleh, peneliti dapat menganalisis data yang diperoleh, dan lalu memasukkannya dalam laporan penelitian.

Informasi dari hasil observasi, wawancara, survei, angket, maupun teknik pengumpulan data lainnya dapat dianalisis dengan teori yang sudah dipilih. Analisis yang dilakukan itu perlu menjawab fokus masalah yang sebelumnya telah dirumuskan.

Dalam konteks contoh penelitian bertema "Mencari Solusi Masalah Bullying di Sekolah A," peneliti perlu memilah dan menganalisis data untuk mendapat gambaran masalah yang terjadi.

Peneliti setidaknya perlu menjawab pertanyaan seperti: "Apakah kasus bullying selama ini sering terjadi di sekolah A?"; "Apa saja bentuk tindakan bullying yang terjadi?"; "Apa ada contoh kasus paling berat?"; "Bagaimana pola kasus bullying di sekolah A?"; "Apa faktor utama yang memicu

Selain itu, analisis itu juga perlu merumuskan rekomendasi solusi penanganan berbagai kasus perisakan maupun pencegahannya agar tidak terulang. Rekomendasi solusi yang diajukan perlu untuk disesuaikan dengan karakteristik persoalan.

Misalnya, jika dalam penelitian ditemukan fakta bahwa pemahaman murid tentang efek buruk bullying masih rendah, rekomendasi solusi bisa berupa penyelenggaraan seminar tentang tema ini. Solusi lain bisa berupa memasukkan materi bertema bullying menjadi bagian dari pelajaran di kelas.

Sementara itu, jika banyak terjadi kasus bullying di sekolah A, rekomendasi solusi dapat berupa pembentukan unit khusus di sekolah untuk menangani masalah ini. Unit khusus itu bisa membuka layanan penerimaan aduan/laporan kasus bullying, hingga memberikan pendampingan pada korban dan menyiapkan mekanisme penanganan bagi pelaku.

7. Melaporkan dan Mengomunikasikan Hasil Penelitian

Data yang diperoleh, hasil analisis, dan rekomendasi penyelesaian masalah di atas harus didokumentasikan dalam bentuk laporan penelitian.

Laporan penelitian kemudian dapat dipublikasikan atau diserahkan kepada pengajar dan pimpinan sekolah. Jika memungkinkan, laporan penelitian itu bisa dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Hasil penelitian itu perlu dikomunikasikan, terutama kepada pihak-pihak yang mempunyai kewenangan untuk menangani masalah, agar rekomendasi solusi bisa diterapkan. Dalam level minimal, setidaknya pihak yang berkepentingan mengetahui masalah yang terjadi.

Proses penyampaian rekomendasi pun bisa dilakukan dengan menggelar seminar, diskusi, audiensi dengan pimpinan sekolah, publikasi artikel, dan lain sebagainya.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom