Menuju konten utama
Materi Konflik Sosial

Contoh Konflik Antar Kelas Sosial di Indonesia & Penjelasannya

Konflik antarkelas sosial dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dan akses sumber daya maupun kekuasaan. Berikut contoh dan penjelasannya.

Contoh Konflik Antar Kelas Sosial di Indonesia & Penjelasannya
Demo buruh merupakan bentuk konflik antarkelas sosial yang terjadi di suatu masyarakat. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/wsj.

tirto.id - Konflik antarkelas sosial merupakan salah satu kajian dalam studi sosiologi karena membahas problematika kelompok. Lantas, apa saja contoh konflik antarkelas sosial yang terjadi di masyarakat?

Menurut Soerjono Soekanto dalam Sosiologi: Suatu Pengantar (2014), konflik antarkelas sosial adalah konflik yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan. Khususnya di antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.

Adapun kepentingan ini dapat mencakup perihal ekonomi, martabat, politik, kekuasaan, dan sebagainya. Ketika ketimpangan dan ketidakpuasan dari salah satu pihak muncul, hal ini berpotensi memicu konflik.

Contoh Konflik Sosial Antar Kelas di Indonesia

Sebelum melihat contoh konflik antarkelas sosial di Indonesia, perlu diketahui dahulu bahwa kelas sosial adalah golongan masyarakat sesuai jumlah kekayaan maupun status tertentu.

Perbedaan yang ada di antara masing-masing kelas sosial ini kerap menimbulkan konflik. Berikut ini sejumlah contoh konflik antarkelas sosial yang pernah terjadi di negara Indonesia.

1. Konflik Perusahaan dan Karyawan

Karyawan yang termasuk kelas proletar kadang kala merasakan ketidakadilan ketika tenaganya diperas, namun tidak diberi upah layak. Sementara kelas borjuis yang memiliki modal (kapital) dan menduduki posisi tinggi di perusahaan, dianggap sebagai penindas para karyawan.

Ketika para karyawan tersudut dan tidak puas dengan upah yang mereka terima, terjadi penuntutan kepada pihak perusahaan. Kadang kala, ada demo atau tuntutan keadilan agar keinginan mereka terpenuhi.

Contohnya pada 2020 silam, ada masalah Serikat Pekerja TransJakarta (SPT) yang menuntut pelunasan upah lembur libur nasional dan libur pemilu. Lantaran tidak dibayarkan sepanjang 2015-2019, konflik ini berujung ke pihak yang berwajib.

2. Konflik Pernikahan Bangsawan dan Rakyat Jelata

Di suatu masyarakat tertentu, ada strata sosial berdasarkan keturunan-keturunan tertentu. Orang dari keturunan rakyat biasa bisa saja dilarang menikah dengan orang dari keturunan bangsawan.

Seperti di Bali, kelas ningrat tidak boleh menikah dengan rakyat jelata atau orang luar Bali. Sebagai contoh konkret permasalahan ini, ada kasus nyata berupa pernikahan ayah dan ibu Presiden Soekarno.

Ayah Presiden Soekarno adalah Raden Sukemi Sosrodiharjo, orang Jawa yang merantau ke Bali. Ia kemudian jatuh cinta dan ingin menikah dengan Ida Ayu Nyoman Rai, gadis bangsawan Bali dari keluarga ningrat.

Keduanya harus kawin lari karena konflik antara golongan ningrat yang merasa bahwa anak mereka tidak pantas kawin dengan orang biasa. Lebih dari itu, ia berasal dari Pulau Jawa yang ada di luar Bali.

Kasus konflik antarkelas sosial ini juga diceritakan dalam banyak karya sastra, misal roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1938) karangan Buya Hamka. Zainuddin berasal dari golongan biasa, yaitu orang luar Minangkabau, tidak boleh menikahi Hayati yang berasal dari keluarga terhormat Minang.

3. Konflik Aceh: GAM versus Pemerintah RI

Contoh konflik antarkelas sosial di Aceh antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah RI memiliki sejarah panjang. Dari perspektif GAM, ada ketidakpuasan di bidang pembangunan wilayah Aceh karena standar ganda Pemerintah RI.

Dampaknya berujung pada kemiskinan, tidak meratanya fasilitas pendidikan, dan tingkat keselamatan masyarakat Aceh yang dianggap rendah. Pada 1976, Hasan Datuk di Tiro mendirikan GAM dengan membawa propaganda anti-Jawa.

Mereka akhirnya dianggap pemberontak oleh Pemerintah RI, lalu diupayakan untuk dibasmi. Pada 2005 silam, konflik antara GAM dan Pemerintah RI berakhir damai melalui Kesepakatan Helsinki yang ditandatangani di Finlandia.

Penyebab Konflik Antar Kelas Sosial

Murlianto Sumardi dan Hans-Diecter Evers membagi kelas sosial menjadi tiga jenis, seperti dikutip dari Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok (1982). Kelas sosial terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).

Adapun penyebab konflik antarkelas sosial secara umum melibatkan kesenjangan atau ketimpangan tertentu. Lazimnya, kelompok yang berkedudukan lebih tinggi dalam kelas sosial memiliki kesempatan lebih untuk mengakses kekuasaan dan sumber daya.

Kelas atas memperoleh akses lebih banyak dibandingkan kelas menengah. Sementara itu, kelompok yang termasuk kelas bawah mendapatkan akses paling sedikit dibanding kelas lainnya.

Di sisi lain, Karl Marx hanya membagi kelas sosial berdasarkan dua kategori. Klasifikasi tersebut mencakup kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletar (golongan buruh).

Pertentangan atau konflik antarkelas sosialpun terjadi ketika dua kelas itu punya perbedaan kepentingan. Seperti contoh sebelumnya, kerap kali kelas proletar mendapatkan ketidakadilan dan mengharuskan diri untuk menentang.

Baca juga artikel terkait JOBS EDUCATION atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Edusains
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yuda Prinada