Menuju konten utama

Apa Itu Stratifikasi Sosial, Fungsi, dan Dampaknya?

Stratifikasi sosial menjadi salah satu topik penting dalam kajian sosiologi. Berikut ini pengertian, fungsi, bentuk hingga dampaknya.

Apa Itu Stratifikasi Sosial, Fungsi, dan Dampaknya?
Ilustrasi perumahan. Rumah tinggal di kawasan elite menjadi salah satu bentuk contoh stratifikasi sosial yang terlihat. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.

tirto.id - Stratifikasi sosial adalah konsep pengelompokan di sosiologi yang termanifestasi dalam sistem bermasyarakat. Contoh stratifikasi sosial misalnya terdapat kelompok orang kaya atau miskin yang bisa terlihat dari tempat tinggal, kualitas kesehatan maupun pendidikan, hingga gaya hidup.

Rata-rata orang dengan ekonomi berkecukupan atau lebih tinggal di kawasan elite, memiliki rumah besar dan bagus, bahkan juga kendaraan mewah. Sementara, orang-orang perpenghasilan rendah harus berpikir panjang untuk sekadar memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Perbedaan tingkat antara golongan satu dengan golongan yang lainya dalam masyarakat itu lalu memicu pembentukan stratifikasi sosial, demikian dikutip dari buku Sosiologi karya Indianto Muin. Untuk memahami lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial, unsur, fungsi, hingga dampaknya.

Apa Itu Stratifikasi Sosial?

Sistem kedudukan sosial dalam masyarakat disebut dengan stratifikasi sosial. Konsep ini muncul karena dalam hidup bermasyarakat selalu terlihat adanya pengelompokan, yang secara disadari atau tidak, telah terbentuk sejak lama.

Kelas sosial dalam stratifikasi sosial menggambarkan pembedaan atau pengelompokan komunitas secara bertingkat, misalnya dalam strata tinggi, sedang, hingga rendah. Pengelompokan masyarakat ini bisa didasarkan pada simbol-simbol yang dianggap berharga atau bernilai dalam bidang sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun dimensi lainnya.

Adapun pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli yakni sebagai berikut.

1. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Pitirim A. Sorokin

Stratifikasi sosial diartikan sebagai perbedaan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarkis).

2. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Robert M.Z. Lawang

Stratifikasi sosial adalah pengelompokan individu dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis berdasarkan dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise.

3. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Soerjono Soekanto

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan posisi individu atau kelompok berdasarkan kedudukan yang berbeda secara vertikal dalam masyarakat.

4. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut P.J. Bouman

Menurut Bouman, stratifikasi sosial adalah pengelompokan manusia yang didasari oleh cara hidup tertentu dan kesadaran akan hak-hak istimewa, yang menyebabkan adanya tuntutan akan gengsi sosial.

5. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Menurut Astrid S. Susanto

Stratifikasi sosial hasil interaksi keseharian antarmanusia yang dilakukan secara teratur sehingga setiap manusia mempunyai pola yang menentukan hubungan mereka dengan orang lain secara vertikal dalam masyarakat.

6. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt

Stratifikasi sosial dipahami sebagai sistem yang menciptakan perbedaan status di dalam suatu masyarakat.

Teori Stratifikasi Sosial

Dalam buku Stratifikasi dan Mobilitas Sosial (2016), Indera Ratna Irawati Pattinasarany menulis bahwa untuk memahami pengertian stratifikasi sosial secara mendalam perlu mengkaji teori-teori sosiologi yang mengkaji topik ini.

Dia membagi kelompok teori sosiologi yang membahas topik stratifikasi sosial menjadi dua, yakni teori klasik dan modern. Dalam teori sosiologi klasik, tiga tokoh penting yang melakukan kajian mendalam mengenai stratifikasi sosial adalah Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim.

1. Teori Stratifikasi Sosial Menurut Karl Marx

Dalam teori Karl Marx, stratifikasi sosial terjadi karena kesenjangan dalam relasi kepemilikan alat produksi. Ketimpangan dalam kepemilikan alat produksi dalam suatu masyarakat itu mewujud pada kemunculan kelas pemilik modal dan pekerja. Maka, model stratifikasi sosial di teori Marx, bersifat unidimensional, alias ditentukan oleh satu faktor yakni ekonomi.

2. Teori Stratifikasi Sosial Menurut Max Weber

Sementara teori Max Weber mengaitkan stratifikasi sosial dengan dimensi lebih beragam. Selain terkait dengan ekonomi, stratifikasi sosial dalam teori Weber juga berkaitan dengan kelompok status atau kehormatan individu dan politik atau kekuasaan.

3. Teori Stratifikasi Sosial Menurut Emile Durkheim

Berbeda dari dua tokoh sebelumnya, teori Emile Durkheim mengulas stratifikasi sosial dari sudut pandang atau perspektif fungsional. Teori fungsional melihat bagian-bagian di suatu masyarakat, bisa aktif sesuai fungsinya.

Maka itu, Durkheim memperhatikan tema solidaritas sosial. Dia lalu menyimpulkan solidaritas sosial bisa muncul dari pembagian kerja yang memunculkan ikatan moral.

Sementara dalam sejumlah teori sosiologi modern, ulasan tentang stratifikasi sosial dikemukakan beberapa tokoh, seperti Ralf Dahrendorf, Erik Olin Wright, Peter Blau, Pitirim Sorikin, Randall Collins, dan banyak pemikir penting lainnya.

Hingga kini, setidaknya ada tiga gugus perspektif dalam sosiologi yang mengkaji stratifikasi sosial, yakni fungsional, konflik, dan interaksionisme simbolik. Ketiganya memiliki perbedaan sudut pandang, cara berpikir, dan fokus perhatian.

Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial

Dikutip dari buku Sosiologi Pendidikan oleh Hermawan dan Sulastri (2023) beberapa unsur yang menjadi dasar stratifikasi sosial yakni kedudukan dan peran. Berikut selengkapnya.

1. Kedudukan (Status)

Menurut Roucek dan Warren, kedudukan adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial, kedudukan menggambarkan tempat seseorang dalam lapisan masyarakat, terkait dengan keberadaan orang lain, lingkungan pergaulan, harga diri, hak, dan kewajiban.

Setiap individu dalam pergaulan hidupnya memiliki beberapa status pokok, yaitu:

  • Status dalam lingkungan kerja atau pekerjaan.
  • Status dalam sistem kekerabatan.
  • Status religius dan status politik.
Menurut Narwoko, status menurut cara memperolehnya dibagi menjadi tiga macam:

  1. Ascribed Status: Kedudukan yang diperoleh sejak lahir, tanpa memandang kemampuan individu, melalui sistem pelapisan sosial tertutup, seperti berdasarkan ras.
  2. Achieved Status: Kedudukan yang dicapai seseorang melalui usaha sendiri secara sengaja, terbuka bagi siapa saja tergantung kemampuan individu.
  3. Assigned Status: Kedudukan yang diperoleh melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain atas jasa-jasa tertentu.

2. Peran (Role)

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Jika seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya, maka ia telah menjalankan suatu peran.

Setiap orang dapat memiliki berbagai macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Peran menentukan tingkah laku individu, yang berdampak pada penyesuaian perilaku dalam kelompok.

Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat disebut social position, dan merupakan unsur statis. Sedangkan peran lebih menunjukkan fungsi aktif seseorang dalam masyarakat.

Levinson menyebutkan bahwa peran minimal mencakup tiga hal:

  1. Peran meliputi norma-norma masyarakat.
  2. Peran sebagai konsep tentang apa yang dapat dilakukan individu.
  3. Peran dinyatakan sebagai perilaku individual dalam struktur sosial.

Bentuk Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk. Berikut selengkapnya dilansir dari Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI oleh Puline Pudjiastuti.

1. Sistem Kasta

Dalam sistem kasta, keanggotaan ditentukan berdasarkan warisan dan berlangsung seumur hidup. Stratifikasi sosial pada masyarakat yang menganut sistem kasta bersifat kaku dan tidak bisa diubah.

Contohnya seperti di Bali yang mengenal empat kasta utama yaitu Brahmana, Satria, Vesya, dan Sudra. Hubungan antar kasta tersebut diatur ketat, termasuk dalam hal pernikahan.

2. Sistem Kelas Sosial

Sistem ini membagi masyarakat ke dalam kelas atas, menengah, dan bawah. Kelas sosial biasanya berhubungan dengan kedudukan keluarga.

3. Sistem Feodal

Dalam sistem feodal, posisi seseorang diberikan sejak lahir dan tidak dapat berubah. Mobilitas sosial hampir tidak mungkin, contohnya seperti rakyat biasa yang tidak dapat naik menjadi bangsawan.

4. Sistem Apartheid

Sistem apartheid merupakan bentuk diskriminasi berdasarkan warna kulit, seperti yang pernah diterapkan di Afrika Selatan, di mana keturunan Eropa dipisahkan dari penduduk kulit berwarna.

Fungsi Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial memiliki beberapa fungsi utama dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.

1. Menentukan Status Sosial

Menurut Kingsley Davis dan Wilbert E. Moore, stratifikasi sosial berfungsi untuk menempatkan individu pada posisi atau status sosial yang sesuai untuk melaksanakan tugas dan kewajiban di masyarakat.

2. Menjamin Keteraturan Sosial

Stratifikasi sosial membantu menempatkan individu yang memiliki keahlian, kepemimpinan, dan pendidikan di posisi penting untuk menjaga keteraturan, stabilitas, dan kesinambungan komunitas.

3. Membentuk Kelas Sosial

Karl Marx dan Max Weber berpendapat bahwa stratifikasi sosial berfungsi membedakan kekayaan, kekuasaan, kehormatan (privilege), dan prestise di antara anggota masyarakat.

4. Mempersatu dan Mempermudah Sistem Kehidupan Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial membantu mengelompokkan masyarakat berdasarkan fasilitas hidup tertentu, seperti akses terhadap barang dan gaya hidup.

Fungsi stratifikasi sosial sebagai pemersatu adalah menciptakan keteraturan sosial dengan mengelompokkan individu atau kelompok ke dalam struktur tertentu. Dengan begitu, masing-masing pihak mengetahui peran, hak, dan kewajibannya dalam masyarakat.

Dampak Stratifikasi Sosial

Dampak yang ditimbulkan akibat ketidaksamaan dalam sistem sosial (stratifikasi sosial) yakni sebagai berikut.

1. Perbedaan Gaya Hidup

Menurut Kamanto Sunarto dalam buku Pengantar Sosiologi, stratifikasi sosial menyebabkan perbedaan gaya hidup di masyarakat, karena simbol-simbol tertentu menandakan status sosial seseorang.

2. Penegasan Status Melalui Simbol

Peter Berger melalui bukunya, The Social Construction of Reality, menyatakan bahwa individu menunjukkan pencapaiannya kepada orang lain melalui berbagai simbol yang menandakan status sosialnya.

Simbol status ini terwujud dalam cara menyapa, berbahasa, gaya bicara maupun komunikasi nonverbal seperti gerak tubuh, gaya pakaian, dan penggunaan aksesoris.

3. Terbentuknya Masyarakat Majemuk

Selain itu, stratifikasi sosial menyebabkan masyarakat menjadi majemuk, di mana muncul beragam kebudayaan dalam satu komunitas.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Desika Pemita

tirto.id - Edusains
Kontributor: Desika Pemita
Penulis: Desika Pemita
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Nisa Hayyu Rahmia