Menuju konten utama

Ciri Malam Lailatul Qadar Menurut Sunnah: 10 Hari Terakhir Ramadhan

Ciri malam Lailatul Qadar menurut sunnah (dalil hadis) merujuk malam itu terjadi pada 10 hari terakhir Ramadhan, tetapi tanggal pastinya dirahasiakan Allah.

Ciri Malam Lailatul Qadar Menurut Sunnah: 10 Hari Terakhir Ramadhan
Sejumlah santri dan santriwati membaca Al Quran bersama saat mengaji malam 'selikuran' di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Al Mubarokah, Sempu, Andong, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (2/5/2021). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

tirto.id - Apa ciri-ciri malam lailatul qadar yang merujuk pada hadits? Rasulullah saw. menganjurkan umat Islam untuk mencari malam yang lebih baik daripada malam 1.000 bulan tersebut pada 10 hari terakhir Ramadhan. Apa hikmah di balik dirahasiakannya tanggal pasti lailatul qadar kepada kaum muslim?

Lailatul qadar adalah malam kemuliaan. Pada malam tersebut, Al-Qur'an diturunkan seperti yang difirmankan Allah dalam Surah Al-Qadar 1 hingga 5.

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar."

Jumhur ulama berpendapat bahwa lailatul qadar akan selalu ada pada setiap tahunnya, dan dikhususkan pada bulan Ramadhan. Rasulullah saw. sendiri meminta umat Islam untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan malam tersebut.

Ibnu Abi Ashim an-Nabil dengan sanad dari Jabir bin Abdullah, menyambaikan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya aku pernah melihat lailatul qadar, lantas aku dibuat lupa mengenainya. Malam tersebut ada di sepuluh malam terakhir dari malam-malamnya (Ramadhan). Malam tersebut sangat cerah, tidak panas, dan tidak dingin. Seakan-akan di malam tersebut ada rembulan. Setan tidak akan keluar hingga terbit fajar."

Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar

Dalam "Waktu Terjadinya Lailatul Qadar Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani" oleh Muhammad Abror (NU Online). dijelaskan bahwa tidak ada yang bisa memastikan kapan persisnya lailatul qadar karena malam tersebut memang sengaja dirahasiakan oleh Allah.

Namun, Ibnu Hajar al Asqalani dalam Fathul Bari menyebutkan, pendapat terkuat adalah bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada tanggal-tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Yang paling potensial adalah 21 dan 23 Ramadhan. Sementara itu, sebagian ulama menyebutkan lailatul qadar terjadi pada 27 Ramadan.

Terkait ciri-ciri malam lailatul qadar, terdapat berbagai rujukan yang menyiratkan bahwa malam tersebut adalah malam yang tenang, tidak panas atau tidak dingin. Namun, seseorang baru menyadari bahwa lailatul qadar sudah terjadi pada keesokan harinya, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu hajar al Asqalani, "kebanyakan semua itu tidak dapat diketahui kecuali setelah berlalunya lailatul qadar".

Beberapa ciri malam lailatul qadar adalah sebagai berikut.

Matahari yang Bercahaya Tidak Terik Pada Keesokan Paginya

Diriwayatkan dari Sulaiman bin Harb dan Musaddad, mereka kedua mendapatkan riwayat dari Hammad bin Zaid, dari 'Ashim bin Abun Najud, dan dari Zirrin (Zirrim bin Hubaisy), ia bertanya kepada Ubay bin Ka'b, "Wahai Abu Mundzir, beritahukanlah kepadaku mengenai lailatul qadar karena sesungguhnya sahabat kami (Ibnu Mas'ud) pernah di tanya tentang lailatul qadr, lalu dia menjawab, "Barangsiapa melakukan (qiyamullail) setahun penuh, maka ia akan mendapatkannya"."

Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Abdurrahman, sungguh dirinya telah mengetahui bahwa lailatul qadr terjadi pada bulan Ramadhan."

Terkait hal ini, Musaddad menambahkan, "Tapi beliau (Rasulullah) tidak senang jika kalian bergantung pada lailatul qadar -atau- beliau lebih suka jika kalian tidak bergantung pada lailatul qadr. Demi Allah, sesungguhnya lailatul qadr itu terjadi pada bulan Ramadhan yaitu pada tanggal 27 tanpa terkecuali."

Zirrin bertanya lagi, "Wahai Abu Mundzir, bagaimana kamu dapat mengetahui hal itu?"

Ubay bin Ka'bb menjawab; "yaitu dengan tanda-tanda yang pernah diberitahukan Rasulullah saw."

Zirr bin Hubaisy menambahkan, "Matahari pada pagi harinya seperti baskom, tidak bercahaya hingga ia meninggi." (H.R. Abu Dawud).

Dalam hadis riwayat muslim, yang menjawab tentang tanda-tanda lailatul qadar dalah Ubay bin Ka'b, ia berkata, " Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah saw. kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."

Malam yang Nyaman dan Terang, Tidak Panas dan Tidak Pula Dingin

Sementara itu, diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda mengenai malam lailatul qadar, "malam yang sangat nyaman dan terang, tidak panas dan tidak dingin. Dan matahari pada pagi harinya, sinarnya kelihatan lemah lagi berwarna merah."

Namun, bagi seorang muslim, hendaknya tanda-tanda malam tersebut tidak lantas membuatnya abai akan misi mencari lailatul qadar. Yang diutamakan dalam 10 malam terakhir Ramadhan adalah beribadah sebanyak-banyaknya demi mengharap ridha Allah, yaitu dengan mendapatkan lailatul qadar.

Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan, "Menurut para ulama, hikmah tidak diberitahukannya waktu lailatul qadar adalah untuk memotivasi agar umat Islam selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah. Berbeda apabila ditetapkan pada satu malam tertentu, maka orang-orang akan beribadah dengan sungguh-sungguh pada malam itu saja."

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya