tirto.id - Ikin Sodikin pernah menjalani Ketua KPU Cimahi, Jawa Barat, selama dua periode. Pada 2014, ia mengundurkan diri dari KPU untuk menjadi caleg DPR RI, Dapil Jawa Barat I, lewat PKB. Dua tahun setelahnya, ia menjadi calon walikota Cimahi lewat PDIP.
Setelah gagal, Sodikin hijrah ke Partai Berkarya dan menjadi ketua DPC Cimahi dari partai yang dibentuk Tommy Soeharto itu. Tak lama, ia pindah lagi ke Partai Idaman, yang dibentuk oleh raja dangdut Rhoma Irama, sebagai pendiri wilayah Cimahi.
Sejak Juli 2017, Sodikin menjadi ketua DPD Jawa Barat Partai Garuda. Ia seorang dosen Ilmu Administrasi Negara di FISIP Universitas Pasundan.
“Pengurus umumnya orang baru tapi tokoh lokal,” kata Sodikin menyebut postur pengurus partai di tingkat DPD dan DPC Jawa Barat. “Banyak yang pindahan partai lain. Ada yang dari partai lama yang tidak lolos verifikasi.”
Cerita gonta-ganti baju partai juga bisa kita dengar dari Ahmad Jony Marzainur. Ia adalah mantan caleg DPR dari Partai Bulan Bintang tahun 2014, Dapil Riau I. Setelah gagal, pada 2011, ia menjadi Ketua DPD Riau Partai Nasional Republik (Nasrep). Pada 2015, Partai Nasrep dilebur dengan Partai Beringin Karya menjari Partai Berkarya.
“Begitu Nasrep berubah jadi Partai Berkarya, saya tidak mau ikut. Partai Garuda nilai jualnya lebih gampang,” ujar Marzainur.
Kini Marzainur menjadi ketua DPD Riau Partai Garuda. Ia juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Provinsi Riau. Secara sekaligus, Marzainur menjabat di lebih dari tiga organisasi lain.
“Saya terbiasa megang organisasi sampai lima. Enggak ada masalah, yang penting kerja sama,” katanya.
Marzainur membawahi 12 DPC. Pengurus tertua berumur lebih dari 50 tahun, sementara pengurus termuda berusia sekitar 30 tahun.
Selain dua nama itu, kisah yang sama bisa kita peroleh dari Rahayu Senjayawati, ketua DPD Jawa Tengah Partai Garuda. Ia pernah menjadi caleg DPRD Semarang dari Partai Nasdem Dapil 4, bernomor urut 6, yang menguras dana kampanye Rp16 juta.
Sekjen Partai Garuda Abdullah Mansuri mengaku tak tahu jika Ikin Sodikin dan Jony Marzainur pernah menjadi pengurus di partai lain. Terlebih ia juga tak tahu jika kedua pengurus itu pernah menjadi pendiri partai lain di daerahnya masing-masing.
“Ketua DPD Partai Garuda enggak pernah jadi ketua DPD partai lain,” klaim Mansuri, yang tentu saja keliru dari kisah yang diutarakan langsung oleh nama-nama pengurus di atas kepada saya.
Alasan bahwa Partai Garuda tak mengambil kader partai lain, kata Mansuri, karena “kami tidak mau orang lain beranggapan orang-orang kami kutu loncat."
Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana juga mengaku tak tahu jika Ikin Sodikin pernah berlaga merebut kursi legislatif. Sabana malah menganggap di Partai Garuda hanya dia yang pernah maju menjadi caleg DPR RI.
“Dia (Ikin Sodikin) mah bukan caleg, komisioner KPU,” ungkap Sabana.
Sabana pernah menjadi calon anggota DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2014 lewat Partai Gerindra. Mengantongi nomor urut 2 dari Dapil DKI Jakarta VI, Sabana hanya mendapatkan 3.691 suara.
Toh, akhirnya, Sabana mengatakan bahwa ia tidak mempermasalahkan soal kader partai yang berpindah-pindah parpol. Ia menganggap pengurus partai saat ini memiliki loyalitas tinggi pada Partai Garuda.
Strategi Konvensional Rebut DPR
Saat parpol baru yang lain memakai beragam strategi kampanye agar lebih populer, Partai Garuda tidak. Mereka bergerak tanpa konsultan politik dan lembaga survei internal untuk pemenangan Pemilu 2019.
Semasa jadi caleg dari PBB, Ahmad Jony Marzainur, Ketua DPD Riau Partai Garuda, juga tak memakai jasa konsultan atau lembaga survei.
“Itu butuh biaya yang tinggi,” kata Marzainur.
Bahkan soal atribut pemenangan, Marzainur mengandalkan desain yang dibuat cuma-cuma oleh anggotanya. Ia menganggap postingan di sosial media makin ramai setiap dibubuhi logo partai garuda. Itu diandalkan Marzainur sebagai tolak ukur pengganti survei internal.
“Biasanya yang like di Facebook cuma 10 atau 20 orang. Sekarang ada logo partai garuda yang like sampai 200 orang,” ujarnya.
Ia telah menyiapkan strategi pemenangan bagi para caleg Partai Garuda. Menurutnya, setiap caleg harus rendah hati dan tak mengumbar janji.
“Jangan diiming-imingi karena rakyat kita bukan pengemis,” ucapnya. Bersama timnya, Marzainur akan menjadwalkan dalam satu hari setiap caleg harus mendengar keluhan minimal sepuluh warga.
Ikin Sodikin, Ketua DPD Jawa Barat, menyadari partainya tak mengandalkan propaganda melalui perusahaan media. “Partai kami tidak dikawal nama dan uang besar,” ucapnya. Maka, Sodikin akan menggelar strategi pemenangan yang sederhana: bergerak dari kampung ke kampung.
Ahmad Ridha Sabana, Ketua Umum Partai Garuda, menegaskan pemilihan caleg DPR akan disepakati oleh DPP. Sedangkan DPR tingkat provinsi dan daerah dipilih oleh DPD dan DPC dalam agenda yang bernama 'Rembuk Garuda'. Penentuan itu bukan hak prerogatif ketua umum partai.
“Kalau partai lain cawe-cawe, kami tidak,” sindir Sabana. “Tapi kalau mereka bergeser dengan visi kami, saya punya hak prerogatif mengganti.”
Sekjen Partai Garuda Abdullah Mansuri menjelaskan bagaimana partainya akan menggerakkan mesin politik secara konvensional. Mereka tak akan berkoar-koar di media sosial, tetapi melakukan yang dia sebut "gerilya sunyi" dari rumah ke rumah calon pemilih.
“Jika ada DPD atau DPC yang menarik mahar sepeser pun kepada caleg, akan saya bekukan,” katanya.
Mansuri berkata Partai Garuda tak akan memainkan sentimen etnis dan agama untuk mendulang suara. Dan, jika partai ini gagal memenuhi ketentuan ambang batas suara di parlemen sebesar 4 persen, ia berkata bahwa para pengurusnya tak akan menjual Partai Garuda.
“Bikin partai enggak mudah, jangan sampai sekali lalu bubar," katanya.
Editor: Fahri Salam