Menuju konten utama

BPS: Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Indonesia Masih Rendah

BPS menilai pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia masih timpang meski ada peningkatan sejak 2015.

BPS: Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Indonesia Masih Rendah
(Ilustrasi) Teknisi jaringan PT Telkomsel melakukan perawatan BTS di kawasan perkebunan Kampung Ciarileu, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (9/8/2017). ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ketimpangan masih jadi persoalan dalam pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia. Meskipun demikian, pada skala 0-10, indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi Indonesia pada 2016 ada di level 4,34. Catatan ini naik dari indeks di 2015 yang cuma sebesar 3,88.

Indeks tersebut lantas dijadikan BPS sebagai suatu ukuran standar yang dapat menggambarkan tingkat pembangunan teknologi informasi dan komunikasi suatu wilayah, kesenjangan digital, serta potensi pengembangan TIK. Semakin rendah nilai pada indeks itu artinya pembangunan TIK di suatu wilayah masih belum optimum, begitu juga sebaliknya.

“Betul ada kenaikan dari indeks di 2015 ke 2016, terutama karena adanya penggunaan internet. Meski ada capaian, tapi ada daerah yang masih tertinggal,” kata Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya pada Jumat (15/12/2017).

Lebih lanjut, BPS mencatat bahwa di antara 34 provinsi yang ada di Indonesia, provinsi dengan indeks pembangunan tertinggi di 2016 adalah DKI Jakarta dengan perolehan 7,41. Berturut-turut di bawahnya ada Daerah Istimewa Yogyakarta dengan indeks sebesar 6,12, dan Kalimantan Timur yang sebesar 5,84.

Sementara itu, tiga provinsi dengan indeks pembangunan teknologi informatika dan komunikasi terbawah, ada Sulawesi Barat di level 3,02, Nusa Tenggara Timur dengan angka 2,75, dan Papua yang sebesar 2,41.

“Ini menunjukkan persoalan yang dihadapi Indonesia adalah disparitas. Secara nasional, provinsi di Indonesia wilayah timur masih tertinggal,” ungkap Suhariyanto.

Dia menambahkan posisi indeks pembangunan TIK di Indonesia terhadap standar dunia juga belum begitu baik. Dari 176 negara, Indonesia berada di peringkat 111 pada 2016.

Kendati naik 3 poin dari posisinya pada angka 114 di 2015 lalu, namun posisi Indonesia masih jauh dari sejumlah negara tetangga lain, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

“Posisi Indonesia ini berada di atas negara Kamboja, Myanmar, dan Timor Leste,” kata Suhariyanto lagi.

Angka hasil penghitungan BPS untuk indeks pembangunan TIK itu ternyata sejalan dengan indeks yang dirilis International Telecommunication Union (ITU). Di 2016, ITU menempatkan Indonesia pada level 4,33, naik dari posisinya di 2015 yang sebesar 3,85.

Berdasarkan subindeksnya, akses dan infrastruktur penggunaan naik dari 4,81 di 2015 menjadi 4,88 di 2016. Selain itu, secara year-on-year untuk indikator penggunaan pun naik dari 2,21 (2015) menjadi 3,19 (2016), dan keahlian meningkat dari 5,38 (2015) ke 5,54 (2016).

“Adanya lonjakan penggunaan mengindikasikan persentase penduduk yang mengakses internet peningkatannya luar biasa,” ucap Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait BADAN PUSAT STATISTIK atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom