tirto.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin ditutup menguat di tengah ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) sebanyak dua kali pada 2024. Dikutip dari Antara, pada akhir perdagangan Senin, rupiah naik 56 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.394 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.450 per dolar AS.
Terkait hal itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, menilai, penguatan rupiah terjadi setelah Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dan Menteri Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, serta pemerintah baru yang diwakili Anggota Bidang Keuangan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Thomas Djiwandono, meluruskan pandangan pasar dalam sebuah konferensi pers pagi tadi.
Ini sesuai dengan pelemahan rupiah yang salah satunya disebabkan oleh persepsi pasar terhadap isu terkait Presiden terpilih Prabowo yang dikabarkan akan menarik utang hingga lebih dari 50 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, pemerintahan ke depan juga dikabarkan akan melakukan belanja lebih agresif, sehingga membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 melonjak dari yang telah disepakati, yaitu di kisaran 2,29 – 2,82 persen.
“Nilai tukar ini ada dua yang mempengaruhi, pertama fundamental. Kedua market sentiment dan kalau kita lihat fundamental, dengan capaian ekonomi sampai saat ini, kita relatif cukup nyaman market itu. Tapia ada satu persepsi yang Alhamdulillah tadi pagi sudah di-clear-kan dengan adanya press conference antara wakil pemerintah sekarang dengan yang akan datang,” jelas Destry, dalam Rapat Kerja Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dengan Bank Indonesia, Senin (24/6/2024).
Destry menilai dengan adanya pelurusan persepsi ini, pasar menjadi cukup tenang, terefleksi dari penguatan rupiah yang mencapai 0,34 persen. Bahkan, penguatan rupiah menjadi yang terbesar di antara negara-negara Asia lainnya.
“Dibandingkan dengan peer group-nya, kita menguat jauh lebih besar,” katanya.
Lebih lanjut, Destry meminta kepada seluruh pihak, baik Bank Indonesia, Kementerian/Lembaga hingga DPR untuk bekerja sama untuk meyakinkan pasar dengan fundamental perekonomian Indonesia yang masih cukup tangguh, rupiah masih memiliki kemungkinan untuk menguat.
“Tinggal persepsi-persepsi yang muncul di market ini yang perlu kita luruskan. Ini menjadi tugas dari Bank Indonesia dan juga Kementerian/Lembaga dan tentunya kami meminta support dari Bapak.Ibu di Komisi XI DPR,” tegas Destry.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Intan Umbari Prihatin