Menuju konten utama
3 Februari 2012

Berdansa dengan Datuk Maringgih

Irama salsa.
Jiwa menolak tua
di lantai dansa.

Berdansa dengan Datuk Maringgih
Ilustrasi mozaik him Damsyik. tirto.id/Sabit

tirto.id - Terpaut 7 warsa setelah terbitnya novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli pada 1922, lahirlah Datuk Maringgih. Lho, kok bisa? Ya, 1929 merupakan tahun kelahiran H.I.M. Damsyik yang 63 tahun kemudian memerankan Datuk Maringgih dalam kisah Siti Nurbaya versi layar kaca yang tayang di TVRI sejak 1992.

Bicara tentang Siti Nurbaya memang tidak bisa lepas dari tokoh antagonis yang diperankan Damsyik itu. Kendati sudah sering main film, tapi masyarakat terlanjur melekatkan Damsyik sebagai Datuk Maringgih, bahkan hingga ia wafat pada 3 Februari 2012, tepat hari ini 6 tahun silam.

Lantas, apakah Damsyik malu atau marah karena karakter Datuk Maringgih yang penuh dengan sifat tercela itu terus menempel pada dirinya? Ternyata tidak. Orang juga tahu, sosok Damsyik yang sebenarnya jauh dari karakter negatif Datuk Maringgih.

Sebaliknya, ingatan masyarakat yang selalu menghubungkannya dengan sosok suami paksa Siti Nurbaya itu justru menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Damsyik sangat sukses berperan sebagai Datuk Maringgih. Dan, cukup langka aktor Indonesia yang mampu seperti itu.

"Tidak banyak tokoh perfilman kita yang memiliki ciri melekat seperti itu. Jadi, jika saya mendapatkan ciri tersebut, itu ciri termahal yang saya miliki," ujar Damsyik suatu kali.

Seniman Enam Zaman

Nama lahirnya adalah Incik Muhammad Damsyik. Setelah menunaikan ibadah haji ke tanah suci, ia pun mendapat tambahan “gelar” haji di depan namanya, menjadi H.I.M. Damsyik, dan itulah nama tenar yang dikenal oleh banyak orang sampai sekarang.

Memang sangat pantas Damsyik gemilang berperan sebagai Datuk Maringgih. Meskipun lahir di Teluk Betung, Lampung, tapi ia berdarah murni Minangkabau, panggung yang menjadi tempat kelahiran karakter Siti Nurbaya. Kedua orangtua Damsyik asli Sumatera Barat yang kala itu bertugas di Lampung lantaran sang ayah bekerja untuk perusahaan pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).

Damsyik tumbuh di era pergerakan nasional, suatu masa ketika rakyat Indonesia sedang menjalani kehidupan “harmonis” dengan bangsa penjajahnya, Belanda. Perlawanan yang muncul saat itu pun jauh dari bentrok fisik, digantikan dengan hadirnya tokoh-tokoh intelektual pribumi yang berjuang melalui pemikiran, tulisan, juga perhimpunan.

Boleh dibilang, Damsyik adalah sosok seniman segala zaman. Setidaknya sudah 6 titik sejarah Indonesia yang dilakoninya, dari masa kolonial Hindia Belanda, era pendudukan Jepang, masa Perang Kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga periode reformasi.

Di semua babakan zaman itu, Damsyik selalu berkesenian. Ia mulai mengenal seni tari dansa di masa mudanya, kemudian berlanjut ke seni peran lewat film pertama berjudul Bertamasya pada 1959.

Pada akhir era Sukarno, Damsyik masih sempat tampil di sejumlah sinema. Orde Baru menjadi masa jayanya karena Damsyik membintangi banyak sekali film. Sinetron Siti Nurbaya yang kian melejitkan namanya pun hadir di era ini. Setelah Soeharto tumbang, karier Damsyik tak terusik, hingga ia tak sanggup berakting lagi.

Sepanjang kariernya, Damsyik sudah tampil di lebih dari 70 judul film kendati tak selalu menjadi pemeran utama, dan setidaknya 5 sinema layar kaca. Totalitasnya luar biasa. Ia telah menjajal berbagai jenis genre film. Dari tema percintaan remaja, drama, horor, cerita rakyat, action, bahkan komedi.

Generasi 1990-an pastinya sering melihat Damsyik ikut nongol di film-film Warkop DKI yang dibintangi oleh trio komedian Dono, Kasino, Indro. Atau ketika sosok kurusnya hadir di kisah-kisah misteri ala Suzanna macam Nyi Blorong (1982), Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983), Pembalasan Ratu Laut Selatan (1988), dan sejenisnya.

Namun, dari semuanya itu, karakter Datuk Maringgih menjadi puncak karier Damsyik di dunia peran. Bersama Novia Kolopaking dan Gusti Randa, Siti Nurbaya yang diadaptasi dari novel karya Marah Rusli itu menjadi salah satu sinetron yang paling dikenang oleh rakyat Indonesia hingga kini.