tirto.id - Jumat, 20 Maret, kabar mengejutkan datang dari Belanda. Eindhovens Dagblad (ED), media lokal di Eindhoven, mengabarkan seorang warga bernama Joey Schouten, 21 tahun, dinyatakan positif COVID-19 oleh Rumah Sakit Islam Aisyiah di Malang, Jawa Timur.
Joey tercengang saat menerima pesan dari rumah sakit pada Kamis, 19 Maret, tulis laporan ED. Ia sudah berada di negaranya lagi dan dalam keadaan sehat. Seorang petugas medis di RSI Aisyiah bernama Dhea Daritsh mengabarkan tes COVID-19 Joey telah keluar dan hasilnya positif.
“Saya sekarang mengalami sendiri betapa mudah kita terpapar [COVID-19] dan bisa membuat semua orang sakit, (termasuk) anak muda seperti saya,” kata Joey kepada Eindhovens Dagblad.
Namun, kabar itu dibantah RSI Aisyiah lewat akun Instagram sehari setelah laporan terbit.
“Tidak ada pasien atas nama Helmonder Joey (21) yang dirawat di Rumah Sakit Islam Aisyiah Malang sehingga informasi yang beredar melalui WhatsApp tidak bisa dipertanggungjawabkan/di luar tanggung jawab kami,” tulis klarifikasi bertanda tangan Muhammad Mansur, Direktur RSI Aisyiah Malang.
Potongan tangkapan layar laporan ED serta foto Joey dan cuplikan teks yang tersebar di WhatsApp juga tertera di sebelah surat klarifikasi itu. (Catatan: Pihak rumah sakit salah menerjemahkan Helmonder Joey dalam laporan ED sebagai nama lengkap Joey. Helmonder merujuk sebuah tempat, dalam hal ini Helmond, sebuah kota di Eindhoven; Helmonder Joey artinya Joey orang Helmond.)
Dua hari kemudian, akun instagram RSI Aisyiah Malang kembali mengunggah klarifikasi dan menegaskan tidak pernah ada pasien bernama Joey Schouten atau Helmonder Joey. Dalam surat klarifikasi yang sama, RSI Aisyiah menjelaskan tidak punya karyawan bernama Dhea Daritsh.
Klarifikasi Para Sumber
Kepada Eindhovens Dagblad, Joey Schouten menceritakan merasa tak enak badan saat di Jawa Timur setelah dari Singapura pada Januari 2020. “Entah dari mana, saya demam sampai 41 derajat,” katanya kepada ED. “Dan saya pingsan untuk pertama kali seumur hidup.”
Ia ke Singapura untuk mengurus perpanjangan visa dan sempat mengunjungi Chinatown, katanya kepada ED. Banyak orang di sana masih tidak pakai masker karena otoritas Singapura baru mengumumkan tentang “penyakit paru-paru misterius dari Cina” seminggu kemudian, ujar Joey.
Saat kembali ke Indonesia dan mulai sakit, Schouten mengaku dirawat sembilan hari. “Para dokter bilang saya kena flu parah dan memberi banyak sekali obat,” katanya. Saking tak enak badan, ia merasa sembilan hari perawatan itu cuma seperti tiga hari. “Segitu banyak saya tidur waktu itu karena ngerasa capek banget.”
Joey berkata sampel darahnya sempat diambil enam kali tapi dokter tidak bisa menjelaskan penyebab penyakitnya, ditulis ED.
Saya menghubungi Joey Schouten untuk mengonfirmasi riwayat perjalanannya di Indonesia dan menanyakan respons tentang bantahan RSI Aisyiah Malang.
“Saya tahu saya pernah di sana. Kalau mereka mau membantah, sama sekali bukan masalah. Saya tidak mau cari masalah,” katanya.
Ia bercerita merasakan sakit setelah sepuluh hari kembali dari Singapura dan menetap di Blitar, Jawa Timur. Awalnya, ia tak mau ke rumah sakit dan memilih istirahat di rumah tiga hari lagi. Tapi, sakitnya makin parah.
“Saya tak punya pilihan selain pergi dan mengecek diri ke rumah sakit di Blitar. Saya dua hari di sana, and they did some basic research,” tambahnya.
Namun, rumah sakit itu tak tahu penyebab penyakit Joey dan merujuknya ke rumah sakit di Malang. “Saya pergi ke RSI [Aisyiah] dan mereka mengecek saya lagi. Setelah empat hari, saya pergi ke [RS] Saiful [Anwar, Malang] dan dirawat lagi, untuk tiga hari,” jelas dia.
Saya mengontak ke Rino Trisetya Hermawan, rekan Joey Schouten di Blitar, untuk mengonfirmasi kronologi kejadian.
Rino membenarkan Joey merasa sakit dan susah makan dan minum sehingga ia membawanya ke Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu di Blitar pada 22 Januari. Ia berkata rumah sakit sempat menduga Joey terkena hepatitis. “Tapi, dia enggak percaya. Katanya enggak mungkin karena dia sudah vaksin anti-hepatitis,” kata Rino.
RS Saiful Anwar Malang mengonfirmasi keberadaan Joey Schouten pada 23 Januari 2020.
“Kami bisa memberi tahu bahwa benar pasien bernama Joey Schouten terdaftar sebagai pasien di RSSA pada 23 Januari. Setelah dirawat, pasien itu diperbolehkan pulang pada 25 Januari,” kata humas rumah sakit itu kepadaThe Jakarta Post. Namun, pihak rumah sakit menolak mengelaborasi penyebab Joey Schouten dirawat.
Jika betul yang dialami Joey Schouten adalah serangan COVID-19, kasus yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 kemungkinan bukanlah kasus pertama di Indonesia.
Saat itu di Istana Negara, Presiden Jokowi menjelaskan dua kasus pertama merupakan anak dan ibu dari Depok, Jawa Barat, yang berkontak dengan warga negara Jepang.
“Ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun,” ujar Jokowi. (Ibu dan anak dinyatakan telah sembuh oleh otoritas kesehatan Indonesia dan dibolehkan pulang ke rumah setelah dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianto Saroso.)
Joey berkata kepada saya bahwa permintaan untuk dites COVID-19 datang dari dirinya sendiri, bukan atas usulan rumah sakit. Saat saya bertanya mengapa pikiran untuk minta tes itu terlintas, Joey enggan menjabarkan lebih lanjut.
“Blood swab test in RSI [Aisyiah], and blood, urine, and oral swab test in Saiful [Anwar],” kata dia.
Saat saya meminta Joey menunjukkan hasil tes COVID-19, ia tak mengindahkan. “I did my story. I want to back off from media. I also have a life to live. I told you everything.
Ia bilang hasil tes itu hanya ditunjukkan lewat pesan WhatsApp dari Dhea Daritsh, yang diakui Joey tak dikenalnya sama sekali. “Saya tidak pernah bertemu dengan orang itu karena saya waktu itu sakit parah,” tambahnya.
Kini Joey Schouten tinggal bersama ayahnya di Malaga, Spanyol. Sebelumnya, ia sempat mengunjungi ibunya di Helmond, Eindhoven, setelah dari Malang, Jawa Timur.
Brechtje Klandermans dari kedutaan besar Belanda di Indonesia berkata telah membaca artikel Eindhovens Dagblad, tapi enggan memberikan komentar atau informasi lanjutan tentang kasus yang terjadi spesifik di dalam negeri Belanda karena terkendala regulasi privasi.
“Bagaimanapun kami paham ada alasan untuk mempertanyakan keakuratan informasi yang ada dalam berita itu,” kata Klandermans. “Dua rumah sakit di Malang juga sudah menjelaskan informasi itu tidak terkonfirmasi.”
_______
Penyingkapan: Aulia Adam, reporter Tirto yang menulis laporan ini, berusaha mengontak humas RS Saiful Anwar Malang via nomor ekstensi 1000, tapi tak direspons. Ia mengontak nomor IGD rumah sakit tersebut, terhubung dua kali, tetapi seorang petugas jaga menolak memberi informasi dan memintanya menelepon humas. Kami akhirnya memakai kutipan konfirmasi rumah sakit dari laporan TheJakarta Post.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Fahri Salam