Menuju konten utama

Bank Dunia Peringatkan Risiko Resesi Global pada 2023

Bank Dunia memprediksi resesi global akan terjadi pada 2023. Sinyal tersebut terlihat ketika bank-bank sentral secara bersamaan menaikkan suku bunga.

Bank Dunia Peringatkan Risiko Resesi Global pada 2023
Ilustrasi Bank Dunia. foto/istockphoto

tirto.id - Bank Dunia (World Bank) memprediksi resesi global akan terjadi pada 2023. Sinyal tersebut terlihat ketika bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi yang memanas.

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang belum terlihat selama lima dekade terakhir. Bank Dunia memproyeksikan tren tersebut akan akan berlanjut hingga tahun depan.

Tetapi lintasan kenaikan suku bunga yang diperkirakan saat ini dan tindakan kebijakan lainnya mungkin tidak cukup untuk membawa inflasi global kembali ke tingkat yang terlihat sebelum pandemi, catat studi tersebut.

Investor memperkirakan bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4,0 persen hingga 2023. Peningkatan lebih dari 2 poin persentase dari rata-rata 2021 mereka, menurut penelitian tersebut.

"Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 - kontraksi 0,4 persen dalam hal per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global," kata penelitian dikutip dari Antara, Jumat (16/9/2022).

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi yang Berkeadilan, Ayhan Kose mencatat bahwa kenaikan suku bunga sangat sinkron di seluruh negara. Dia menuturkan hal itu dapat memperparah dalam memperketat kondisi keuangan dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global.

"Para pembuat kebijakan di negara-negara emerging markets dan berkembang harus siap untuk mengelola potensi dampak dari pengetatan kebijakan yang sinkron secara global," bebernya.

Lebih lanjut, Presiden Bank Dunia David Malpass menjelaskan serangkaian krisis keuangan di negara-negara emerging markets dan berkembang akan merugikan mereka. Dia pun khawatir tren tersebut akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang berdampak akan menghancurkan orang-orang di negara-negara emerging markets dan berkembang.

"Untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, stabilitas mata uang, dan pertumbuhan yang lebih cepat, pembuat kebijakan dapat mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi," kata Malpass.

"Kebijakan harus berusaha untuk menghasilkan investasi tambahan dan meningkatkan produktivitas dan alokasi modal, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan," tambah Malpass.

Baca juga artikel terkait ANCAMAN RESESI GLOBAL

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin