Menuju konten utama

Apa Pengaruh Ditangkapnya 'El Chapo' terhadap Kartel Sinaloa?

Usai sudah pelarian "Si Pendek". Tapi bagaimana dengan kartel Sinaloa yang pernah dipimpinnya?

Joaquin "El Chapo" Guzman ditangkap Marinir Angkatan Laut Meksiko di Mexico City. AP/Eduardo Verdugo

tirto.id - "Ini adalah hukuman di mana tidak ada titik balik dan jalan keluar," demikian ujar Jaksa AS Distrik Timur, Richard Donoghue, dalam persidangan Joaquin 'El Chapo' Guzman Loera yang digelar di pengadilan federal di Brooklyn, New York, AS, Selasa (12/2/2019). Bos kartel paling terkenal di dunia itu dijatuhi vonis hukuman penjara seumur hidup.

Kejaksaan AS mendakwa Guzman dengan sepuluh perkara. Mulai dari menjalankan organisasi kejahatan, konspirasi untuk melakukan pencucian uang terkait bisnis narkoba, mengedarkan kokain, heroin, ganja, narkotika, serta menyimpan dan menggunakan senjata api. Bahkan, sejumlah perkara lainnya juga sudah siap untuk disidangkan lanjutan, yang kemungkinan besar hukumannya tetap penjara seumur hidup.

Terdapat 12 juri dalam persidangan itu (delapan perempuan dan empat lelaki). Setelah menjalani musyawarah selama enam hari dan terus mengikuti persidangan Guzman yang digelar sekitar 2,5 bulan, seluruh juri tersebut sepakat menyatakan hal serupa: gembong narkotika itu bersalah. Hakim Brian Cogan bahkan harus kembali mengkonfirmasi para juri terkait keputusan tersebut. Namun, mereka tidak mengubah apapun sehingga vonis akan dapat dibacakan pada sidang lanjutan yang digelar 25 Juni 2019 mendatang.

Perjalanan sidang tersebut menghabiskan waktu kurang lebih 200 jam dengan menghadirkan 56 saksi. Empat belas saksi di antaranya merupakan mitra Guzman dalam jejaring sindikat narkotika. Mereka berharap dengan memberikan kesaksian mendapat keringanan hukuman. Usai sidang yang terakhir itu selesai, anggota tim kuasa hukum Guzmán, Eduardo Balarezo, menyebut keputusan juri mengecewakan, kendati ia tetap menghormati hal itu.

"Kami menghadapi situasi luar biasa dan hambatan dalam menghadapi kasus ini," ujarnya.

Selain memberikan vonis seumur hidup, jaksa federal juga akan berupaya agar hakim dapat memerintahkan penyitaan seluruh harta Guzman yang didapat dari hasil perdagangan narkotika selama ini. Senator Texas dari Partai Republik, Ted Cruz, menyambut baik gagasan penyitaan harta Guzman. Menurutnya, uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai pembangunan tembok perbatasan antara AS dan Meksiko serta demi isu keamanan lain.

“Empat belas miliar dolar akan sangat berguna untuk mengamankan perbatasan selatan kita dan menghambat aliran obat-obatan terlarang, senjata, dan imigran gelap," ujarnya.

Dari Penjara ke Penjara

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, “El Chapo” berarti “Si Pendek”. Itu julukan yang cocok lantaran perawakan pria bernama lengkap Joaquín Archivaldo Guzmán Loera tersebut cenderung gempal (tinggi 168 cm, berat 91 kg).

Guzman lahir pada 4 April 1957 di Badiraguato, salah satu kotamadya miskin di negara bagian Sinaloa, Meksiko. Reputasinya selama ini mengerikan: raja perdagangan narkotika dunia. Di bawah komandonya, kartel Sinaloa menjadi pemasok narkotika terbesar ke Amerika Serikat. Termasuk pula ke seluruh penjuru Amerika utara, menjalar ke Eropa, menembus ke Afrika, bahkan turut merambah Australia dan Asia.

Semua jenis narkotika menjadi produk bisnis kartel Sinaloa. Kokain murni kualitas wahid yang cara pembuatannya diadopsi dari cita rasa Kolombia; ganja dari dataran Guadalajara yang konon paling nikmat sedunia; dan metamfetamin, obat-obatan berbentuk bubuk kristal yang kerap digunakan secara luas selama Perang Dunia ke-II, terutama oleh para pilot Jepang ketika hendak melakoni misi kamikaze.

Kartel Sinaloa muncul pada awal 1990-an usai memisahkan diri dari kartel Guadalajara. Kala itu, pemimpin kartel Guadalajara, Miguel Angel "The Godfather" Felix Gallardo, berhasil diciduk polisi. Gallardo adalah salah satu bos besar narkotika pertama di Meksiko yang menjalin bisnis dengan gembong asal Kolombia, Pablo Escobar. Dapat dikatakan, Gallardo lah sosok pertama yang merancang skema sekaligus membuka gerbang bisnis narkotika Meksiko ke arah yang lebih global.

Ada tiga orang pimpinan kartel Sinaloa ketika pertama kali berdiri. Mereka adalah Hector Luis Palma Salazar, Adrian Gomez Gonzalez, dan Joaquin Guzman Loera. Ketiganya merupakan orang-orang kepercayaan Gallardo di Guadalajara. Sebab itu pula, pada awal berdirinya, kartel Sinaloa juga dikenal dengan nama La Alianza de Sangre, yang kurang lebih berarti “Aliansi Sedarah”.

Guzman mulai menjadi pemimpin utama kartel Sinaloa sejak Salazar tertangkap polisi. Sejak itu, ia memindahkan kantor pusat kartel ke daerah Sinaloa yang berada di sebelah barat laut pantai Meksiko Pasifik, dekat dengan wilayah yang dipenuhi perkebunan ganja dan ladang opium. Wilayah tersebut cukup legendaris. Di sanalah tempat lahirnya perdagangan narkotika Meksiko yang dimulai sejak 1960-an.

Sebagaimana Gallardo, hal pertama yang dilakukan Guzman ketika menjadi pemimpin kartel Sinaloa adalah merancang ulang skema bisnis mereka. Ada dua poin yang diubahnya secara signifikan: mengirimkan produk dengan jumlah yang lebih sedikit dan memaksimalkan pendistribusian melalui berbagai jalur (darat, udara, serta bawah tanah). Dengan menyuruh anak buahnya mempelajari teknik pembuatan lorong bawah tanah, Guzman juga kelak dapat melarikan diri dari penjara yang memiliki keamanan super ketat pada 2015.

Guzman juga membagi secara spesifik tiap daerah berdasarkan produk yang dijual. Misalnya, kokain menjadi pasokan utama untuk pasar AS, lalu Eropa (yang kemudian diklasifikasikan lagi per negara) menjadi pasar menggiurkan untuk distribusi metamfetamin, ganja, ekstasi, dan heroin. Berdasarkan laporan US Department of Justice Drug Enforcement Administration, kartel Sinaloa mendapatkan untung hingga 19-29 miliar dolar AS “hanya” dari penjualan kokain di AS dan Amerika utara.

Pada awal mula berdirinya, kartel Sinaloa belumlah setangguh tahun-tahun berikutnya. Ini dapat diartikan: koneksi mereka di pemerintahan dan aparat masih terbatas. Karena itu Guzman menjadi target buruan yang mudah ditangkap. Pada 1993, di Guatemala, ia pertama kali tertangkap dan dijebloskan ke penjara berkeamanan maksimum di negara bagian Jalisco, Puente Grande. Guzman dijatuhi hukuman 20 tahun dengan dakwaan pembunuhan dan perdagangan narkotika.

Nyaris satu dekade berada di balik bui, Guzman akhirnya berhasil melarikan diri pada 2001 berkat bantuan 78 orang yang ia sogok dengan uang mencapai 2 juta dolar AS atau sekitar 26 miliar rupiah. Di antara 78 orang itu ada dua tokoh utama yang memimpin misi tersebut: Francisco "El Chito" Camberos Rivera dan Javier Camberos. Rivera bertugas membukakan pintu sel elektronik Guzman. Kemudian Camberos yang menyelinapkan Guzman ke keranjang cucian, menaikkannya ke bagasi mobil, lalu mengantarkan El Chapo hingga keluar kota.

Tiga belas tahun usai pelarian tersebut, Guzman kembali tertangkap pada 2014. Kali ini El Chapo berhasil diringkus lagi dan dijebloskan ke penjara Altiplano. Namun pada Juni 2015 ia kembali berhasil meloloskan diri dengan melewati perjalanan sepanjang 1,5 km di terowongan berventilasi yang pintu masuknya terletak di bawah pancuran mandi di dalam selnya. Guzman akhirnya kembali berhasil diringkus Marinir Meksiko pada Januari 2016.

Namun, sepanjang pelariannya itu, Guzman berkali-kali mengejek keteledoran Presiden Pena Nieto melalui Twitter. Bahkan Ivan Guzman, anak El Chapo, sempat mencuitkan ancaman pembunuhan terhadap sang presiden. Ia menulis:

“Kami yang membuat Anda terpilih, (maka) kami juga bisa dengan mudah melenyapkan Anda, Tuan Presiden.”

Infografik Kartel Sinaloa

Infografik Kartel Sinaloa

Setelah El Chapo Ditangkap, Bagaimana Nasib Kartel Sinaloa?

Ada sebuah ungkapan menarik dalam bahasa Inggris yang kerap digunakan di dunia militer atau intelijen: “cut the head off the snake”. Ungkapan ini kurang lebih berarti upaya menghentikan masalah dengan melenyapkan penyebab utama—yang seringkali berarti sosok pemimpinnya.

Dalam konteks penangkapan Guzman, hal ini rasanya tidak terlalu berarti. Setidaknya ada dua sosok berpengalaman dalam bidang perkartelan yang berpendapat demikian: mantan kepala operasi internasional Drug Enforcement Administration, Mike Vigil; dan Guadalupe Correa-Cabrera, profesor bidang kebijakan pemerintahan dari George Mason University di Fairfax County, Virginia, AS.

Virgil mengatakan penangkapan El Chapo sekaligus vonis seumur hidup untuknya memang akan dipandang sebagai sebuah kemenangan moral, namun tak lebih dari itu. "Chapo Guzman dinyatakan bersalah menjadi kemenangan moral yang besar karena membuat dia tunduk pada aturan hukum. Tapi itu tidak berdampak apa-apa pada kartel Sinaloa karena mereka tetap menjadi kartel paling kuat di Meksiko," ujarnya seperti dilansir NBC News.

Sementara Guadalupe Correa-Cabrera menilai kebijakan Meksiko untuk mengejar para gembong terkenal justru hanya meningkatkan intensitas kekerasan yang menyebabkan kartel terpecah, lalu memperebutkan wilayah kekuasaan. "Kita punya banyak gembong yang mati atau ditangkap, lalu diekstradisi ke AS, namun apa dampaknya? Tidak ada. Cara itu tidak relevan karena kami melihat berulang kali," tukas profesor yang menulis buku Los Zetas Inc.: Criminal Corporations, Energy, and Civil War in Mexico itu, juga kepada NBC News.

Baik Virgil maupun Correa-Cabrera tidak sekadar asal bicara. Sejak Guzman ditangkap dan diekstradisi ke AS, kepemimpinan kartel Sinaloa diambilalih Ismael "El Mayo" Zambada, mitra lama Guzman. Namun begitu, persaingan di ranah internal masih terus bergejolak. Sementara di luar, “aturan perang” antar-kartel tidak banyak berubah, terutama dalam konteks persaingan kartel Sinaloa dengan kompetitor utama mereka, Jalico New Generation, yang justru semakin keras setelah Guzman tumbang.

Faktor lain: kartel Sinaloa tidak hanya melakoni bisnis narkotika. Jika saluran ini ditutup pemerintah, mereka masih berjaya dengan melakukan kejahatan lain seperti pemerasan, penculikan, dan yang paling menggiurkan: pencurian minyak bumi dari jaringan pipa Meksiko. Adapun hal yang berubah secara signifikan adalah bagaimana tiap kartel lebih berhati-hati dalam mengelola informasi, setelah mereka mengetahui bagaimana sikap culas para mitra bisnis Guzman saat memberi kesaksian di pengadilan.

Jimmy Conway di Goodfellas boleh saja berlagak idealis tatkala menasehati Henry Hill usai bocah itu dilepaskan hakim dari persidangan: “Jangan pernah khianati temanmu dan selalu tutup mulutmu.” Kendati sebagian besar kisah Henry didasari fakta kehidupannya, tapi Goodfellas tetaplah film yang bagus sebagai fiksi. Di dalam realitas para bandit kartel, mereka akan melakukan apa saja agar dapat terbebas dari hukuman.

Termasuk menjadikan rekan sendiri sebagai pesakitan hina seperti Guzman.

Baca juga artikel terkait KARTEL MEKSIKO atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Ivan Aulia Ahsan
-->