tirto.id - Usia ilmu geografi sudah terbilang tua. Geografi telah dipelajari sejak masa Yunani Kuno, sekitar abad 4 sebelum masehi. Setelah itu, ilmu geografi masih terus berkembang melewati masa abad pertengahan, renaissance dan awal abad modern, abad 19-20, hingga periode mutakhir.
Ahli-ahli geografi pada masa lalu tidak hanya bermunculan di dunia barat, melainkan juga timur. Ambil contoh, seorang ilmuwan muslim abad pertengahan, Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni (973-1048 M) merupakan ahli geografi kesohor di masanya.
Salah satu karya besar al-Biruni tentang geografi adalah Kitab Taḥdid Nihayat Al-Amakin Li-Taṣḥiḥ Masafat Al-Masakin (Ketetapan Koordinat Lokasi untuk Mengoreksi Jarak Antarkota). Di antara isi kitab itu termasuk analisis soal asal-usul pembentukan muka bumi dan sejarah perubahan iklim.
Di sisi lain, geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang mempunyai objek kajian luas. Objek kajian geografi tidak hanya menyangkut permukaan bumi dari segi fisik (kondisi alam) melainkan juga keterkaitannya dengan kehidupan manusia.
Itulah mengapa, pengarang buku Man's Physical World (1971) Joseph E. Van Riper mendefinisikan geografi sebagai disiplin ilmu yang memberikan pemahaman menyeluruh tentang sistem besar di permukaan bumi, yang terdiri atas manusia dan lingkungan, sehingga mengonsepsikan "distribusi spasial serta relasi spasial" dalam sistem dan subsistem kehidupan manusia di bumi.
Keluasan objek analisis geografi menyebabkan kajian dalam ilmu ini memerlukan pendekatan yang komprehensif, meliputi kondisi fisik muka bumi, kehidupan manusia, dan relasi antara keduanya.
Mengutip artikel berjudul "Geografi dalam Perspektif Filsafat Ilmu" dalam jurnalMajalah Geografi Indonesia (Vol 33, No. 1, 2019), kajian terhadap fenomena geosfer (fenomena alam yang dikaji dengan ilmu geografi), tidak bisa hanya menyentuh aspek fisik, melainkan juga sosial (manusia).
Karena itu, dalam kajian geografi, dikenal 3 pendekatan utama, yakni keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Tiga pendekatan ini menjadi ciri khas geografi yang tidak ada di ilmu lain. Tiga pendekatan itu digunakan karena geografi mencakup 2 aspek, yakni fisik dan sosial.
Merujuk pada Modul Geografi terbitan Kemdikbud, aspek fisik geografi berhubungan dengan semua fenomena geosfer yang bisa mempengaruhi kehidupan manusia. Aspek fisik bisa mencakup unsur kimiawi, biologis, astronomis dan semua fenomena alam yang dapat diamati secara langsung.
Adapun aspek sosial Geografi (Nonfisik) berkaitan dengan aktivitas hingga pola kehidupan manusia (kebudayaan). Aspek ini mencakup unsur antropologis, politis, hingga ekonomis dalam kehidupan masyarakat.
Luasnya ruang lingkup kajian geografi juga menyebabkan beberapa cabang studi lahir dari bidang keilmuan itu. Kembali menukil penjelasan di Modul Geografi dari Kemdikbud, setidaknya terdapat 3 cabang besar dalam ilmu geografi.
Pertama adalah Geografi Fisik yang terdiri atas geografi matematika, geografi tanah, hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, hingga geografi tata guna lahan. Kedua ialah geografi manusia (geografi sosial) yang mencakup geografi budaya (penduduk, sosial, dan kota), geografi ekonomi (pertanian, transportasi dan komunikasi) dan geografi politik. Lalu, yang ketiga ialah geografi regional. Berikut penjelasan tentang 3 cabang geografi tersebut.
Pengertian Geografi Sosial dan Contoh Kajiannya
Geografi Sosial adalah cabang geografi yang menjadikan aspek keruangan manusia sebagai objek kajian. Contoh objek kajian Geografi Sosial: kependudukan, aktivitas manusia dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk politik, sosial dan budaya.
Sebagaimana dijelaskan Hastuti, pengajar Prodi Geografi UNY dalam makalah berjudul "Geografi Sosial dalam Perspektif Global," fokus utama kajian geografi sosial adalah aspek antroposfer. Secara lebih spesifik, objek kajian geografi sosial adalah tindakan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial.
Analisis antroposfer terpusat pada kajian tentang manusia dan segala aktivitasnya di permukaan bumi, dengan segala akal budinya dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.
Masih mengutip karya Hastuti, sejak akhir 1970an pendekatan kualitatif mulai dipergunakan oleh para ahli geografi manusia dengan filosofi fenomenologis dan eksistensialis untuk menjelaskan fenomena geosfer. Tren penggunaan pendekatan kualitatif tersebut, yang dinilai efektif untuk memahami fenomena perilaku manusia, mengawali kerangka konsep geografi sosial. Meskipun demikian, pendekatan kualitatif kemudian juga dipadukan dengan pendekatan kuantitatif.
Dalam artikel yang bertajuk "Babak Baru Metode Penelitian Geografi Manusia" di Jurnal Sosiologi USK (Vol. 11, No. 1 2017), Alamsyah Taher menerangkan bahwa pendekatan dalam kajian geografi sosial tidak terbatas menganalisis ruang sebagai sebuah bentang lahan, tetapi juga merambah ruang sosial-masyarakat, ruang keluarga dan individu hingga ruang tubuh manusia.
Pengertian dan Contoh Objek Kajian Geografi Fisik
Geografi Fisik adalah cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi, yang mencakup tanah, air, udara dan segala prosesnya di alam. Dengan demikian, geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Geografi fisik mengamati kondisi alam serta menganalisis pembentukan dan perubahannya sejak masa lalu.
Objek kajian Geografi Fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Contoh objek kajian geografi fisik: gunung, dataran rendah, sungai, dan pesisir.
Secara lebih spesifik, objek kajian geografi fisik adalah ruang permukaan bumi yang terdiri dari sistem-sistem, yang dibentuk oleh adanya interaksi dan interdepensi antara bentuk lahan, batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, tumbuban, hewan, dan manusia yang membentuk kesatuan.
Artinya, geografi fisik juga mengaitkan kajian soal unsur lingkungan fisik dan manusia. Lingkungan alam yang dikaji dalam geografi fisik selalu dikaitkan dengan kehidupan manusia, demikian dikutip dari sebuah ulasan dalam Jurnal Forum Geografi (No. 08, 1991).
Geografi Regional: Pengertian, Konsep, Contoh Kajian
Geografi regional adalah deskripsi komprehensif-integratif atas aspek fisik dan aspek manusia dalam relasi keruangannya di suatu wilayah, demikian penjelasan Bambang Syaeful Hadi dalam diktatGeografi Regional Indonesia terbitan UNY. Masih mengutip sumber yang sama, geografi regional mengkaji suatu bagian atau keseluruhan dari suatu wilayah.
Karena itu, geografi regional juga disebut sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang di suatu wilayah tertentu, baik secara lokal, nasional (negara) maupun kontinental. Dalam kajian geografi regional, seluruh aspek maupun gejala geosfer ditinjau secara bertautan dalam konteks hubungan integrasi dan interelasi keruangannya.
Dengan analisis geografi regional, karakteristik suatu wilayah yang khas dapat dipahami. Dengan begitu, perbedaan antarwilayah dapat diketahui secara lebih jelas.
Dalam struktur keilmuan geografi, geografi regional tidak menjadi bagian dari 2 cabang besar yang ada, yakni geografi sosial dan geografi fisik. Geografi regional menjadi cabang tersendiri karena ia berfungsi untuk mengkaji secara komprehensif segala keterkaitan antara unsur-unsur fisik dengan manusia di suatu wilayah. Pendekatan dalam geografi regional juga tidak hanya tertuju pada faktor ruang, tetapi mencakup pula aspek waktu (historis).
Objek kajian dalam geografi regional sangat luas. Hal ini karena objek kajiannya mencakup semua aspek fisiografis (muka bumi) dan manusia, yang saling berinteralasi, berinteraksi, dan memiliki hubungan interdependensi.
Salah satu contoh objek kajian geografi regional ialah keterkaitan antara persebaran sumber daya alam dengan karakteristik penduduk, sistem mata pencaharian, dan berbagai aspek sosial lainnya.
Editor: Iswara N Raditya