Menuju konten utama

Klasifikasi Kota Berdasarkan Perkembangan dan Jumlah Penduduk

Klasifikasi kota bisa dibedakan berdasarkan perkembangan dan jumlah penduduknya. Simak penjelasannya berikut ini.

Klasifikasi Kota Berdasarkan Perkembangan dan Jumlah Penduduk
Foto udara kawasan padat penduduk di Jakarta, Kamis (20/12/2018). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.

tirto.id - Kota merupakan wilayah dengan jumlah penduduk lebih banyak daripada desa, memiliki aktivitas ekonomi-non agraris, serta fasilitas publik lebih lengkap.

Pengertian kota menurut para ahli, salah satunya dijelaskan oleh Bintarto melalui buku Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya (1989).

Bintarto menjelaskan pengertian kota sebagai sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk tinggi dan strata sosial ekonomi heterogen dengan corak yang materialistis.

Menurut teori atau perspektif evolusionis, kota terbentuk secara bertahap, wujud dari perkembangan wilayah desa. Salah satu tokoh yang mendukung perspektif evolusionis adalah Lewis Mumford, sosiolog cum sejarawan asal Amerika Serikat.

Berdasarkan teori evolusionis tersebut, kota bisa diklasifikasikan berdasarkan perkembangan dan jumlah penduduknya.

Klasifikasi Kota Berdasarkan Perkembangannya

Klasifikasi kota berdasarkan perkembangannya terdiri atas enam jenis. Masing-masing di antaranya merupakan tahapan yang saling terkait.

Lewis Mumford dalam The Culture Of Cities (1938) mengemukakan 6 tahap perkembangan kota, meliputi:

1. Eopolis stage (Tahap eopolis)

Tahap perkembangan kota awalnya dimulai dari eopolis stage, yakni tahap perkembangan wilayah desa, termasuk masyarakatnya, yang telah membentuk kota baru. Eopolis stage dapat dikatakan peralihan dari pola kehidupan desa yang tradisional ke arah kehidupan perkotaan. Contoh kota eopolis adalah Kota Gresik di Jawa Timur.

2. Polis stage (Tahap polis)

Tahap perkembangan kota yang kedua adalah polis stage. Tahap polis artinya penduduk di suatu wilayah kota baru itu masih mencirikan sifat-sifat agraris. Polis stage ditandai adanya pasar dan beberapa kegiatan industri yang masih berorientasi pada pertanian. Contoh kota polis adalah Kota Bontang di Kalimantan Timur.

3. Metropolis stage (Tahap metropolis)

Metropolis stage merupakan tahap perkembangan kota yang ketiga, ketika kehidupan ekonomi masyarakat sudah beralih ke sektor industri. Wujud kota yang sudah mencapai metropolis stage sudah semakin modern. Contoh kota metropolis adalah Kota Surabaya, Bandung, hingga Medan.

4. Megapolis stage (Tahap megapolis)

Megapolis stage merupakan tahap perkembangan kota yang ditandai dengan struktur tata ruang kota yang lebih kompleks, serta memiliki beberapa kota metropolis yang saling berdekatan dan terhubung. Tingkah laku masyarakat megapolis hanya berorientasi pada materi, sehingga sistem birokrasinya lebih rumit. Contoh kota megapolis adalah Boston, Washington, San Francisco, dan San Diego.

5. Tryanopolis stage (Tahap tryanopolis)

Tryanopolis stage merupakan tahap perkembangan kota yang cenderung menurun. Kehidupan masyarakat di kota yang mencapai tahap ini mengalami kemerosotan moral dan akhlak. Hal itu membuat maraknya masalah sosial yang sulit dikendalikan seperti angka kriminalitas tinggi, kemacetan lalu lintas, serta kerusakan lingkungan. Contoh kota tryanopolis adalah Kota Los Cabos di Meksiko.

6. Nekropolis stage (Tahap nekropolis)

Nekropolis stage merupakan tahap perkembangan kota menuju keruntuhan. Pada tahap ini, kehidupan di suatu kota sudah mulai sepi. Kota nekropolis bahkan dapat berkembang menjadi kota mati, wilayah yang peradabannya telah hancur. Contoh kota nekropolis adalah Colma di California.

Kota kecil di San Mateo County, California, tersebut dijuluki sebagai "Kotanya Orang Mati". Sebab, dibanding orang hidup, wilayahnya lebih banyak dipakai untuk kuburan alias tempat tinggal orang mati.

Klasifikasi Kota Berdasarkan Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Constantinos A. Doxiadis dalam buku EKISTICS An Introduction To The Science Of Human (1968) menjelaskan, klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk terdiri atas 15 jenis, meliputi:

1. Dwelling group

Klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk yang paling sedikit disebut kota dwelling group. Jenis kota ini memiliki jumlah populasi terendah, sekitar 40 jiwa.

2. Small neighborhood

Jenis kota small neighborhood hanya memiliki jumlah penduduk sekitar 250 jiwa.

3. Neighborhood

Kota neighborhood adalah jenis kota yang penduduknya berjumlah sekitar 1.500 jiwa.

4. Small town

Small town adalah kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 9.000 jiwa.

5. Town

Klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk yang ketiga adalah town. Kota jenis ini punya penduduk sekitar 50 ribu jiwa atau lebih. Berdasarkan data BPS 2020, contoh kota dengan klasifikasi ini di Indonesia adalah Kota Padang Panjang (56.311 jiwa), Sawahlunto (65.138 jiwa), dan Solok (73.438 jiwa).

6. Large city

Suatu kota diklasifikasikan sebagai large city jika jumlah penduduknya mencapai 300 ribu jiwa. Contoh large city di Indonesia yakni Kota Yogyakarta (373.589 jiwa), Palu (373.218 jiwa), dan Ambon (347.288 jiwa).

7. Metropolis

Kota dengan jumlah penduduk 2 juta jiwa. Contoh kota metropolis di Indonesia adalah Jakarta, yang jumlah penduduknya menyentuh angka 3 juta jiwa.

8. Conurbation

Kota dengan jumlah penduduk 14 juta jiwa. Contoh kota conurbation adalah Tokyo. Jumlah penduduknya sekitar 37,2 juta berdasarkan data data World Population Review pada awal 2023. Jumlah itu menjadikan Tokyo sebagai kota dengan penduduk terbanyak di dunia.

9. Megalopolis

Suatu kota disebut sebagai kota megapolis jika jumlah penduduknya mencapai 100 juta jiwa.

10. Urban region

Urban region adalah klasifikasi kota dengan jumlah penduduk mencapai 700 juta jiwa.

11. Urban continent

Kota dengan kategori urban continent memiliki spesifikasi jumlah penduduk mencapai 5 miliar jiwa.

12. Ecumenepolis

Ecumenepolis merupakan klasifikasi kota dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni sekitar 30 miliar jiwa.

Baca juga artikel terkait GEOGRAFI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin