Menuju konten utama
Pendidikan Geografi

Struktur dan Pola Keruangan Kota: Karakteristik Serta Ciri-Cirinya

Struktur dan pola keruangan kota diperlukan dalam penataan ruang kota. Dari segi letak geografis, wilayah kota dapat dikatakan sebagai wilayah yang padat.

Struktur dan Pola Keruangan Kota: Karakteristik Serta Ciri-Cirinya
Ilustrasi tata ruang kota Jakarta. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Struktur dan pola keruangan kota diperlukan dalam penataan ruang kota. Jika dipandang dari segi letak geografis, wilayah kota dapat dikatakan sebagai wilayah yang padat.

Menurut UU No 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Hal serupa disampaikan oleh R.Bintarto, kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak materialistis, demikian seperti dikutip laman Sumber Belajar Kemdikbud.

Secara umum kota merupakan hasil penggabungan karakteristik dan struktur khas yang dapat membedakannya dengan desa.

Sementara itu, secara geografis, kota adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam dan non-alam dengan gejala-gejala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya yang individualis, dan materialistis.

Pola Keruangan Kota

Perkembangan ruang sebuah kota akan membentuk pola tertentu. Dikutip dari modul Geografi Kelas XII (2020), pola-pola tersebut terbagi ke dalam:

a. Pola Sentralisasi

Pola sentralisasi adalah pola dengan persebaran kegiatan kota cenderung mengelompok pada satu wilayah utama.

b. Pola Desentralisasi

Agak berbeda dengan pola sentralisasi, pola desentralisasi memiliki persebaran yang cenderung menjauh dari pusat kota.

c. Pola Nukleasi

Pola nukleasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang mirip dengan pola sentralisasi, tetapi skala ukurannya lebih kecil. Inti kegiatan perkotaan berada di daerah utama.

d. Pola Segregasi

Pola segregasi adalah pola dengan persebaran yang terpisah-pisah berdasarkan keadaan sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

Struktur Keruangan Kota

Kembali mengutip modul Geografi Kelas XII (2020), struktur keruangan kota mengenal adanya beberapa pembagian berdasarkan teori tertentu. Berikut uraian struktur keruangan kota:

a. Teori Konsentris

Berdasarkan teori konsentris, kota dibagi menjadi 5 zona, yaitu:

1. Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District)

Daerah pusat kegiatan dapat dimaknai sebagai daerah yang menjadi pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Seluruh jaringan transportasi terpusat ke memiliki aksesibilitas yang tinggi.

2. Zona Peralihan (Transition Zone)

Zona peralihan banyak dihuni oleh golongan penduduk berpenghasilan rendah dan para imigran yang datang dari desa sehingga kawasan ini berkembang sebagai kawasan sesak atau slum area.

3. Daerah Tempat Tinggal Para Pekerja (Zones of Working Men’s Home)

Umumnya perumahan pada zona ini sudah lebih baik dan sudah mulai teratur. Kebanyakan penghuni yang tinggal di daerah para pekerja ini merupakan berkas penghuni zona kedua sebagai pekerja pabrik, buruh dan lain sebagainya.

4. Daerah Tempat Tinggal Kelas Menengah (Zone of Middle Class Dwellers)

Kawasan satu ini banyak dihuni oleh kalangan kelas menengah yang terdiri dari orang profesional, pemilik sendiri, pengusaha, para pegawai, dsb. Perumahan penduduknya terdiri dari rumah-rumah pribadi, rumah bangsa rendah dan terdapat pusat perniagaan kecil untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.

5. Daerah Tempat Tinggal Para Penglaju (Zone of Commuters)

Zone of Commuters merupakan bagian terluar dari suatu kota dan merupakan kawasan mewah. Lapisan ini hanya ditinggali oleh kalangan yang memiliki kendaraan pribadi yang mampu mobile ke tempat kerja di pusat kota.

Zona ini berkembang sebagai kawasan subur dan ada yang berkembang sebagai kota-kota satelit, tergantung waktu dan luas dan aktivitas penduduknya.

b. Teori Ketinggian Bangunan

Teori ketinggian bangunan diusulkan oleh Bergell (1955). Ia berpendapat bahwa ketinggian bangunan di wilayah kota perlu diperhatikan.

Variabel ini menjadi perhatian bagi negara maju karena berkaitan dengan hak setiap orang setiap orang menikmati sinar matahari dari tempat tertentu.

Teori konsentris menekankan bahwa kota merupakan perwujudan dua dimensi secara horizontal sehingga ketinggian bangunan diabaikan.

Sementara itu, ketinggian bangunan dengan penggunaan lahan sebaiknya diperhatikan guna merumuskan pola penggunaan lahan yang akan datang.

c. Teori Sektor

Pertimbangan variabel sektor pertama kali disampaikan oleh Yot (1939). Teori ini mengklasifikasi wilayah menjadi lima, yaitu sebagai berikut:

  1. Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan, dan budaya.
  2. Zone of wholesale light manufacturing terdiri atas industri kecil dan perdagangan.
  3. Zona permukiman kelas rendah merupakan tempat tinggal bagi pekerja industri di kota dengan penghasilan rendah.
  4. Zona permukiman kelas menengah merupakan daerah yang ditinggali oleh penduduk dengan penghasilan tinggi.
  5. Zona pemukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan atas.

d. Teori Inti Ganda atau Pusat Kegiatan Banyak

Teori ini dikembangkan pertama kali oleh C.D. Harris dan F.L. Ullmann (1945). Mereka beranggapan bahwa struktur ruang kota tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang hanya ada satu pusat kegiatan saja.

Namun, terbentuk secara terus-menerus sehingga terdapat beberapa pusat kegiatan baru yang terpisah.

Tidak ada urutan struktur ruang kota yang teratur dalam teori inti ganda. Hal ini berbeda dengan teori konsentris yang tertata rapi.

Kondisi tersebut menyebabkan beberapa inti kota dalam suatu wilayah perkotaan, misalnya kompleks pemerintahan, pelabuhan, kompleks kegiatan ekonomi (pasar dan mall), dan sebagainya.

Pembahasan mengenai struktur dan pola keruangan kota penting untuk dipahami. Apalagi dalam hal penataan sebuah kota.

Ciri-Ciri Kota

Berikut ini adalah ciri-ciri kota, seperti dikutip modul Geografi Kelas XII (2019):

Ciri-ciri fisik:

  1. Tersedianya sarana perekonomian (pasar, supermarket)
  2. Tempat parkir yang memadai
  3. Tersedianya tempat rekreasi dan olahraga
  4. Banyak gedung-gedung tinggi
  5. Terdapat pusat-pusat pemerintahan
Ciri-ciri sosial:

  1. Adanya keanekaragaman penduduk
  2. Penduduk bersifat individualisme
  3. Hubungan sosial bersifat gesselschaft/ patembayan
  4. Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk kompleks-kompleks tertentu
  5. Norma agama tidak ketat
  6. Pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional
  7. Kesenjangan sosial sangat mencolok

Baca juga artikel terkait POLA KERUANGAN DESA-KOTA atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Maria Ulfa