Menuju konten utama
Tips Parenting

Apa Itu Delayed Gratification dan Manfaatnya bagi Anak

Delayed gratification adalah kemampuan seseorang untuk menunda reward atau kepuasan bagi dirinya, lalu apa manfaatnya untuk anak?

Apa Itu Delayed Gratification dan Manfaatnya bagi Anak
Ilustrasi. foto/istockphoto

tirto.id - Delayed gratification adalah sebuah kemampuan untuk menunda kepuasan diri.

Anak usia prasekolah cukup potensial untuk dididik terkait pendidikan perilaku, salah satu bentuk kemampuan bersiap yang mulai muncul saat usia dini adalah delayed gratification.

Apa Itu Delayed Gratification?

Dikutip laman Unpad, delayed gratification merujuk pada kemampuan seseorang dalam menunda reward yang sebenarnya bisa diperoleh langsung, dengan mengarahkannya pada perilaku untuk memperoleh reward yang lebih diinginkan pada masa mendatang.

Kemampuan ini telah dapat dipraktikkan pada seseorang semenjak masih usia anak-anak.

Psikolog Austria Walter Mischel pernah meneliti kemampuan menunda kepuasan ini pada anak-anak di tahun 1970-an. Dalam penelitian laboratorium tersebut, sejumlah anak dihadapkan pada situasi dilematis.

Mereka mendapatkan reward berupa makanan yang bisa diperoleh langsung saat itu juga.

Di sisi lain, mereka turut ditawarkan akan mendapatkan makanan lebih banyak jika mau menunggu untuk beberapa waktu.

Anak-anak mulai muncul konflik dalam dirinya antara mengikuti keinginan mengonsumsi makanan saat itu juga, atau menundanya.

Hal ini menjadi pertanda bahwa kemampuan menunda kepuasan dapat dilatih sejak usia dini.

Cara Kerja Kemampuan Delayed Gratification

Kemampuan menunda kepuasan dapat dijelaskan prosesnya dari sebuah model yang disusun walter Mischel dan ozlem Ayduk di tahun 2004.

Model yang diberi nama Cognitive Affective Processing System (CAPS) tersebut menjelaskan, saat seseorang menunda kepuasan maka terjadi interaksi antara sistem panas dan sistem dingin pada dirinya.

Sistem panas membuat proses mental yang muncul terjadi akibat dominasi aspek emosi. Sistem ini memproses emosi dan respons terhadap stimulus lebih cepat.

Sistem panas berkembang di awal kehidupan seperti usia anak-anak, bersifat impulsif, dan refleks.

Sebaliknya, jika proses mental yang muncul adalah sistem dingin, maka aspek kognisi dari orang tersebut yang mendominasi.

Sistem dingin berkaitan erat dengan aspek informasi, kognisi, dan spasial terhadap stimulus yang diberikan. Sistem dingin umumnya berkembang seiring bertambahnya usia seseorang.

Dalam kaitannya dengan menunda kepuasan, stimulus yang ditawarkan akan menggerakkan sistem panas sehingga seseorang menjadi tertarik untuk segera menikmati reward yang disediakan.

Sebaliknya, sewaktu sistem dingin juga ikut bereaksi, maka orang tersebut seperti terikat pada tujuan jangka panjang demi mendapat reward yang jauh lebih baik nilainya.

Manfaat DelayedGratification bagi Anak-anak

Kemampuan menunda kepuasan memberikan berbagai manfaat positif saat mulai dilatih sejak usia anak. Dikutip laman Master Class, berikut manfaatnya:

1. Mental cenderung stabil

Ilustrasi anak bahagia

Ilustrasi anak perempuan bahagia. FOTO/iStockphoto

Anak yang mampu mengendalikan dirinya, termasuk dalam urusan menunda kepuasan, cenderung memiliki keadaan mental stabil.

Dia mudah mengarahkan dirinya untuk tetap pada jalur saat ingin menggapai sebuah tujuan besar. Kecerdasan emosinya terbentuk dengan baik dalam memroses pengambilan keputusan.

2. Produktif

Ilustrasi Anak Produktif

Ilustrasi Anak Produktif. foto/istockphoto

Kemampuan menunda kepuasan memberikan dampak positif pada peningkatan produktivitas anak.

Anak yang memiliki tujuan di masa mendatang dapat menunda kesenangan jangka pendeknya, lalu membangun kompetensi yang lebih baik dan unggul dalam semua bidang kehidupan demi cita-citanya.

3. Meningkatkan kompetensi sosial

Ilustrasi

Ilustrasi. FOTO/iStockphoto

Dalam urusan bersosialisasi, kemampuan menunda kepuasan memiliki andil dalam menciptakan rasa empati anak. Kadang anak akan berhadapan pada situasi untuk mengalah demi kebaikan bersama.

Di sisi lain, dirinya tidak lantas berkecil hati lantaran perilaku menolong tersebut justru membuatnya bahagia. Dia masih bisa mengusahakan rewardnya sendiri di masa mendatang.

4. Menghindarkan anak dari perbuatan berbahaya

Ilustrasi Anak Mandiri

Ilustrasi Anak Mandiri. foto/Istockphoto

Anak yang mampu menunda kepuasan cenderung tidak mudah terjebak pada perilaku berbahaya dan adiktif.

Kepuasan instan yang terlalu sering diberikan anak, membuatnya kecanduan. Dia akan senantiasa menuntut diberikan reward sesegera mungkin meski harus menggunakan segala cara termasuk memakai perilaku yang membahayakan.

Baca juga artikel terkait ANAK atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno