tirto.id - Bakal calon presiden 2024 dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengakui polarisasi tak bisa dihindari dalam setiap kontestasi pemilihan umum. Dia menyebut hal itu hal yang biasa saja.
Pernyataan itu disampaikan Anies Baswedan setelah dikukuhkan Partai Demokrat sebagai bakal calon presiden 2024 di Kantor DPP Demokrat, Kamis (2/3/2023).
“Menurut saya penting bagi kita untuk menyadari bahwa di dalam setiap konstestasi politik pasti ada polarisasi. Tidak mungkin tidak ada di dalam kontestasi itu," kata Anies.
Anies bahkan mengklaim ada kontestasi tanpa orang, agama, keyakinan suku, tetapi tetap terjadi polarisasi. Misalnya, kata dia, kasus brexit di Inggris.
“Bagaimana kontestasi, ada orangnya, pasti ada polarisasi," ucap Anies.
Di sisi lain, lanjut Anies, dalam setiap kontestasi laki-laki dan perempuan isu gender merupakan hal yang dominan. Adapun dalam pemilu, kata dia, isu etnis pasti muncul.
“Kalau di pilkada itu antara putra daerah dan putra luar daerah, isu putra derah muncul. Kalau di dalam pemilu itu antara satu agama Islam, satu agama Kristen. Pasti isu agama muncul," kata Anies.
Menurut Anies, polarisasi merupakan hal yang biasa terjadi, sehingga tak bisa dihindari. Dia bahkan meminta polarisasi harus dijaga.
"Tidak menjadi friksi, tidak menjadi konflik apalagi menjadi perpecahan," kata Anies.
Namun, imbuh Anies, polarisasi tidak bisa diartikan sebagai perpecahan. Sebab, kata dia, bila polarisasi disamakan dengan perpecahan bakal menimbulkan persepsi yang keliru dengan proses politik.
“Karena di proses politik pasti ada polarisasi dan polarisasi itu bahasa lainnya itu kutub. Bahasa lainnya kutub itu kompas," tukas Anies.
Mantan Mendikbud era Jokowi-JK itu mengatakan, "Kompas itu penentu arah. Dia akan menentukan arah dengan benar bila tidak ada kutub di dalamnya. Atau bila tidak ada kutub di dekatnya.”
Anies mengatakan, bagi yang menjadi pemenang di dalam sebuah kontestasi wajib hukumnya untuk merangkul semua yang terlibat dalam proses politik. Sebaliknya, bagi yang tidak berhasil dalam kontestasi harus menerima hasil.
“Dengan begitu demokrasi akan mengalami kemajuan. Kalau yang menang tidak merangkul semua dan yang kalah tidak mau menerima hasil, demokrasi akan rusak," kata Anies.
Anies mengklaim pola itu telah dilakukannya dalam perhelatan politik di Jakarta.
“Itulah yang kami kerjakan di Jakarta, yang menjadi pemenang kewenangan harus merangkul semua, tidak lagi menengok dulu memilih apa. Itu yang harus dikerjakan ke depan,” kata Anies Baswedan.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz