tirto.id - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan gempa bumi bermagnitudo (M) 6,2 di Aceh Singkil akibat aktivitas zona penunjaman atau intraslab dengan mekanisme sesar naik berarah barat laut-tenggara. Gempa di Aceh Singkil, Provinsi Aceh, terjadi pada Senin (16/1/2023) pukul 05.30 WIB.
Analisis itu berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat.
"Maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman atau intraslab dengan mekanisme sesar naik berarah barat laut-tenggara," kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid melalui keterangan tertulis, Senin.
Wafid menjelaskan lokasi pusat gempa bumi terletak dekat wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Morfologi wilayah tersebut berupa dataran hingga dataran bergelombang yang berbatasan dengan perbukitan bergelombang hingga terjal pada bagian timur.
Wilayah ini secara umum tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier berupa batuan metamorf dan meta sedimen, batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen, serta endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, sungai dan rawa. Sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
"Endapan Kuarter, batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," kata Wafid.
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Wafid menuturkan belum ada korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat gempa bumi magnitudo 6.2 di Aceh Singkil. Menurut BMKG, guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Tapanuli Tengah, dan Gunung Sitoli pada intensitas guncangan sebesar IV MMI (Modified Mercalli Intensity).
Badan Geologi mencatat sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi. Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena tidak terjadi deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.
"Pantai Kabupaten Aceh Singkil dan Tapanuli Tengah tergolong rawan tsunami. Menurut data Badan Geologi potensi tinggi tsunami di garis pantai pada daerah tersebut berkisar antara 1,2 m hingga 2,6 m," ujar Wafid.
Atas peristiwa tersebut, PVMBG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Masyarakat diminta jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Wafid merekomendasikan bangunan di Aceh Singkil dan Tapanuli Tengah dibangun dengan konstruksi tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu, lingkungannya harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
PVMBG mendorong wilayah Aceh Singkil dan Tapanuli Tengah meningkatkan mitigasi karena tergolong rawan gempa bumi dan tsunami.
"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," kata Wafid.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan