tirto.id - Wudhu dalam Islam dapat bersifat wajib atau sunah, tergantung dalam keadaan apa seseorang berwudu.
Jika akan melaksanakan salat, wudu bersifat wajib, sementara apabila akan tidur, berhubungan badan dengan suami atau istri, hendak bepergian, atau kegiatan lainnya, maka wudu bersifat sunah.
Secara syariat, wudu dilakukan dengan media air. Namun, jika tidak tersedia air, ia dapat diganti debu melalui aktivitas tayamum.
Ketentuan mengenai wudu juga disebut Alquran, dalam firman Allah SWT di surah Al-Maidah ayat enam:
"Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki ... " (Q.S. Al-Maidah [5]: 6).
Untuk melakukan wudu, setidaknya harus memenuhi rukun-rukunnya, jika sudah terpenuhi rukunnya, maka wudu sudah dianggap sah, sisanya merupakan hal sunah dan mendapat pahala jika mengerjakannya.
Dilansir dari NU Online, rukun wudu yang mesti dikerjakan pada saat bersuci dari hadas kecil ialah niat, membasuh wajah, membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap sebagian kepala, dan membasuh kedua kaki (dari telapak hingga mata kaki).
Semua rukun wudu itu harus dilakukan secara tertib atau berurutan agar sah. Selain itu, niat mesti dilakukan bersamaan saat pertama kali membasuh muka.
Amalan Sunah Wudhu
Ketika berwudu, dianjurkan untuk melaksanakan amalan sunah untuk menyempurnakan ibadah wudu ini.
Apa saja amalan-amalan sunah wudu? Muhammad Ajib dalam Fiqih Wudhu Versi Madzhab Syafi'iy (2019: 16-27) menuliskan sejumlah sunah-sunah wudu, berdasarkan pendapat para ulama di mazhab Syafi'i sebagai berikut:
1. Menghadap kiblat
Orang yang berwudu disunahkan untuk menghadap kiblat. Hal ini dikarenakan kiblat merupakan arah yang mulia, namun jika tidak bisa, wudunya tetap sah dan tidak batal.
2. Bersiwak
Orang yang akan berwudu disunahkan untuk bersiwak atau bersikat gigi. Hal ini tergambar dalam hadis Abu Hurairah RA:
"Seandainya tidak memberatkan umatku, maka sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali wudu," (H.R. Bukhari dan Muslim).
3. Membaca basmalah
Di antara sunah wudu adalah membaca basmalah, sebagaimana tertera dalam hadis Anas bin Malik RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Berwudulah dengan menyebut nama Allah SWT," (H.R. Nasa’i).
Doa Wudhu
4. Melafazkan niat wudu
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa niat dalam hati merupakan hal wajib, sementara melafazkannya adalah sunah.
Lafaz niat wudu adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
Bacaan latinnya: "Nawaitul wudhu-a lirof’il hadatsil ashghori fardhon lillaahi ta’aalaa"
Artinya: "Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardu [wajib] karena Allah ta’ala"
5. Membasuh kedua tangan
Sunah wudu yang lain adalah membasuh kedua tangan terlebih dahulu sebelum berwudu, sebagaimana tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jika salah satu dari kalian bangun dari tidur maka janganlah memasukkan kedua tangan ke dalam wadah air hingga dia mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu di mana tangannya tadi malam," (H.R. Bukhari dan Muslim).
6. Berkumur-kumur
Sebelum melakukan wudu, seseorang juga disunahkan untuk berkumur-kumur, sebagaimana tergambar dalam hadis Humran RA:
"Adalah Ustman bin Affan ... berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung, kemudian mengeluarkannya, lalu Ustman bin Affan berkata: 'saya melihat Rasulullah SAW berwudu seperti wuduku ini," (H.R. Bukhari dan Muslim).
7. Istinsyak
Istinsyak adalah menghirup air ke dalam lubang hidung dan mengeluarkannya. Istinsyak ini disunahkan sebelum mencuci wajah ketika berwudu sebagaimana tertera dalam hadis di atas.
8. Membaca doa sebelum wudu
Sebelum berwudu, disunahkan membaca doa sebagai berikut:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Bacaan latinnya: "Asyhadu al lâ ilâha illa-Llâhu wahdahu lâ syarîka lah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasûluhu."
Artinya: “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
9. Mengusap seluruh kepala
Amalan sunah yang lain adalah mengusap seluruh kepala ketika wudu.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Yazid RA, ia berkata:
“Rasulullah saw mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari depan ke belakang dan dari belakang ke depan."
Dalam lafaz lain, "Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian semula,” (HR. Bukhari dan Muslim).
10. Mengusap kedua telinga dengan air yang baru
Ketika berwudu dan sampai untuk mengusap telinga, disunahkan untuk menggunakan air yang baru lagi, bukan menggunakan air bekas usapan kepala.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, ia berkata:
"Adalah Nabi SAW mengusap kepala dan dua telinganya. Beliau memasukkan dua jari telunjuk [ke bagian dalam daun telinga], sedangkan kedua jempolnya ke bagian luar daun telinga. Kemudian, beliau mengusap sisi luar dan dalam telinganya," (H.R. Ibnu Majah).
11. Menyela jenggot dan jari
Sunah wudu yang lain adalah menyela-nyela jenggot dan jari-jari agar air wudu meresap ke bagian tersebut.
Dalilnya dirujuk dari hadis Anas bin Malik RA:
"Nabi SAW bila berwudu mengambil secukupnya dari air, dan memasukkannya ke bawah dagunya dan meresapkan air ke jenggotnya. Beliau bersabda: "Beginilah Tuhanku memerintahkanku,” (H.R. Abu Daud dan Baihaqi).
12. Mendahulukan bagian kanan
Jika seseorang berwudu, ia disunahkan untuk mendahulukan anggota-anggota wudu sebelah kanan, baru kemudian ke bagian kiri.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Bila kalian berpakaian dan berwudu, maka mulailah dari bagian-bagian kananmu," (H.R. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).
13. Membasuh dan mengusap tiga kali
Amalan sunah wudu yang lainnya adalah membasuh dan mengusap anggota wudu sebanyak tiga kali.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, ia berkata:
"Bahwa Nabi saw membasuh anggota wudu masing-masing satu kali lalu bersabda:
'Ini adalah amal yang Allah swt tidak akan menerimanya kecuali dengan cara ini.' Kemudian beliau membasuh masing-masing dua kali dan bersabda:
'Ini yang membuat Allah melipat-gandakan amal dua kali lipat.' Kemudian beliau membasuh masing-masing tiga kali dan bersabda: "Ini adalah wuduku dan wudunya para Nabi sebelumku,” (H.R. Daruquthni).
14. Muwalah atau berkesinambungan
Di antara amalan sunah wudu adalah melakukannya dengan muwalah atau berkesinambungan, tanpa jeda, atau diputus-putus. Namun, jika seseorang menjeda wudunya, wudunya tetap sah, hanya saja, ia kehilangan pahala sunahnya.
15. Berdoa setelah berwudu
Amalan sunah wudu yang terakhir adalah berdoa usai berwudu.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, ia berkata bahwa Rasululllah SAW bersabda:
"Siapa pun di antara kalian yang berwudu, dan menyempurnakan wudunya, lalu membaca: 'Asyhadu alla ilaaha illallahu wahdahuulaa syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh … ', pasti akan dibukakan baginya pintu-pintu surga," (H.R. Muslim dan Tirmizi). Dalam riwayat Tirmizi ditambahkan bacaan: 'Allahummaj’alni minat tawwabiina waj’alni minal mutathohhiriin,” (H.R. Tirmizi).
Doa selepas berwudu adalah sebagai berikut:
أَشْهَدُ أَنْ لآّاِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ اجْعَلْنِىْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِىْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Bacaan latinnya: "Asyhadu allâ ilâha illallâhu wahdahû lâ syarîka lahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhû wa rasûluhû, allâhummaj'alnî minat tawwâbîna waj'alnii minal mutathahhirîna."
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci (shalih)."
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno