tirto.id - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Alexander Marwata, mengungkapkan alasan para direktur KPK kebanyakan berasal dari kepolisian. Hal ini diungkapkan Alex saat menjadi pembicara dalam diskusi Hukum HAM ke-37 dengan tema 'Mencari Pemberantasan Korupsi: Menjaga Independensi, Menolak Politisasi' yang diselenggarakan oleh PBHI Indonesia dan Transparency International Indonesia, Jumat (21/6/2024).
“Saya tidak tahu kenapa yang lolos para eselon II itu memang sebagian besar dari kepolisian kan, dan bahkan ketika kami merekrut direktur-direktur, kawan-kawan saya dari BPKP ada 15 orang yang daftar, semuanya gagal di assignment,” kata Alex di Sadjoe Kafe, Jumat (21/6/2024).
Alex juga mengaku heran, para pendaftar dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tersebut gagal karena tes integritas.
“Aspek yang membuat mereka gagal terkait dengan integritas, saya sampai tepuk jidat itu, kenapa? Perasaan saya di BPKP sekarang tidak ada ruang untuk korupsi, mereka bukan auditor lagi, bukan memeriksa lagi, tapi ternyata sebagian besar malah gagal integrity," ucap Alex.
Lebih lanjut, Alex mengatakan, KPK memilih para direktur dari kepolisian karena mereka yang lolos pada tahap assignment.
“Tapi yang jelas dari hasil assignment seperti itulah kemudian kenapa akhirnya kita memiliki kawan-kawan dari kepolisian, ya karena assignment mereka yang lolos, pakai wawancara, semua pakai seleksi, jadi bukan serta merta ada intervensi,” tutur Alex.
Alex juga menegaskan, para calon yang disodorkan oleh Panitia Seleksi (Pansel) Pimpinan KPK semuanya berasal dari kepolisian.
“Karena dari assesor dari pansel itu, menyodorkan 3 calon, dan tiga-tiganya memang dari sana, siapa pun yang kepilih dari tiga, ya tetep polisi, karena yang lolos mereka, berdasarkan assignment itu," ucap Alex.
Alex menyarankan kepada pansel untuk tidak menjadikan assignment sebagai patokan lolos atau tidaknya para calon pimpinan KPK.
“Makanya saya bilang jangan jadikan assignment sebagai kata akhir untuk menggugurkan seseorang, saya sampaikan seperti itu berdasarkan pengalaman pribadi, kan, ya harusnya dilihat dulu, barangkali mungkin tarolah dipanggil assesornya kenapa orang ini enggak lulus," tegas Alex.
“Nah itu yang kemarin kita sampaikan diskusi dengan teman-teman pansel itu, untuk memperbaiki proses seleksi pimpinan itu,” tambah Alex.
Alex juga menegaskan bahwa dalam memilih pimpinan di KPK tidak sama seperti memilih pegawai baru, maka dari itu perlu banyak dilakukan background check bukan assignment.
Pansel Calon Pimpinan dan Dewan Pengawas (Dewas) KPK 2024-2029 melakukan audiensi bersama pimpinan KPK untuk mendengar masukan terkait karakter dan profil yang ideal untuk memimpin komisi antirasuah. Audiensi dilakukan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (12/6/2024).
Terkait pertemuan tersebut, Alex berharap masukan dari jajaran pimpinan KPK bisa menjadi bahan pertimbangan untuk anggota pansel dalam menentukan sosok yang tepat. Alex menjelaskan, KPK ingin pimpinan yang sesuai dengan kebutuhan KPK.
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Abdul Aziz