Menuju konten utama

Alasan Face Shield & Masker Harus Dipakai Bareng untuk Cegah Corona

Alasan face shield dan masker harus dipakai bersamaan untuk mencegah terinfeksi virus Corona.

Alasan Face Shield & Masker Harus Dipakai Bareng untuk Cegah Corona
Ilustrasi orang memakai face shield bersamaan dengan masker. foto/istockphoto

tirto.id - Mengenakan masker bagi sebagian orang mungkin tidak nyaman, alasan seperti wajah merasa panas atau lembab termasuk di antaranya, hingga bahan elastis yang bisa melukai telinga.

Saat ini bahkan orang lebih memilih memakai pelindung wajah (face shield) dan meninggalkan masker, padahal meskipun menggunakan face shield, masker juga harus tetap digunakan untuk lebih amannya.

Dikutip dari Medical Daily, face Shield biasanya terbuat dari plastik bening yang menutupi wajah dari dari dahi ke bawah. Tetapi perisai ini tidak pernah dimaksudkan untuk digunakan sendiri ketika mencoba mencegah penyebaran infeksi yang ditularkan melalui udara.

Untuk perlindungan optimal, face shield harus digunakan bersama dengan masker. Itulah sebabnya mengapa para staf rumah sakit dan orang-orang di area berisiko tinggi mengenakan keduanya secara bersamaan.

Alasan face shield tidak boleh digunakan tunggal

Di satu sisi, face shield adalah lembaran plastik bening kaku atau semi-kaku yang melengkung di sekitar wajah, tetapi ia tidak menempel di samping kulit pipi atau di bawah mulut.

Penggunaan aslinya adalah untuk melindungi pemakainya dari cipratan cairan tubuh yang bisa mengenai mata dan wajah mereka.

Di sisi lain, masker, jika dikenakan dengan benar, akan dipasang di sekitar hidung, pipi, dan dagu untuk menahan tetesan udara masuk dan mencegah tetesan dari luar.

Peneliti dari Florida Atlantic University College of Engineering and Computer Science melakukan eksperimen untuk melihat bagaimana tetesan bekerja ketika seseorang bersin atau batuk saat mengenakan pelindung wajah tanpa masker.

Akankah perisai wajah ini melindungi orang-orang di sekitar mereka? Jawabannya tidak.

Apa yang ditemukan para peneliti adalah bahwa meskipun perisai itu menghentikan percikan awal tetesan setelah bersin atau batuk, tetesan itu kemudian bergerak melintasi perisai dan menyebar ke sisi dan bawah perisai, serta memasuki lingkungan sekitarnya.

Selain itu, meskipun masker dapat menyaring tetesan saat Anda menarik napas, ruang terbuka di sekitar pelindung wajah memungkinkan aliran udara yang mungkin terkontaminasi di bawah pelindung yang kemudian dihirup.

Oleh karena itu, hanya ada sedikit perlindungan dari seseorang yang mungkin berbicara, batuk atau bersin di dekatnya.

Dalam studi yang sama, para peneliti mengamati masker yang dijual dengan katup napas, yang menurut produsen lebih nyaman untuk bernapas dan sama amannya dengan masker biasa.

Ini tidak sama dengan masker resmi N-95, yang dirancang khusus untuk keamanan optimal. Katup pada masker lainnya memungkinkan napas mendorong melalui masker setiap kali pemakai mengeluarkan napas.

Dengan kata lain, face shield tidak menyaring virus apa pun. Jadi setiap kali bernafas, jika Anda terkena virus, virus itu dikirim ke luar masker ke tempat terbuka.

“Pengamatan kami menunjukkan bahwa untuk meminimalkan penyebaran COVID-19 di komunitas, mungkin lebih baik menggunakan kain berkualitas tinggi atau masker bedah yang memiliki desain polos, daripada pelindung wajah dan masker yang dilengkapi dengan katup napas,” kata para peneliti menyimpulkan.

Baca juga artikel terkait MASKER CORONA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH