tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 berada di kisaran angka 5,05 persen. Perkiraan itu tak beranjak dari realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2024 yang juga sebesar 5,05 persen.
"Proyeksi ya berada di kisaran seperti yang kemarin aja (pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024)," kata dia, saat ditemui awak media, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (4/11/2024).
Soal angka pasti berapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di periode sembilan bulan pertama 2024 ini, Airlangga mengaku enggan menyebutkannya. Sebaliknya, dia meminta agar awak media menunggu angka pasti pertumbuhan ekonomi dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang akan dilaksanakan hari ini, Selasa (5/11/2024).
"Saya tidak berbicara angka, tunggu besok," imbuh dia.
Berbeda den Airlangga, peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, lebih pesimistis dalam memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia memperkirakan, ekonomi nasional hanya akan tumbuh di rentang 4,94-4,98 persen atau tepatnya di angka 4,96 persen.
Selain tak ada faktor pendorong seperti Pemilu dan hari besar keagamaan, perlambatan ekonomi Indonesia di kuartal III 2024 juga dinilai terjadi karena belanja pemerintah turun drastis dari periode kuartal I ke kuartal II 2024.
"Dominansi belanja pemerintah dalam komponen pertumbuhan ekonomi mungkin membuktikan lesunya produktivitas berbagai sektor di perekonomian Indonesia," kata dia, dalam laporannya, dikutip Selasa (5/11/2024).
Dengan memburuknya produktivitas sektor-sektor industri nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi tidak akan tumbuh signifikan sebelum munculnya faktor musiman di akhir tahun nanti, yakni libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kemudian, faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tak akan bisa tumbuh lebih tinggi adalah terus berlanjutnya tensi geopolitik di timur tengah, adanya tren pelonggaran kebijakan moneter oleh bank-bank sentral di seluruh dunia, dan rekonfigurasi agenda ekonomi berbagai negara pasca berlangsungnya Pemilu di berbagai belahan dunia.
Di sisi lain, untuk mengerek pertumbuhan ekonominya, pemerintah Cina sedang masif memberikan stimulus fiskal baik untuk masyarakat maupun industri dalam negerinya. Selanjutnya, potensi disrupsi rantai nilai global juga kemungkinan akan memberikan dampak terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun mendatang.
Karenanya, Riefky memperkirakan di sepanjang tahun 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh di kisaran 5-5,05 persen dan 5,0-5,1 persen di tahun 2025.
"Bahkan jika Pemerintah Indonesia mengambil langkah drastis dengan menerapkan transformasi struktural yang berarti, dampaknya kemungkinan baru akan termaterialisasi dalam jangka menengah hingga panjang dan mungkin tidak memiliki peningkatan yang signifikan dalam angka pertumbuhan ekonomi tahun 2025," jelas dia.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang