tirto.id - Demi memperingati Hari Anak Universal pada 20 November, Tirto mengadakan survei mengenai kebiasaan mendongeng di Indonesia. Pemilihan topik ini lantaran dongeng dipercaya sebagai medium dan metode transfer pengetahuan yang menyenangkan dengan banyak manfaat positif bagi anak.
Untuk mengetahui kebiasaan mendongeng kepada anak pada masyarakat Indonesia, pada 25 Oktober 2018, Tirto melakukan survei terhadap 1.529 responden berusia 19-40 tahun. Survei dilakukan di seluruh wilayah Indonesia oleh Jakpat sebagai penyedia platform.
Metodologi Riset
Profil Responden
Kebiasaan Mendongeng
Dari 1.529 responden, sebanyak 77,63 persen memiliki kebiasaan mendongengkan cerita ke anak atau adiknya. Sementara 22,37 persen lain tidak punya kebiasaan tersebut. Bagi responden yang mendongengkan cerita, mayoritas responden (64,20 persen) percaya bahwa dongeng mengandung amanat/hikmah yang dapat membentuk budi pekerti anak atau adiknya.
Sebanyak 26,79 persen lain memanfaatkan kegiatan mendongeng sebagai cara untuk mendekatkan diri ke anak atau adik. Ellen Oh dan Malinda Lo, penggagas We Need Diverse Books, menyatakan keragaman diperlukan dalam buku cerita anak agar anak mengenal realitas sejak dini dan akan lebih mudah menghargai perbedaan.
Hal menarik lain: 6,91 persen responden mendongeng karena memiliki pengalaman yang sama sewaktu kecil. Di sisi lain, 25,15 persen responden yang memilih opsi jawaban tidak punya kebiasaan mendongeng menyatakan mereka tidak pernah didongengi oleh orangtuanya semasa kecil.
Alasan lain tidak mendongeng karena responden merasa sudah ada teknologi seperti internet yang dapat berfungsi sebagai medium dongeng (17,54 persen). Bisa diasumsikan bahwa teknologi dapat menggeser peran orangtua sebagai pendongeng. Hal ini mungkin terjadi terlebih bila orangtua beralasan tak punya waktu—seperti pernyataan 13,16 persen responden.
Berdasarkan survei: mayoritas responden (44,65 persen) mendongeng kepada anak atau adiknya sebanyak 1-3 kali dalam satu minggu. Responden yang rutin mendongengkan cerita setiap hari hanya 13,90 persen.
Dalam kegiatan mendongeng, membacakan buku cerita merupakan pilihan cara yang paling disukai responden (43,81 persen). Cara kedua yang jadi favorit adalah mendongeng lisan tanpa menggunakan buku cerita (31,42 persen).
Kehadiran teknologi pun ikut membantu kegiatan mendongeng. Sebanyak 16,18 persen menggunakan bantuan audio-visual seperti YouTube, pemutar DVD, hingga kaset untuk bercerita. Selain itu, alat peraga—misalnya memakai benda-benda di rumah—juga dimanfaatkan 6,49 persen responden dalam kegiatan ini.
Hal unik lain: 2,11 persen responden menyanyikan dongeng kepada anak atau adik.
Dari survei, kita dapat menyimpulkan banyak masyarakat Indonesia yang mempertahankan kebiasaan mendongeng kepada anak dan adiknya. Sebagian besar alasannya, melalui dongeng, budi pekerti anak dapat terbangun. Selain itu dongeng menjadi kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada anak.
Di sisi lain, orang-orang yang tidak punya kebiasaan mendongeng sewaktu kecil tak pernah didongengi oleh orangtua atau anggota keluarga lain.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang meluangkan waktunya untuk mendongeng kepada anak atau adiknya adalah satu gambaran yang menggembirakan. Kegiatan mendongeng adalah salah satu cara pemenuhan hak anak, khususnya hak memperoleh pengetahuan dan kasih sayang dari orangtua atau anggota keluarga lain.
Editor: Maulida Sri Handayani