Menuju konten utama

5 Catatan Rapat Dewan Gubernur BI, Mulai Suku Bunga Hingga Rupiah

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menentukan kebijakan penting seperti penetapan suku bunga acuan edisi September 2022.

5 Catatan Rapat Dewan Gubernur BI, Mulai Suku Bunga Hingga Rupiah
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis (23/1/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.

tirto.id - Dewan Gubernur Bank Indonesia menggelar rapat bulanan periode September pada 21 September hingga 22 September 2022. Rapat tersebut menentukan kebijakan penting seperti penetapan suku bunga acuan.

Beberapa catatan penting dalam rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia edisi September 2022, sebagai berikut:

Suku Bunga Acuan Naik jadi 4,25 Persen

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin. Keputusan tersebut sebagai langkah untuk menurunkan ekspektasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3 persen plus 1 persen pada paruh kedua 2023 mendatang.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal pada 21 dan 22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022 di Jakarta, Selasa (22/9/2022).

Selain itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility 50 basis poin menjadi sebesar 3,50 persen persen dan suku bunga lending facility naik menjadi sebesar 5 persen.

Dengan penyesuaian ini, BI memastikan akan memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi dengan intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.

Bank sentral juga akan melakukan pembelian atau penjualan SBN di pasar sekunder untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dengan meningkatkan daya tarik imbal hasil investasi portofolio SBN jangka pendek.

BI juga mendorong struktur yield SBN jangka panjang lebih landai, dengan pertimbangan tekanan inflasi lebih bersifat jangka pendek dan akan menurun kembali ke sasarannya dalam jangka menengah panjang.

Lebih lanjut BI juga bakal memperkuat sinergi antara pusat dan daerah. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan melalui Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi (TPIP dan TPID), serta akselerasi pelaksanaan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP).

Inflasi Akhir Tahun Diproyeksi di Atas 6 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memproyeksikan, inflasi sampai dengan akhir tahun akan tembus mencapai di atas 6 persen. Perkiraan itu mempertimbangkan dampak langsung dari penyesuaian harga BBM subsidi diikuti dengan kenaikan tarif angkutan umum.

"Mungkin ada tambahan kenaikan inflasi beberapa bulan dan akhir tahun sedikit lebih tinggi dari 6 persen," kata Perry dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022 di Jakarta, Selasa (22/9/2022).

Dalam penelitian BI, dampak inflasi dari kenaikan BBM ini akan berlangsung kurang lebih sekitar tiga bulan ke depan. Pada bulan ini saja kemungkinan inflasi telah meningkat, di mana survei pemantauan harga pada bulan ini inflasi sudah akan naik menjadi 5,89 persen.

"Yang tertinggi tentu saja bulan ini karena dampak langsung dari penyesuaian harga subsidi dan tentu saja karena tarif angkutan, meskipun tarif angkutan belum semuanya," kata dia.

Setelah melewati tiga bulan, Perry optimistis inflasi akan mulai melandai turun. Sehingga diharapkan paruh pertama pada 2023 inflasi bisa kembali di kisaran 3 persen plus minus 1 persen sesuai dengan target BI.

"Dalam konteks seperti ini tentu kenapa langkah-langkah pengendalian itu perlu dilakukan baik dari sisi pasokan maupun dari sisi permintaan," jelasnya.

Rupiah Depresiasi Nyaris 5 Persen

Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai tukar Rupiah sampai dengan 21 September 2022 terdepresiasi 4,97 persen secara year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. Depresiasi ini relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.

"Seperti India 7,05 persen, Malaysia 8,51 persen, dan Thailand 10,07 persen," kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022 di Jakarta, Selasa (22/9/2022).

Lebih lanjut, Perry mengatakan, stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar pada 21 September 2022 hanya terdepresiasi 1,03 persen (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022.

Perkembangan nilai tukar yang tetap terjaga tersebut ditopang oleh pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," kata dia.

BI Optimis Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen di 2022

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada dikisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen secara tahunan. Optimisme ini didukung oleh solidnya pertumbuhan ekonomi hingga kuartal II-2022.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, perbaikan ekonomi nasional terus berlanjut dengan semakin membaiknya sisi permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.

"Konsumsi swasta tumbuh tinggi didukung dengan kenaikan pendapatan, tersedianya pembiayaan kredit, dan semakin kuatnya keyakinan konsumen, seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas," ujarnya dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022 di Jakarta, Selasa (22/9/2022).

Meski harga BBM naik, pemerintah memiliki peran untuk tetap menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan penambahan bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat, utamanya pada kelompok bawah, dari dampak kenaikan inflasi sebagai konsekuensi pengalihan subsidi BBM. Kenaikan permintaan domestik juga terjadi pada investasi, khususnya investasi nonbangunan.

"Berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik tersebut tercermin pada perkembangan beberapa indikator dini pada Agustus 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang terus membaik," tuturnya

Sementara itu, dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan tetap baik, khususnya CPO, batu bara, serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan pelonggaran akses masuk wisatawan mancanegara.

Secara spasial, kinerja positif ekspor ditopang oleh seluruh wilayah, terutama Kalimantan dan Sumatera, yang tetap tumbuh kuat. Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama, seperti Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Pertanian.

Jumlah Uang Kartal Beredar Capai Rp902,7 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat uang kartal yang diedarkan (UYD) pada Agustus 2022 mencapai Rp902,7 triliun. Jumlah ini meningkat sebesar 6,96 persen jika dibandingkan periode Agustus tahun lalu atau year on year (Yoy).

"Jumlah uang kartal yang diedarkan pada Agustus 2022 meningkat 6,96 persen (yoy) mencapai Rp902,7 triliun," kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022 di Jakarta, Selasa (22/9/2022).

Perry menjamin pihaknya terus memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI. Termasuk peredaran Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022.

Untuk diketahui, pada pertengahan Agustus BI dan pemerintah resmi meluncurkan tujuh pecahan Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022 (Uang TE 2022) Kamis (18/8/2022) di Jakarta. Ketujuh pecahan Uang TE 2022 tersebut secara resmi berlaku, dikeluarkan, dan diedarkan di seluruh wilayah Indonesia.

Adapun uang TE 2022 diluncurkan terdiri atas pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000.

Selain uang kartal, BI juga mencatat nilai transaksi uang elektronik (UE) pada Agustus 2022 yang juga tumbuh 43,24 persen (yoy) mencapai Rp35,5 triliun. Pertumbuhan juga terjadi pada nilai transaksi digital banking meningkat 31,40 persen (yoy) menjadi Rp4.557,5 triliun.

"Ini sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat," kata Perry.

Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu Automatic Teller Machine (ATM), kartu debet, dan kartu kredit mengalami peningkatan 34,72 persen (yoy) menjadi Rp722,5 triliun.

Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran dengan melanjutkan persiapan implementasi Kartu Kredit Pemerintah (KKP) Domestik secara bertahap. Antara lain melalui pengembangan KKP Domestik berbasis kartu untuk meningkatkan akseptasi dan transaksi KKP Domestik termasuk efisiensi transaksi Pemerintah.

Baca juga artikel terkait RAPAT DEWAN GUBERNUR BI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang