Menuju konten utama

10 Jam Negosiasi, Polri, Pemda & Ustaz Gagal Bujuk Istri Abu Hamzah

Istri terduga teroris di Sibolga nekat meledakkan diri bersama anaknya yang berusia dua tahun.

10 Jam Negosiasi, Polri, Pemda & Ustaz Gagal Bujuk Istri Abu Hamzah
Petugas kepolisian berjaga di lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3/2019). ANTARA FOTO/Damai Mendrofa/SP/nz

tirto.id - Polisi memerlukan waktu selama 10 jam untuk bernegosiasi dengan istri terduga teroris, Husain alias Abu Hamzah, usai bom meledak pertama kali sekitar pukul 14.50 WIB ketika polisi menggeledah rumahnya di Sibolga, Medan, Sumatera Utara.

Namun, negosiasi itu diacuhkan oleh perempuan berusia sekitar 30 tahun itu, malah ia nekat meledakkan diri bersama anaknya yang berusia dua tahun.

Dalam negosiasi itu, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, aparat dibantu oleh pemerintah daerah. “Negosiasi itu dipimpin oleh kapolda, kapolres, bupati serta komandan kodim, menggunakan pengeras suara masjid,” ujar dia di Mabes Polri, Rabu (13/3/2019).

Lokasi kediaman pelaku terletak di depan Masjid Al-Mukhlisin, bahkan seorang tokoh agama setempat yakni Ustaz Zainun Sinaga juga membujuk istri Abu Hamzah agar menyerah dan tidak nekat meledakkan diri.

Tapi upaya itu tidak berhasil. “Istrinya nekat untuk melakukan bom bunuh diri, padahal kami meyakinkannya bahwa di situ ada anak,” jelas Dedi.

Ia menambahkan, kepolisian belum berani masuk ke rumah itu karena faktor keselamatan diri dan dikhawatirkan ada ledakan susulan. “Ternyata benar ada ledakan susulan, sekitar pukul 01.20-01.40, WIB terdengar suara ledakan,” sambung Dedi.

Akibatnya rumah itu sempat terbakar, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Kebakaran setempat berhasil memadamkan api sekitar pukul 04.00 WIB. Istri dan anak Abu Hamzah tewas akibat ledakan, polisi berupaya mengevakuasi mereka.

Berdasarkan pengakuan Abu Hamzah, istrinya lebih militan dan lebih kuat terpapar paham radikalisme ketimbang dirinya. “Terduga bilang ke Densus 88 Antiteror bahwa istrinya lebih militan,” kata Dedi. Maka, itu jadi salah satu pemicu sang istri meledakkan diri.

Di rumah tersebut, berdasarkan pengakuan Abu Hamzah, terdapat puluhan bom rakitan dan bahan baku pembuat bom. Empat bom aktif dibawa oleh sang istri ketika kejadian. Lebih dari 20 Kepala Keluarga (KK) dievakuasi akibat peristiwa ini, radius 100 meter dari titik ledakan pun steril dari masyarakat.

Baca juga artikel terkait KASUS TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Alexander Haryanto