Menuju konten utama

YLKI Klaim Belum Temukan Kelangkaan Gas Melon

Kekhawatiran terhadap kelangkaan elpiji 3 kilogram bersubsidi ini muncul imbas kenaikan harga elpiji nonsubsidi.

YLKI Klaim Belum Temukan Kelangkaan Gas Melon
Pekerja mengangkut tabung gas elpiji 3 kilogram bersubsidi di Pangkalan Gas di Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (25/4/2020). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/hp.

tirto.id - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) belum mendapat laporan atau keluhan mengenai kelangkaan elpiji 3 kilogram (kg) bersubsisi alias gas melon di bebagai daerah.

Kepala Bidang Pengaduan YLKI Warsito Aji mengatakan kekhawatiran kelangkaan gas melon ini muncul imbas kenaikan harga LPG nonsubsidi.

"Sejauh ini YLKI belum menerima keluhan dari konsumen terkait dengan kenaikan gas nonsubsidi maupun kelangkaan gas non subsidi 3 kg," kata Aji saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (9/3/2022).

Pada 27 Februari 2022, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas) nonsubsidi. Hal itu dilakukan saat harga Contract Price Aramco (CPA) masih tinggi yakni 775 dolar AS/metrik, harga tersebut naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang 2021.

YLKI mengimbau mengimbau masyarakat pengguna elpiji nonsubsidi agar tidak beralih ke gas bersubsidi, khususnya elpiji 3 kg. Gas melon diperuntukan khusus untuk masyarakat miskin dan mikro usaha kecil.

"Kalau semua beralih ke gas subsidi 3 kg maka akan menimbulkan kelangkaan khusunya gas subsidi 3 kg," kata dia.

Dalam keterangan terpisah, Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi melihat kenaikan harga LPG non subsidi berpotensi membuat migrasi dari konsumen menengah turun kelas ke elpiji subsidi.

“Karena disparitas harganya cukup tinggi cukup lebar. Kemungkinan ada sebagian konsumen yang 12 kg itu price elasticity, atau sensitivitas harga terhadap pengambilan keputusan itu akan berpengaruh ya," kata Fahmy kepada reporter Tirto, Jumat (4/3/2022).

Menurut Fahmy, meskipun strategi yang dilakukan Pertamina adalah untuk mengurangi beban keuangan di tengah lonjakan harga minyak dunia, akan tetapi kebijakan ini akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumen gas melon.

“Ini akan menaikkan juga ke APBN karena apa, karena APBN itu kan memberikan subsidi. Nah, sehingga jumlah subsidi salah sasaran itu semakin besar. Kemudian kalau mereka migrasi atau mereka beralih dalam jumlah yang besar maka persediaan gas melon tidak mencukupi," kata dia.

Saat kondisi tersebut terjadi, maka masalah yang akan timbul selanjutnya adalah kelangkaan elpiji bersubsidi. Jika kelangkaan terjadi, maka akan ada antrean dan akhirnya kenaikan harga tidak bisa dihindari karena terjadinya permintaan yang tinggi di pasaran.

“Harga gas melon juga akan naik oleh koreksi pasar tadi, karena ada dorongan pasar yang besar, sementara suplainya kan tetap," terang dia.

Baca juga artikel terkait ELPIJI 3 KG atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Gilang Ramadhan