Menuju konten utama

Verawaty Fajrin dalam Kenangan Jokowi & Pebulu Tangkis Nasional

Presiden RI Joko Widodo menyampaikan turut berdukacita atas berpulangnya legenda bulu tangkis Indonesia Verawati Fajrin.

Verawaty Fajrin dalam Kenangan Jokowi & Pebulu Tangkis Nasional
Foto arsip - Mantan pebulu tangkis nasional Verawaty Fadjrin saat ditemui di ajang Asian Games 2018 Jakarta, Senin (30/7/2018). ANTARA/Bayu Kuncahyo.

tirto.id - Presiden RI Joko Widodo menyampaikan turut berdukacita atas berpulangnya legenda bulu tangkis Indonesia Verawati Fajrin, Minggu pagi.

"Inna lillāhi wa inna ilaihi rājiun, turut berdukacita atas berpulangnya lbu Hj. Verawaty Fajrin, pagi ini, di Jakarta," tulis Presiden di akun Instagram @jokowi, yang dikutip di Jakarta, Minggu.

Presiden menyampaikan semasa hidupnya, almarhumah telah membawa dan mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga dunia.

Kepala Negara mengatakan bahwa almarhumah memenangi berbagai gelar juara bulu tangkis dari turnamen internasional di nomor tunggal, ganda, dan ganda campuran.

"Selamat jalan lbu Verawaty. Semoga segala pengabdian, amal, dan ibadah almarhumah mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Allah Swt., dan segenap keluarga yang ditinggalkan kiranya kuat dan sabar," katanya.

Dalam unggahannya, Presiden Joko Widodo turut mengunggah foto kenangan dirinya membawa obor Asian Games Jakarta-Palembang 2018 bersama Verawaty Fajrin.

Kalangan bulu tangkis nasional termasuk beberapa mantan pebulu tangkis nasional juga mengingat jasa dan prestasi Vera bagi Tanah Air.

Salah satunya ialah mantan pebulu tangkis nasional, yaitu Taufik Hidayat yang pernah merasakan langsung dilatih oleh atlet juara dunia tahun 1980 itu.

"Yang jelas sangat sedih dengan meninggalnya Bu Vera. Saya pernah satu lingkungan dengan beliau saat awal masuk Pelatnas, beliau sosok yang baik dan ramah, tapi tegas dalam melatih," kata Taufik saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Minggu.

Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini menceritakan momen paling diingatnya saat bersama Verawaty di Pelatnas Cipayung, yakni ia pernah ditegur secara keras sehubungan dengan proses latihan.

Meski begitu, Taufik menilai tegurannya saat itu adalah bentuk perhatian dari pelatih kepada anak didiknya agar ke depan bisa bermain lebih baik dan menjadi pemain yang handal.

"Dia galak, tapi masih dalam tahap wajar karena tujuannya agar lebih baik di bulu tangkis. Beliau ingin atletnya sukses, dan itu hal yang wajar dari senior ke junior. Marahnya itu saya jadikan motivasi dan tidak dendam ke beliau," Taufik menceritakan.

Kabar meninggalnya Verawaty juga didengar Hendra Setiawan, pebulu tangkis spesialis ganda putra yang kini masih aktif bermain membela timnas Indonesia.

Hendra juga sempat merasakan masa kepelatihan Vera di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur. Menurut Hendra, Vera adalah sosok pelatih yang baik dan gemar memberi nasihat kepada atlet-atletnya.

"Saya ikut bela sungkawa, semoga keluarga tabah dan kuat. Yang kami tahu, Bu Vera adalah salah satu legenda Indonesia, jelas kabar ini sangat menyedihkan. Dulu waktu masih aktif melatih di pelatnas, saya tahu Bu Vera orang yang baik dan suka kasih nasihat ke anak-anak," ungkap Hendra.

Menurut keterangan resmi PP PBSI, Minggu, Vera berpulang dalam usia 64 tahun setelah sempat menjalani perawatan akibat kanker paru-paru. Hingga akhir hayatnya, Vera meninggalkan suami, Fadjriansyah Bidoein, seorang anak Fidyandini dan dua cucu.

Jenazah Vera dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan dengan diberangkatkan dari rumah duka di Kavling DKI Cipayung, Jalan Durian Blok T1 No.23 RT01/08, Cipayung, Jakarta Timur, dan sebelumnya disholatkan di Masjid Al Islam Cipayung, Jakarta Timur.

Baca juga artikel terkait PROFIL VERAWATY FADJRIN

tirto.id - Humaniora
Sumber: Antara
Editor: Maya Saputri