tirto.id - Perkembangan data jumlah kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia pada hari ini masih terbilang tinggi. Akibatnya, jumlah kasus positif Covid-19 kini menembus angka 13 ribu pasien.
Berdasarkan update terbaru yang diumumkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada Jumat, 8 Mei 2020, total jumlah kasus positif corona di Indonesia mencapai 13.112 pasien.
Dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB hari ini, ada penambahan 336 kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19. Angka kasus baru tersebut hanya sedikit lebih rendah daripada data penambahan pasien yang dirilis Kamis kemarin. Sehari lalu, ada 338 kasus baru.
Perkembangan data pada hari ini juga menunjukkan bahwa angka kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia telah sebanyak 2.494 orang, bertambah 113 pasien sembuh dalam 24 jam terakhir.
Namun, penambahan kematian pasien corona di tanah air pun masih terjadi. Dengan ada 13 kasus kematian baru dalam sehari ini, jumlah pasien corona yang meninggal menjadi 943 jiwa. Angka ini setara 7,2 persen dari keseluruhan kasus.
Gugus Tugas mencatat 9.675 pasien corona masih berstatus dalam perawatan. Di antara ribuan kasus aktif itu, ada pasien yang dirawat dan menjalani isolasi di rumah sakit atau secara mandiri.
Sedangkan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) hari ini meningkat menjadi 29.087 orang atau ada penambahan 579 jiwa dibanding data Kamis kemarin. Ribu PDP kini sedang menunggu hasil pemeriksaan PCR untuk diagnosa Covid-19.
Adapun jumlah warga yang ditetapkan berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) telah sebanyak 244.480 jiwa. Sebagian ODP telah selesai menjalani pemantauan. Jumlah ODP tercatat bertambah 1.025 pada hari ini.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengingatkan transmisi lokal sudah terjadi dan banyak orang tertular corona tanpa menunjukkan gejala atau hanya ringan.
Oleh karena itu, Yurianto meminta masyarakat tidak melakukan perjalanan, terutama mudik. Kata Yurianto, masyarakat sebaiknya tetap berada di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.
Rutin Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta memakai masker pada saat keluar rumah, lanjut dia, juga perlu menjadi gaya hidup baru masyarakat.
"Jika terpaksa keluar rumah untuk hal yang tidak mungkin ditunda maka pilihlah [penghuni rumah] yang paling baik imunitasnya. Beri dia kesempatan keluar [rumah] dengan waktu yang secepat-cepatnya, batasi waktunya keluar. Dan, Hindari kerumunan," kata Yurianto dalam konferensi pers hari ini.
Masyarakat memang perlu waspada mengingat masih ada kemungkinan belum semua kasus positif corona di Indonesia terdeteksi. Meskipun pemerintah saat ini sudah memakai dua metode untuk diagnosa Covid-19, yakni tes PCR (polymerase chain reaction) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), jumlah kasus yang diperiksa spesimennya masih berada di angka 100-ribuan.
Sampai 8 Mei 2020, jumlah spesimen yang sudah diperiksa dengan tes RT-PCR dan TCM mencapai 143.453 spesimen. Sedangkan angka kasus yang telah diperiksa spesimennya dengan metode RT-PCR dan TCM baru 103.177 orang. Angka itu tentu bisa dianggap rendah jika dibandingan dengan total jumlah penduduk Indonesia.
Berikut detail data update kasus positif corona di Indonesia pada 8 mei 2020:
- Jumlah kasus positif baru: 336 pasien
- Total jumlah kasus positif: 13.122 pasien
- Total jumlah pasien dirawat: 9.675 orang
- Total jumlah pasien sembuh: 2.494 orang
- Total jumlah pasien meninggal: 943 jiwa
- Total jumlah PDP: 29.087 orang
- Total jumlah ODP: 244.480 orang
- Daerah sebaran kasus positif: 356 kabupaten/kota
Sebaran Kasus Corona di Indonesia Sesuai Data Hari Ini
Lebih dari 13 ribu kasus positif corona di Indonesia tersebar di 356 kabupaten/kota di 34 provinsi. Angka kasus tertinggi di DKI Jakarta dan hari ini sudah hampir menembus 5.000 pasien, dengan jumlah kematian mencapai 424 jiwa.
Jika merujuk pada data jumlah kasus baru dalam sehari terakhir di sejumlah provinsi episentrum utama, angka penambahan pasien anyar di DKI Jakarta mencapai 100 orang. Angka ini merupakan yang tertinggi di antara 34 provinsi.
Sedangkan angka kasus baru di daerah-daerah lain paling tinggi masih di bawah 30 pasien. Di antara daerah dengan angka kasus baru terbanyak selain Jakarta ialah Jawa Tengah (28 pasien), Kalimantan Timur (27 pasien) Sulawesi Selatan (24 pasien), Jawa Barat (23 pasien).
Sedangkan sebagian daerah lain hanya memiliki kasus baru dalam hitungan belasan orang hingga satu pasien. Sekitar 14 provinsi bahkan sama sekali tidak memiliki kasus baru dalam sehari terakhir hingga pukul 12.00 WIB, 8 Mei 2020.
Data di atas menunjukkan fluktuasi penambahan kasus baru di sejumlah daerah masih terjadi. DKI Jakarta misalnya, pernah punya kasus baru harian di bawah 100 orang beberapa waktu lalu. Sedangkan Jawa Barat pernah mengalami penambahan kasus baru di atas 100 pasien.
Meskipun demikian, urutan provinsi dengan total jumlah kasus positif corona tertinggi masih belum banyak berubah. Jakarta dan tiga provinsi di Jawa serta Sulawesi Selatan masih berada dalam daftar 5 besar. Sementara 5 daerah di bawahnya terdiri atas Banten dan empat episenstrum penularan virus corona di luar Jawa.
Berikut data 10 provinsi dengan kasus positif corona terbanyak pada 8 mei 2020:
- DKI Jakarta: 4.955 positif corona, 745 sembuh, 424 meninggal (100 kasus baru)
- Jawa Barat: 1.404 positif corona, 184 sembuh, 92 meninggal (23 kasus baru)
- Jawa Timur: 1.284 positif corona, 215 sembuh, 138 meninggal (17 kasus baru)
- Jawa Tengah: 933 positif corona, 161 sembuh, 65 meninggal (28 kasus baru)
- Sulsel: 708 positif corona, 251 sembuh dan 46 meninggal (24 kasus baru)
- Banten: 505 positif corona, 122 sembuh dan 56 meninggal (10 kasus baru)
- NTB: 312 positif corona, 80 sembuh, 5 meninggal (12 kasus baru)
- Bali: 300 positif corona, 195 sembuh, 4 meninggal (13 kasus baru)
- Sumbar: 270 positif corona, 46 sembuh, 17 meninggal (18 kasus baru)
- Papua: 265 positif corona, 48 sembuh, 6 meninggal (13 kasus baru)
Prediksi Akhir Pandemi Corona di Indonesia: 27 Oktober
Sejumlah perguruan tinggi di luar negeri telah mengembangkan model simulasi matematis yang mengandalkan data statistik untuk membuat prediksi akhir pandemi. Salah satu perguruan tinggi yang merilis prediksi akhir pandemi corona di dunia dan sejumlah negara, termasuk Indonesia, adalah Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD).
Tim peneliti SUTD merumuskan simulasi prediksi yang mengandalkan data statistik terbaru, baik di dunia maupun sejumlah negara.
Penggunaan data terbaru yang berganti setiap hari itu bertujuan membuat prediksi yang berubah secara berkelanjutan sehingga diharapkan semakin mendekati skenario di kenyataan. Oleh karena itu prediksi akhir pandemi corona yang dibuat tim riset SUTD tidak terus sama.
"Pemantauan terhadap perubahan [data] dalam prediksi soal masa depan yang belum diuji secara teoritis dilakukan guna merekam ketidakpastian (yang ditunjukkan oleh volatilitas) dan mendeteksi perubahan dinamis pada kenyataan," tulis SUTD di laman resminya yang memuat data prediksi.
Namun, SUTD mengingatkan: "Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Para pembaca harus melihat hasil prediksi apa pun dengan hati-hati. Optimisme berlebih terhadap prediksi soal akhir pandemi merupakan hal yang berbahaya karena dapat mengendurkan kedisiplinan dan pengendalian [....]."
Prediksi yang dibuat tim riset SUTD memakai model susceptible-infected-recovered (SIR). Model SIR ini diregresikan (diurutkan ke belakang) dengan data kasus corona di berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus pandemi dan memprediksi kapan berakhirnya.
Untuk Indonesia, prediksi tim peneliti SUTD paling mutakhir memuat kesimpulan akhir pandemi yang berbeda dari dua pekan lalu. Pada akhir April lalu, tim SUTD memprediksi pandemi corona di Indonesia, secara teori, akan berakhir pada Agustus 2020.
Sementara prediksi terbaru tim SUTD yang berdasar data terbaru pada 6 Mei 2020, menyimpulkan secara teori, pandemi corona di Indonesia baru berakhir pada 27 Oktober 2020.
Prediksi SUTD yang terbaru ini menunjukkan kemungkinan akhir pandemi corona di Indonesia jauh lebih lama dari perkiraan yang sempat disebutkan Presiden Jokowi, yakni bulan Juli 2020.
Sementara di dunia, tim SUTD memprediksi pandemi corona secara global baru berakhir pada 31 Desember 2020. Untuk kasus dunia, prediksi tim SUTD konsisten menyimpulkan akhir pandemi pada bulan Desember 2020, meski tanggalnya berubah-ubah.
Banyak prediksi dari para peneliti memang tidak selalu sesuai dengan fakta yang terjadi, sekaligus kerap berubah. Ini terjadi karena kerumitan faktor yang mempengaruhi perkembangan pandemi corona. Tidak heran, model yang dipakai untuk memprediksi akhir pandemi ini juga masih terus disempurnakan.
Apalagi, menurut ahli epidemilogi dari Johns Hopkins Center for Health Security, Caitlin Rivers, ketepatan prediksi pandemi corona bisa sangat tergantung dengan keputusan masyarakat dalam merespons wabah.
"Jadi orang melihat angka-angka, dan mereka termotivasi lebih sadar, tinggal di rumah, menjaga kebersihan dan melakukan semua hal yang benar-benar mengubah hasil," kata dia seperti dilansir Vox.com.
Dengan demikian, prediksi soal akhir pandemi corona tidak bisa dilihat sebagai sebuah ramalan matematis. Konsistensi kebijakan pencegahan yang dilakukan pemerintah dan sikap masyarakat untuk menghindari penularan menentukan kapan pandemi berakhir.
Editor: Agung DH