Menuju konten utama

Umat Katolik Diminta Jadi Agen Perdamaian di Tengah Konflik Papua

"Tidak boleh lagi ada perang dan saling membunuh."

Umat Katolik Diminta Jadi Agen Perdamaian di Tengah Konflik Papua
Hari Raya Natal di Alun-alun Bung Karno. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww/16.

tirto.id - Tokoh agama Katolik Timika, Papua meminta umat Katolik di wilayah itu terlibat aktif sebagai agen perdamaian di tengah kehidupan masyarakat yang masih sering terjadi pembunuhan dan tindak kekerasan.

Hal tersebut disampaikan Pastor Maksimus Dora OFM di Timika, Senin (26/3/2018) sebagaimana dilaporkan Antara.

"Di tengah kehidupan masyarakat Timika yang sampai sekarang masih saja terjadi pembunuhan dan berbagai tindak kekerasan, mari kita menjadi agen dan pelaku-pelaku perdamaian," kata Pastor Maksimus di Timika, Senin.

Terkait dengan konflik antarsuku-suku pegunungan tengah Papua di Kwamki Lama, secara khusus Pastor Paroki Santo Stefanus Sempan Timika itu menyoroti berbagai kasus kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Timika akhir-akhir ini.

"Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk menyerang dan berperang dengan orang lain, melukai dan membunuh orang, menipu dan mencuri. Tapi Tuhan mengajarkan kita untuk mencintai sesama karena kehidupan itu merupakan anugerah dan karunia yang Tuhan berikan," ujarnya.

Konflik antartiga kelompok di Kwamki Lama yang terjadi sejak November 2017 hingga pertengahan Maret telah merenggut belasan korban jiwa. Sebagian korban dibunuh di luar area konflik Kwamki Lama, dimana beberapa diantaranya masih berusia belasan tahun.

Terkait situasi konflik antarkelompok warga pegunungan tengah Papua di Kwamki Lama, pekan lalu Penjabat Gubernur Papua Soedarmo bersama Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar mengumpulkan para tokoh dari setiap kelompok yang bertikai untuk segera mengupayakan perdamaian di Kwamki Lama.

Penjabat Gubernur Papua Soedarmo berharap agar persoalan yang terjadi di Kwamki Lama segera diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan musyawarah.

"Kita semua beragama. Agama apapun pasti mengajarkan agar umatnya tidak boleh ada dendam, saling menyakiti, apalagi bunuh-membunuh dilarang keras oleh Tuhan," kata Soedarmo, pensiunan TNI AD bintang dua.

Gubernur Papua berharap konflik sosial apapun yang terjadi di Mimika harus segera diakhiri karena hanya akan membawa penderitaan bagi masyarakat sendiri.

"Mulai saat ini harus dihentikan. Tidak boleh lagi ada perang dan saling membunuh," ujar Soedarmo.

Ia meminta Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial di Mimika yang melibatkan semua komponen segera menyelesaikan secara musyawarah perselisihan diantara tiga kelompok masyarakat Kwamki Lama yaitu kelompok bawah, kelompok tengah dan kelompok atas.

Sementara itu, Pastor Maksimus Dora juga berharap memasuki Pekan Suci dimana umat Kristiani di seluruh dunia akan mengenang kembali peristiwa penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus (Isa Almasih), Pastor Maksimus berharap situasi keamanan di wilayah Timika dan sekitarnya semakin kondusif.

"Apalagi kini warga Mimika tengah menghadapi pesta demokrasi pemilihan bupati dan wakil bupati, maka diharapkan tercipta suasana yang aman dan damai sehingga semua orang yang punya hak pilih dapat menentukan pilihannya secara bebas, tanpa tekanan dari siapapun," ujarnya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani