Menuju konten utama

Tzion Bukan Non-Muslim Pertama yang Masuk Masjidil Haram

Warga non-Muslim dilarang memasuki kawasan masjid suci di Arab Saudi.

Tzion Bukan Non-Muslim Pertama yang Masuk Masjidil Haram
Ben Tzion di masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. facebook.com/ben.tzion

tirto.id - Seorang blogger Israel bernama Ben Tzion menuai kecaman warganet lantaran memasuki Masjid Nabawi, salah satu masjid paling suci bagi umat muslim.

Para pengguna media sosial Instagram, Facebook hingga Twitter melempar berbagai komentar ke pria Yahudi kelahiran Rusia itu. Menurut laporan BBC, tagar berbahasa Arab #SeorangZionisDiMasjidNabi muncul lebih dari 90.000 kali di Twitter, bersanding dengan tagar #Zionist" hingga #ZionisDiMasjidNabi dalam bahasa inggris yang juga nongol ribuan kali.

Seorang dengan akun @ibn_shabbir mencuit “Terkejut mengetahui bahwa Ben Tzion, seorang Zionis, tidak hanya memasuki kota Madinah dengan menyamar sebagai seorang Muslim tapi juga memasuki masjid Nabawi. Semoga Allah melindungi semua masjid dan membebaskan wilayah ini dari tirani.”

Larangan bagi Non-Muslim Memasuki Masjid Suci

Keterkejutan dan lontaran kecaman bagi Tzion bersumber dari aturan yang melarang non-Muslim memasuki wilayah suci seperti Mekah dan Madinah. Khusus untuk Madinah, wilayah tersebut kini mulai membuka diri bagi non-Muslim akibat dari pembangunan Knowledge Economic City (KEC) yang menjadi “smart city” pertama di Arab Saudi.

Baca juga: Membaca Arah Reformasi Sosial di Arab Saudi

Meski sudah membuka diri bagi non-Muslim, namun wilayah Masjid Suci Nabawi tetap tertutup untuk non-Muslim.

Dilansir dari Arab News, pembatasan masuk ke Mekah dan Madinah bukan didasarkan pada otoritas politik setempat. Sehingga tidak dapat dipertanyakan mengapa dibatasi seolah-olah keputusan pembatasan itu adalah sebuah keputusan pemerintah Arab Saudi. Pelarangan yang mulai berlaku pada tahun 9 Hijriyah (629 M) juga didasarkan pada Surat at-Taubah ayat 28 yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang Musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini." Tahun sebelumnya, non-muslim masih diperbolehkan masuk. Dinamika politik di era Nabi membuat aturan diperketat.

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad memutuskan untuk hijrah ke Madinah dari kota Mekah pada 622 M. Ia mendapat sambutan meriah dari penduduk Madinah, yang memungkinkannya leluasa berdakwah. Pada 629 M, Nabi Muhammad kembali ke tanah kelahirannya dan berhasil merebut Mekah dari lawan-lawan politiknya. Sekitar tahun yang sama, lahirlah sebuah peraturan yang melarang non-muslim menginjakkan kaki di Mekah.

Namun hari ini, argumen untuk pembatasan tersebut cenderung bersifat praktis alih-alih teologis, misalnya bahwa pembatasan akses ke kota-kota suci ini dimaksudkan untuk menjaga ketenangan ibadah umat Muslim, disamping memelihara kesucian kota. Hal itu tak lepas dari kehadiran jutaan umat Islam di kota-kota suci tersebut sepanjang tahun. Seandainya turis diizinkan masuk maka macet pun bertambah dan mengurangi ketenangan beribadah.

Dalam sebuah kolom di New York Times berjudul "Pilgrim Non Grata in Mecca", Maureen Down mengungkapkan bahwa masjid di Mekah dan di Madinah adalah kasus khusus. "Tertulis dalam kitab suci [al-Quran] bahwa hanya muslim yang diperbolehkan memasuki Mekah karena di masa lalu pernah terjadi penodaan terhadap masjid di Mekah." Dua wilayah ini adalah pengecualian; masjid-masjid lainnya di Arab Saudi dapat di masuki oleh non-muslim. Tapi bahkan jika ada yang melarang atau mencegah Anda memasuki Masjidil Haram, Anda dapat menemui seorang emir setempat dan meminta izin.

Baca juga: Arab Saudi Punya Mega-Proyek NEOM, Tapi Harus Izin Israel Dulu

Jauh sebelum Ben Tzion, terdapat sejumlah kasus orang-orang non-muslim menyelinap ke Mekah, bahkan sampai Masjidil Haram. Pada 1503, misalnya, pelancong Italia Ludovico di Varthema masuk ke Masjidill Haram sebagai pendamping rombongan haji. Pada 1853, diplomat Inggris Sir Richard Burton yang sedang melakukan studi tentang masyarakat Islam, berpura-pura masuk Islam dan melakukan khitan supaya bisa melakukan ibadah haji.

Infografik Ben Tzion geger warga israel masuk masjid

Warga Israel Dilarang Masuk Arab Saudi

Alasan lain mengapa Tzion dikecam oleh warganet karena hingga saat ini pemegang paspor Israel masih dilarang masuk wilayah Saudi. Ada 16 negara yang hingga saat ini menolak kehadiran warga Israel.

Kenyataannya, Tzion tak hanya memasuki kawasan suci umat Islam di Arab Saudi. Ia mengaku telah melancong ke tempat-tempat suci muslim lainnya di Iran, Lebanon dan Yordania. Padahal Iran dan Lebanon adalah dua dari 16 negara yang juga menutup akses bagi warga Israel.

Baca juga: Peran (Orang) Inggris di Balik Lahirnya Arab Saudi

Berbagai spekulasi pun bermunculan. Ada yang beranggapan jika Tzion masuk Arab Saudi, Iran dan Lebanon dengan cara ilegal. Namun Tzion menepis anggapan itu dan mengaku bahwa berpaspor ganda sehingga bisa masuk secara legal ke Arab Saudi dan sejumlah negara lainnya.

Di Saudi, Tzion mengaku bahwa dirinya diterima dengan sangat ramah oleh umat Muslim setempat meski mereka mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Zionis, namun tanggapan berbeda ia terima dari jejaring media sosial yang terus mengecam tindakannya.

"Tak seorang pun di negara-negara Arab pernah mendekati saya dengan rasa permusuhan," tuturnya.

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka mencintai Israel dan orang-orang Yahudi."

Ada juga spekulasi lain bahwa hal ini sebagai tanda mulai membaiknya hubungan Israel-Arab Saudi meski tak jarang juga muncul komentar sinis dari kedua warga negara yang masing-masing tak ingin berdamai.

Akan tetapi jalan menuju perdamaian masih terbuka terutama beberapa waktu lalu tersiar kabar kedekatan Israel-Arab Saudi untuk menangkal kekuatan Iran. Sebab pengaruh Iran di wilayah Irak, Suriah, hingga Lebanon semakin menguat. Belum lagi, hubungan Iran dengan Qatar dan Turki terus membaik.

Baca juga artikel terkait ZIONIS atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Windu Jusuf