tirto.id - Hanacaraka adalah aksara Jawa yang menjadi salah satu aksara tradisional di Indonesia. Tulisan Jawa ini dikenal pula dengan istilah aksara Carakan dan Dentawyanjana.
Hanacaraka lengkap masih dilestarikan sampai sekarang. Sebagian jenjang pendidikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta memasukkan materi huruf aksara Jawa bagian dari pelajaran Bahasa Jawa.
Penggunaan Hanacaraka memang tidak lazim saat ini. Meski demikian, mempelajari huruf Jawa lengkap bisa menjadi aktivitas menyenangkan sembari merasakan tradisi tulis di zaman kerajaan Jawa dulu.
Pengertian dan Makna Hanacaraka
Hanacaraka adalah aksara yang digunakan masyarakat Jawa tempo dulu untuk mengembangkan tradisi menulis di antara mereka. Keberadaannya sudah dimulai kurang lebih abad ke 8 sampai 15, sepanjang Nusantara berada di periode Hindu-Buddha.
Berdasarkan sejarahnya, aksara Jawa merupakan salah satu aksara turunan Brahmi. Akar paling tua dari aksara Jawa adalah aksara Brahmi di India, yang berkembang menjadi aksara Pallawa. Sementara itu, aksara Pallawa ini lantas berkembang menjadi aksara Kawi.
Aksara Kawi dipakai sepanjang periode Hindu-Buddha. Di berbagai daerah Nusantara, aksara Kawi berkembang lagi menjadi aksara-aksara tradisional yang salah satunya yaitu aksara Jawa.
aksara Jawa dikembangkan oleh Aji Saka yang dipakai sebagai bahan ajar sekolah. Ia mengajarkan aksara versi Hindu-Jawa. Ia diduga juga sebagai penyebar paham Hindu di Tanah Jawa.
Aji Saka dianggap sebagai pencipta aksara Jawa yang jumlahnya mencapai 20 huruf. Filsafat keaksaraan huruf Jawa memiliki sistem silabik yang terdiri dari ha, na, ca, ra, ka; da, ta, sa, wa la; pa dha, ja, ya, nya; ma, ga, ba, tha, nga.
Ada pun huruf Jawa lengkap penuh dengan filosofi. Menurut Fatkur Rohman Nur Awalin dalam Dunia Batin Jawa: Aksara Jawa sebagai Filosofi dalam Memahami Konsep Ketuhanan (2017), makna simbolis dari setiap huruf Hanacaraka dikaitkan dengan nilai histori spiritual. Makna setiap huruf Hanacaraka tersebut yaitu:
- Ha: Hana hurip wening suci (Adanya kehidupan adalah kehendak dari Yang Maha Suci)
- Na: Nur candra, gaib nur, warsitaning candra-pengharapan (Artinya manusia hanya selalu ke Ilahi.)
- Ca: Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (Artinya satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
- Ra:Rasaningsun handulusih (Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani.)
- Ka: Karsaningsun memayuhayuning bawana (Hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)
- Da: Dumadining dzat kang tanpa winangenan (Menerima hidup apa adanya.)
- Ta: Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (Mendasar, totalitas,visi, ketelitian dalam memandang hidup.)
- Sa: Sifat ingsun handulu sifatullah (Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan.)
- Wa: Wujud hana tan kena kinira (Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas.)
- La: Lir handaya paseban jati (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi)
- Pa: Papan kang tanpa kiblat (Hakikat Allah yang ada di segala arah.)
- Dha: Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk bisa di atas, dimulai dari dasar.)
- Ja: Jumbuhing kawula Gusti (Selalu berusaha menyatu dan memahami kehendak-Nya.)
- Ya: Pitados marang samubarang tumindak kang dumadi (Yakin atas titah/ kodrat Ilahi.)
- Nya: Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (Memahami kodrat kehidupan)
- Ma: Madhep mantep manembah mring Ilahi (Yakin dan mantap dalam menyembah Ilahi.)
- Ga: Guru sejati sing muruki (Belajar pada guru nurani.)
- Ba: Bayu sejati kang andalani (Menyelaraskan diri pada gerak alam.)
- Tha: Thukul saka niat (Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan.)
- Nga: Ngracut busananing manungso (Melepaskan egoisme pribadi manusia.)
Jenis Hanacaraka
Untuk menulis aksara Jawa, seseorang sebaiknya memahami terlebih dahulu apa itu jenis huruf Jawa dan pasangannya, sandhangan, aksara murda, hingga apa saja aksara wilangan dalam tulisan Jawa.
Pemahaman tentang jenis Hanacaraka akan memudahkan dalam penulisan aksara tersebut. Berikut beberapa jenis Hanacaraka:
1. Huruf Jawa Dasar - Hanacaraka
Berikut adalah huruf-huruf Jawa atau yang sering disebut Hanacaraka atau aksara Wyanjana atau aksara nglegena.. Aksara Jawa terdiri dari 20 aksara yaitu ha-na-ca-ra-ka da-ta-sa-wa-la pa-dha-ja-ya-nya ma-ga-ba-tha-nga. Semua aksara wuda (telanjang) ini belum mendapatkan sandhangan atau imbuhan apa pun.2. Pasangan Aksara Jawa
Pasangan dalam penulisan aksara Jawa berfungsi untuk menekan vokal konsonan di depannya, dibutuhkan pasangan dari masing-masing aksara. Berikut selengkapnya:3. Aksara Wilangan
Dalam tulisan Jawa juga terdapat aksara wilangan yang merupakan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 0. Berikut selengkapnya.4. Aksara Swara
Dalam Aksara Jawa, Aksara swara adalah huruf vokal yang terdiri dari A I U E O. Terdapat 5 macam bentuk aksara vokal antara lain sebagai berikut.5. Aksara Murda
Aksara Murda adalah aksara yang dikategorikan sebagai wujud kapital di Hanacaraka. Jumlah ada 8 dan memiliki tambahan satu aksara "sa" yang jarang digunakan di masa sekarang.6. Aksara Rekan
Aksara rekan adalah aksara yang diberikan sebagai tambahan pada susunan aksara Jawa. Fungsinya untuk melengkapi dan menuliskan ejaan huruf dari kosakata Bahasa Arab. Jumlahnya tidak dibatasi dan mengikuti ketersediaan aksara tersebut, telah memadai atau belum, saat dipakai menulis kosakata asing.7. Aksara Sandhangan
Aksara sandhangan yaitu aksara pelengkap yang menjadi simbol tertentu. Fungsinya mengubah bunyi aksara dasar yang masih dibaca nglegena.8. Adeg
Adeg yaitu pelengkap aksara Jawa dalam bentuk tanda baca. Wujudnya simbol yang berguna seperti tanda naca di sistem huruf alfabet.Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar