Menuju konten utama

Tren Pemasangan CCTV di Rumah dan Dampak Kasus Pulomas

Sudah banyak rumah yang dilengkapi CCTV. Penjualan CCTV terus meningkat. Setelah kasus pembunuhan di Pulomas, apakah tren CCTV akan kian meningkat?

Tren Pemasangan CCTV di Rumah dan Dampak Kasus Pulomas
Ilustrasi CCTV. Foto/digitaltrends.com

tirto.id - Dua pelaku pembunuhan di Pulomas, Jakarta Timur, tergeletak berlumuran darah hari Rabu (28/12). Darah mengucur deras dari paha kanan Ramlan Butarbutar. Ia tergeletak dengan ceceran darah di sekitar tubuhnya. Meski sudah dilarikan ke rumah sakit, nyawa pemimpin komplotan perampok ini tak dapat ditolong.

“Dari fisiknya petugas tahu pelaku adalah Ramlan Butarbutar. Karena dia itu residivis juga saat ini masih masuk dalam daftar pencarian orang polresta Depok terkait kasus perampokan warga Korea Selatan di Depok tahun lalu,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Muhammad Iriawan.

Hal itu diketahui dari rekaman closed-circuit television (CCTV) di rumah yang menjadi tempat kejadian perkara.

Penangkapan Ramlan dan Erwin Situmorang menambah daftar keberhasilan rekaman CCTV untuk mengidentifikasi sekaligus membongkar tindakan kejahatan.

Kasus pembunuhan di Pulomas menjadi penegasan bahwa CCTV memang penting – baik untuk mencegah, menanggulangi atau membongkar kejahatan.

Kisaran Harga CCTV di Hunian Pribadi

Sayangnya tidak semua orang memiliki kemampuan untuk membeli dan memasang CCTV. Harganya memang tidak murah, sehingga hanya orang berpenghasilan di atas rata-rata saja yang berpotensi melengkapi rumahnya dengan CCTV.

Salah satu penjual CCTV di daerah Pulomas, Wicaksono, mengatakan bahwa: “Umumnya kalangan menengah ke atas. Jarang yang menengah ke bawah, bahkan menengah saja jarang."

Padahal kamera CCTV juga ada yang harganya relatif terjangkau. Hasil pemantauan dari situs pasangcctv.com dan distributor-cctv.com, harga CCTV berkisar Rp1.060.000 sampai dengan Rp33.830.000. Harga dibedakan berdasar sistem CCTV, kualitas kamera, merk distributor, jumlah CCTV, dan kelengkapan peralatan. Bila dilengkapi dengan perekam suara, harga juga bisa bertambah Rp 500.000 per satu CCTV.

CCTV memang beragam jenisnya. Secara garis besar, ada tiga jenis yaitu analog, digital, dan IP CAM. Menurut Wicaksono, CCTV analog sudah sangat minim dijual atau bahkan tidak ada. Kualitasnya sudah tertinggal dengan teknologi digital yang high definition (HD) dan IP CAM yang serba digital.

Menurut Wicaksono, sistem analog biasanya berkisar 900-1000 televison lines (TVL). TVL ini yang nantinya akan menentukan resolusi gambar pada CCTV. Semakin tinggi, semakin baik pula kualitas gambarnya. Selain hal tersebut, resolusi juga dipengaruhi oleh besaran megapixel kamera CCTV. Sistem yang diterapkan oleh digital dan IP CAM juga bisa dikontrol secara fleksibel.

Rata-rata pembelian CCTV memakai model 4 saluran. Mari coba berhitung kamera CCTV dengan spesifikasi standar untuk sebuah rumah satu lantai: 4 buah kamera 2.0 MP merk Hikvision (China), 1 DVR 4 channel, 1 HDD Seagate 1TB, 4 Jack DC, power supply dan beberapa kelengkapan minor lainnya. Jika ditotal, minimal semua itu menghabiskan biaya Rp5.510.000. Harga ini merupakan harga beserta biaya pemasangan dengan kualitas IP CAM.

Sedangkan untuk merk Dahua asal Amerika kira-kira menghabiskan Rp5.336.250. Paket ini meliputi 1 NVR Dahua, 4 CCTV Dahua 1.0 MP, 1 paket adaptor dan connector, 1 Switch TP-Link 8 colokan. Tentunya Dahua juga sudah menggunakan teknologi IP CAM untuk CCTV-nya.

Bila kamera CCTV rusak, harga satuan untuk menggantinya dengan yang baru juga beragam. Berkisar antara Rp 150.000 (analog 1 MP) sampai dengan Rp 23.978.500 (IP CAM 5 MP).

Tren Pemasangan CCTV

Penggunaan CCTV untuk kawasan hunian mewah memang sudah lazim sekarang. Wicaksono mengungkapkan bahwa tiap harinya dia melakukan 5 pemasangan CCTV dan 3 di antaranya untuk kediaman pribadi. Wicaksono sendiri telah menekuni bisnis ini selama 15 tahun.

Konsumen Wicaksono tersebar sekitar Jabodetabek. Konsumen dari Jakarta tetap menjadi yang paling banyak. Tapi, daerah yang paling ramai adalah di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan. Kawasan elit tersebut, kata Wicaksono, memasang 730 CCTV tiap tahunnya. BSD tidak pernah sepi pembeli.

Bisnis CCTV bukan pasar yang dimonopoli suplier tertentu. Penjualan CCTV dapat ditemukan di pusat-pusat penjualan elektronik karena CCTV sudah menjadi kebutuhan sekunder, bukan lagi tersier.

Shiung, penjual barang-barang elektronik di kawasan Lokasari, mengungkapkan bahwa penjualannya cukup tinggi. Selama 13 tahun berjualan di Jakarta, Shiung telah menjual ke berbagai kalangan. Meski tidak semassif penjualan Wicaksono, jika ditarik hitungan kasar ia telah berhasil menjual 27.040 kamera CCTV ke berbagai daerah.

“Saya berjualan kurang lebih sejak 2003. Saya rata-rata jualan CCTV itu 40 per minggu,” ujar Shiung.

Wicaksono menuturkan CCTV sudah menjadi kebutuhan yang penting sekarang. Demi keamanan, orang-orang berbondong-bondong membeli. Wicaksono merasa tidak pernah sepi dari pembeli.

Infografik CCTV

Epos Baru di Masyarakat

Catatan Subdit VI Ranmor Ditereskrimum Polda Metro Jaya pada 2015 menyebutkan sebanyak 55 persen kasus curanmor terjadi di areal perumahan biasa/kampung (1212 kejadian). Tempat rawan kedua terjadi di jalan umum (16%, 349 kejadian) dan tempat keramaian (11 %, 235 kejadian) dan sisanya terjadi di kompleks-kompleks perumahan (10%, 244 kejadian).

244 kejadian perampokan di perumahan ini tidak bisa diremehkan. Itulah yang membuat penjualan CCTV dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Sepengetahuan Wicaksono, alasan keamanan memang menjadi faktor terbesar para konsumen yang pernah ditanganinya. Selain alasan keamanan, Wicaksono juga cukup sering menemukan konsumen yang membeli CCTV untuk memantau perkembangan bayi, khususnya jika orang tua harus bekerja dan bayi diasuh oleh baby sitter.

"Dia punya bayi, ingin dipantau, apalagi saat ini ada handphone, jadi mereka sedang di kantor gitu bisa memantau bayinya dari jarak jauh,” ujar Wicaksono.

Keampuhan CCTV diakui Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Selain untuk transparansi kegiatan Gubernur, CCTV juga dipercaya menyediakan bantuan keamanan bagi Ahok. Tidak tanggung-tanggung, Ahok memasang 9-12 CCTV di kediamannya yang berada di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara.

Semenjak Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia sudah berencana menambah jumlah CCTV di ruang publik, bahkan perusahaan. Jika perkataan Ahok menjadi kenyataan, pada 31 Desember nanti jumlah CCTV di ruang-ruang publik Jakarta akan bertambah 10.000 unit.

Yang terbaru, Ahok juga mengatakan upayanya menambah 6.000 CCTV dengan fasilitas deteksi wajah bila kembali menjabat 2017 nanti.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang hendak memantau kemacetan, permasalahan di sungai, sterilisasi busway, kemacetan, hingga pengenalan wajah (face detection). Kendati privasi masyarakat menjadi lebih rentan karena pengawasan 24 jam di segala tempat melalui ribuan CCTV, tapi aspek keamanan bisa lebih terpantau.

Penyediaan CCTV juga sudah menjadi target utama kepolisian untuk pencegahan kejahatan. Menurut Kapolri Tito Karnavian, CCTV memegang peranan yang sangat penting. Karena keterbatasan CCTV di Jakarta itulah ia menganggap Jakarta sebagai daerah yang rentan kejahatan.

"Jadi ini juga menjadi peringatan bagi kita bahwa digital security perlu ditingkatkan. Kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat (Januari 2016) juga bisa diungkap melalui CCTV, begitu juga dengan kasus di Pulomas ini," tutur Tito Karnavian selaku Kapolri.

Setelah kasus Pulomas, kesadaran masyarakat akan CCTV tidak disangsikan lagi. Dan dampaknya langsung terlihat.

“Kami tidak pasang CCTV di rumah almarhum Pak Dodi. Tapi justru tetangganya hari ini minta dipasang CCTV di rumahnya. Awalnya dia minta 8, tetapi begitu kita lihat yang penting-penting cuma ada 4, ya kita pasang 4 aja. Itu 4 yang paling bagus. IP Cam 5 megapixel,” terang Wicaksono.

Menurut Wicaksono, Pulomas sebenarnya bukan kawasan yang elit jika dibanding Pondok Indah atau Kelapa Gading. Pulomas juga merupakan daerah minim kejahatan. Namun, setelah terjadinya kasus pembunuhan tersebut, masyarakat menjadi lebih peka dengan standar keamanan.

Baca juga artikel terkait CCTV atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Zen RS