Menuju konten utama

Timwas DPR Nilai Rasio Nakes dan Jemaah Haji RI Belum Optimal

Rasio antara tenaga kesehatan yang bekerja sebagai dokter, apoteker, dan perawat dengan jumlah jemaah haji Indonesia pada 2023 dinilai belum optimal.

Timwas DPR Nilai Rasio Nakes dan Jemaah Haji RI Belum Optimal
Petugas Emergency Medical Team (EMT) PPIH Arab Saudi memberikan carian penurun panas kepada peserta ibadah haji yang sakit setibanya di hotel kawasan Syisyah, Mekah, Arab Saudi, Selasa (6/6/2023). PPIH Arab Saudi akan memberikan layanan bimbingan ibadah dan pendampingan bagi jamaah yang sakit dan dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.

tirto.id - Anggota Timwas Haji DPR RI, Ade Rezki Pratama menilai rasio antara tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja sebagai dokter, apoteker, dan perawat belum optimal saat dibandingkan dengan jumlah jemaah haji Indonesia pada 2023.

Jemaah haji Indonesia pada tahun ini mencapai 229 ribu orang. Dari jumlah itu, 66.943 orang atau sekitar 30 persen di antaranya masuk kategori jemaah lansia.

“Kami menemukan para Nakes di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) itu kewalahan dalam menangani pasien jemaah haji yang sakit, utamanya banyak yang sakit itu Lansia. Kemudian ada beberapa peningkatan kasus-kasus penyakit yang diderita oleh jamaah haji,” kata Ade dalam keterangan tertulis, Selasa (4/7/2023).

Anggota Komisi IX DPR RI itu juga menyoroti meningkatnya kasus penyakit diabetes, darah tinggi dan demensia (lupa ingatan) yang mayoritas dialami jemaah lansia.

“Ini akan sangat mempengaruhi terhadap kondisi kesehatan dari para jemaah haji kita,” ujarnya.

Menurut Politisi Fraksi Partai Gerindra ini, total jemaah haji Indonesia yang meninggal per 29 Juni sudah mencapai angka 220 orang.

Ditambah lagi dengan adanya insiden yang terjadi di Muzdalifah, ia menekankan agar Kementerian Agama terus mengoptimalkan nakes dalam melakukan upaya penyaringan jemaah lebih awal.

“Supaya nanti kalau terdapat gangguan dan keluhan soal penyelenggaraan haji, kita dapat ditindak lanjutkan secara cepat dan tepat,” jelas Ade.

Selain persoalan kurangnya nakes, Timwas Haji DPR juga mendengarkan paparan dari Kemenkes soal kurangnya jumlah obat-obatan.

Ade menjelaskan sebenarnya pemerintah melalui Kemenkes sudah memprediksi kondisi ini sejak awal. Namun ada beberapa kasus-kasus baru seperti penyakit demensia yang membuat pasokan obat-obatan semakin berkurang.

Kemudian, petugas kesehatan juga tidak bisa membeli obat-obatan tertentu di Arab saudi. Hal itu karena ketersediaan obat yang spesifik hanya dijual di Indonesia.

“Untuk mengatasi itu, akhirnya kita harus mendatangkan langsung obat-obatan dari negara kita yaitu negara Indonesia dengan menitip petugas haji yang baru akan datang. Selain itu juga, karena obat-obatan di sini (Arab Saudi) ini mengandung psikotropika,” kata Ade.

Baca juga artikel terkait IBADAH HAJI 2023 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan