tirto.id - Puasa Ramadan akan melatih tiga jenis kesabaran dalam diri seseorang yaitu sabar menaati Allah, sabar menjauhi hal haram, dan sabar menghadapi kesusahan.
Puasa tidak hanya sekadar menahan makan, minum, dan menjaga diri dari hawa nafsu seksual dari dimulainya fajar sampai terbenamnya matahari.
Lebih dari itu, puasa juga mengajarkan pelakunya untuk selalu bersikap sabar.
Misalnya puasa 29 atau 30 hari di bulan Ramadan, akan mengubah beragam kebiasaan dan ritme kehidupan sehingga memerlukan kesabaran agar berhasil melewati ibadah puasa sampai datangnya 1 Syawal.
Melansir laman Suara Muhammadiyah, perubahan pola makan pada saat puasa dapat berpengaruh pada emosional.
Jika sebelumnya seseorang bisa makan tiga kali sehari, maka saat puasa akan terbatas pada saat sahur dan berbuka. Durasi 13 jam untuk berpuasa, menjadikan seseorang akan terjebak dalam rasa lapar, haus, dan lemas di tubuh.
Semua tantangan yang terjadi selama berpuasa dapat diatasi dengan kesabaran. Kesabaran menjadi kekuatan untuk menangkal emosi negatif yang muncul sewaktu berpuasa.
Dengan kesabaran ini seseorang tidak hanya bisa melewati godaan di saat puasa seperti tidak berkata kotor, tidak menggibah, menjaga pandangan, dan sebagainya.
Sehingga, dia pun juga memperoleh keutamaan dan pahala dari berpuasa.
Sebaliknya, jika kesabaran tidak ditanamkan dalam diri orang berpuasa maka bisa jadi dia hanya akan memperoleh lapar dan haus saja. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam bersabda:
رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690)
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari no.1804)
Jenis kesabaran saat berpuasa
Dikutip dari situs NU Online, saat seseorang berpuasa setidaknya akan melatih tiga jenis kesabaran dalam dirinya.
Kesabaran tersebut adalah sabar atas ketaatan kepada Allah, sabar menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah, dan sabar atas ketetapan Allah yang terlihat pahit.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaa’if al-Ma’aarif fii maa li Mawaasiim al-‘Am min al-Wadhaa’if (2002) mengatakan bahwa berpuasa dapat memunculkan kesabaran dalam hati seseorang untuk terus taat kepada Allah.
Sementara itu, puasa juga akan menjaga kesabaran seseorang dari berbagai hal yang diharamkan Allah. Misalnya seseorang akan menjaga hawa nafsunya seperti tidak berbicara kotor, mengumpat, membicarakan aib orang lain dan sebagainya.
Satu lagi, orang berpuasa yang mengalami kesusahan saat berpuasa, seperti lapar, haus, atau tubuh yang lemas, cenderung mampu menghadapi kendala semua itu dengan kesabarannya.
Kesusahan semacam ini dapat diatasi karena lahir dari perilaku taat kepada Allah dan yang mengamalkannya mendapatkan pahala.
Menyengaja untuk lapar dan dahaga, menghindari larangan Allah, atau berada dalam kesusahan demi menjalankan perintah Allah seperti saat berpuasa, adalah tindakan yang mampu menajamkan kesabaran manusia.
Oleh sebab itu, penyengajaan tersebut mesti diyakini sebagai proses pendidikan kesabaran.
Begitu ibadah puasa Ramadan selesai, seseorang diharapkan memperoleh kesabaran yang lebih baik dari waktu sebelumnya dalam rangka mewujudkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno