tirto.id - Kemajuan teknologi mendorong munculnya beragam perangkat yang memudahkan pekerjaan sehari-hari. Dewasa ini muncul teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) yang dipadukan bot mesin percakapan, salah satunya ChatGPT.
Perangkat ini bisa memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan lewat model berbasis interaksi percakapan. Menariknya, di media sosial, muncul narasi yang menyebut kalau perangkat ChatGPT sudah ada versi awalannya sejak tahun 2006.
Disebutkan ChatGPT versi awal tersebut juga mampu memprediksi kejadian pandemi COVID-19 pada tahun 2020 lalu. Konten tersebut muncul dalam unggahan YouTube akun True Fair News dan Jason Reviews Tech. Potongan video pendek ini telah ditonton setidaknya 2 ribu kali.
Dalam dua video singkat tersebut, terlihat layar komputer dengan model dari tahun 2000-an awal. Terlihat juga tulisan ChatGPT 1.0 di layar, yang mengindikasikan penggunaan perangkat tersebut.
Lalu, benarkah ChatGPT telah ada dari tahun 2006 dan dapat memprediksi pandemi Covid-19?
Penelusuran Fakta
Tirto mencoba mencari versi panjang dari potongan video yang tersebar tersebut. Pencarian di Facebook dan YouTube mengarahkan ke video berikut.
Terdapat video dengan durasi hampir tiga menit yang memuat informasi serupa mengenai penggunaan ChatGPT pada tahun 2006, lengkap dengan suara narator yang juga sama dengan potongan video pendek. Namun, membaca kolom deskripsi, disebutkan kalau ini adalah cerita imajinatif, yang berandai-andai kalau versi beta dari ChatGPT 1.0 sudah ada sejak tahun 2006.
Lebih lanjut, membaca informasi tentang kanal "Faded Vault", diketahui kalau video-video yang kanal ini unggah adalah video konsep, yang dibuat untuk mengandaikan situasi tertentu, misalnya bagaimana kalau pandemi COVID-19 terjadi tahun 2000. Jadi, video mereka bukan bertipe dokumenter atau arsip dari masa lalu.
Lebih lanjut, dikutip dari Forbes, diketahui kalai OpenAI, perusahaan yang memiliki ChatGPT, baru dibentuk pada tahun 2015 lalu oleh Sam Altman, Greg Brockman, Elon Musk, Ilya Sutskever, Wojciech Zaremba, dan John Schulman. Perusahaan ini dari awal, memang fokus untuk membuat kecerdasan buatan tingkat lanjut yang diharapkan dapat membantu umat manusia.
Menukil artikel yang sama, disebutkan juga kalau versi demo ChatGPT yang diluncurkan ke masyarakat baru dilakukan pada 30 November 2022, dan langsung ramai di media sosial.
"Dalam lima hari, chatbot ini telah menarik perhatian lebih dari satu juta pengguna," begitu tulis Forbes dalam artikel dari Mei 2023 tersebut.
Artikel tersebut juga menceritakan tentang versi lampau dari ChatGPT. GPT-1, sebagai model percobaan awal, baru dirilis pada tahun 2018.
Dari program ChatGPT yang ada saat ini, Tirto juga coba memasukan prompt (perintah atau pesan di ChatGPT), serupa dengan contoh yang ada di video. Kami coba meminta prediksi kejadian yang akan terjadi di masa depan, di tahun 2025.
Tanggapan dari ChatGPT menjelaskan kalau memprediksi kejadian di masa depan penuh dengan spekulasi dan ketidakpastian. Namun, perangkat ini tetap memberi beberapa tren dan kemungkinan umum yang mungkin terjadi seperti kemajuan teknologi, pergeseran geopolitik, kemajuan bidang kesehatan, sampai dengan upaya mitigasi perubahan iklim.
Di tiap jawaban tersebut, tidak ada jawaban yang spesifik, hanya gambaran umum. Berbeda dengan video yang beredar di YouTube yang bisa secara spesifik menjelaskan kejadian pandemi yang diikuti masalah keuangan dunia.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan klaim adanya ChatGPT dari tahun 2006 yang dapat memprediksi pandemi pada tahun 2020 bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Potongan video yang beredar di media sosial berasal dari video dari kanal "Faded Vault" di YouTube, yang banyak mengunggah video konsep, yang dibuat untuk mengandaikan situasi tertentu, dan bukan dokumenter atau arsip masa lalu.
OpenAI, perusahaan yang memiliki ChatGPT, baru dibentuk pada tahun 2015. Sementara ChatGPT baru dibuka aksesnya untuk publik pada tahun 2022.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty
