tirto.id - Kepulangan jemaah haji 2024 gelombang pertama sudah dimulai sejak hari Sabtu, 22 Juni 2024. Biasanya terdapat syukuran pulang haji. Bagaimana hukum menggelar acara tersebut? Boleh atau bidah? Apa saja dalil, tata cara, dan contoh undanganya?
Kementerian Agama (Kemenag) RI menyebutkan pelaksanaan haji 1445 H/2024 M sudah berakhir. Agenda selanjutnya adalah kepulangan jemaah haji gelombang pertama.
Sebanyak 49 kelompok terbang (kloter) gelombang I rencananya dipulangkan lewat Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah. Lainnya melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Jemaah haji Indonesia 2024 terdiri dari 241.000 orang. Rinciannya 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 jemaah haji khusus.
Setelah kepulangan gelombang pertama, dilanjutkan gelombang kedua mulai 4 Juli 2024. Kedatangan terakhir jemaah haji gelombang kedua adalah pada 22 Juli 2024.
Menyambut kedatangan jemaah haji, masyarakat biasa menggelar naqiah haji alias syukuran haji. Frasa lain yang biasa dipakai adalah walimatul naqiah.
Hukum Syukuran Kepulangan Haji
Hukum syukuran kepulangan haji atau naqiah haji masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Pada dasarnya, naqiah bermakna selamatan atau tasyakuran.
Sepulang haji, mereka menggelar acara tasyakuran. Hal ini dilakukan dalam rangka berbagi rezeki. Mengutip artikel berjudul "Adakah Anjuran Selamatan Sepulang Haji?" yang ditulis Muhammad Faizin via NU Online, kalangan ulama Syafi'i memberikan batasan perjalanan yang dianjurkan untuk menggelar naqiah atau selamatan penyambutan.
Untuk perjalanan yang hanya berjarak dekat ke tepi kota atau lintas provinsi yang tidak jauh, maka tidak dianjurkan mengadakan naqiah. Jemaah haji atau keluarganya disarankan mengadakan naqiah karena jarak yang jauh antara tanah suci dengan Indonesia.
Muhamad Abror dalam "Tasyakuran Pulang Haji, Ini Penjelasan dan Dalilnya" dikutip via situs web NU Online juga menuliskan beberapa dalil naqiah.
Hadis riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Ja’far menerangkan "Jika Nabi saw pulang dari safar, kami menyambutnya. Beliau menghampiriku, Hasan, dan Husain, lalu beliau menggendong salah satu di antara kami di depan, dan yang lain mengikuti di belakang beliau, hingga kami masuk kota Madinah.” (HR Muslim).
Menurut Imam an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab,"Disunnahkan untuk mengadakan naqi’ah, yaitu hidangan makanan yang digelar sepulang safar. Baik yang menyediakan makanan itu orang yang baru pulang safar atau disediakan orang lain,".
Dasarnya adalah sebuah hadis yang berbunyi "Sesungguhnya Rasulullah saw ketika tiba dari Madinah sepulang safar, beliau menyembelih onta atau sapi," (HR Bukhari).
Di lain sisi, Riska Amalia Simatupang dalam skripsi berjudul "Hukum Mengadakan An-Naqi’ah Dalam Penyambutan Jamaah Haji (Menurut Tokoh Muhammadiyah Dan Al-Washliyah Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)" tahun 2018, hukum mengadakan naqiah menurut tokoh Muhammadiyah termasuk perkara bidah.
Alasannya adalah tidak ada anjuran dalam agama Islam. Penyambutan jemaah haji dinilai sebagai sebuah kebiasaan masyarakat.
Dari Aisyah ra, ia berkata:"Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada perintah kami atasnya, maka amalan itu ditolak,".
Namun demikian, hukum naqiah menurut tokoh Al-Washliyah adalah boleh. Pasalnya, acara tersebut tidak melanggar syariat dan tidak ada pemborosan.
Telah menceritakan kepada kami Usman ibn Abi Syaibah menceritakan kepada kami Waki’ dari Syu’bah dari Maharib ibn Dassar dari Jabir dia berkata:"ketika Nabi saw datang ke kota Madinah, beliau menyembelih satu ekor unta atau sapi,".
Contoh Undangan Syukuran Kepulangan Haji
Contoh undangan syukuran kepulangan haji bisa dicetak dalam bentuk lembaran. Seiring perkembangan zaman, undangan juga dapat berupa digital.
Undangan syukuran kepulangan haji meliputi pihak yang diundang, waktu pelaksanaan acara, hingga lokasi syukuran.
Link contoh undangan syukuran kepulangan haji bisa diakses melalui tautan berikut ini:
Link Contoh Undangan Syukuran Kepulangan Haji