tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengatakan sampai saat ini kasus suspek atau diduga terkena hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya (misterius), angkanya masih 15 anak. Meski begitu, ternyata kasus tersebut mayoritas ditemukan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yaitu sebanyak 11 kasus.
“Masih di angka suspek 15 ya. [Kasus paling banyak] di DKI Jakarta ya, ada 11 kasus,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi kepada Tirto, Selasa (10/5/2022) sore.
Dia menuturkan bahwa selain ditemukan di DKI Jakarta, 4 kasus lainnya masing-masing sebanyak 1 kasus ada di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), serta Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
“Di Sumbar, Jabar, Jatim, Babel. Iya [masing-masing 1 kasus],” kata Nadia.
Kemudian dia menerangkan bahwa dari kelima belas anak itu, terdapat 12 orang yang berusia 1-16 tahun dan 3 orang berusia 17-20 tahun. “Usia 1-16 tahun 12 orang dan 17-20 tahun ada 3 orang,” beber Nadia.
Kemarin, dia menyebut 15 kasus yang dilaporkan ini, 4 kasusnya sudah pada kriteria pending klasifikasi. Sementara sisanya yaitu 11 kasus, masih dalam pemeriksaan laboratorium untuk memastikan jenis hepatitisnya.
“10 kasus masih dalam perawatan. Semua dirawat di RS [rumah sakit],” terang Nadia kepada Tirto, Senin (9/5/2022) malam.
Dia pun menjelaskan bahwa semuanya belum mendapatkan vaksinasi COVID-19, khususnya yang di bawah umur 6 tahun. Bahkan ada juga yang baru mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19.
Nadia mengungkapkan, kasus hepatitis akut misterius ini terbanyak menyerang anak di bawah umur 6 tahun. “Tidak ada detail ya, tapi paling banyak di bawah usia 6 tahun,” tutur dia.
Gejala Hepatitis Akut
Gejala awal hepatitis akut muncul pada saluran pencernaan. Antara lain diare, mual, muntah, sakit perut, atau demam ringan.
“Jadi, kita musti waspada kalau anak-anak kita mengalami gejala saluran cerna. Dan sudah memikirkan bahwa ini ada kemungkinan bisa mengarah ke arah hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya itu,” ucap Guru Besar Kesehatan Anak Bidang Gastrohepatologi, Hanifah Oswari.
Lalu dia mengatakan agar para orang tua membawa anak-anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat, untuk mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan (nakes) terkait apakah perlu diperiksa lebih lanjut guna mencari kemungkinan menjadi hepatitis akut berat atau tidak.
“Jadi jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat,” tutur Oswari.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri