tirto.id - Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran Nomor: HK.02.02/C/2515/2002 bertanggal 27 April 2022 yang ditandatangani oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu. Surat itu perihal kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya pada anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada periode Januari-Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April 2022, jumlah laporan terus bertambah.
Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara yaitu Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat (9), Denmark (6), Irlandia (<5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Perancis (2), Romania (1) dan Belgia (1). Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan-16 tahun. 17 anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. “Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut,” begitu petikan surat tersebut.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Di Indonesia, tiga pasien anak yang meninggal dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo dengan dugaan Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya. Mereka merupakan pasien rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Guru Besar Kesehatan Anak Bidang Gastrohepatologi, Hanifah Oswari mengatakan, kasus hepatitis akut yang belum diketahui ini bukan dari virus hepatitis A hingga hepatitis E. Hepatitis akut misterius ini khusus menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun.
“Umumnya penyebab (hepatitis), biasanya (virus) hepatitis A, B, C, D, E, tapi kasus yang ini bukan disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Lebih khususnya, dia menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun, tapi lebih banyak lagi pada usia di bawah 10 tahun,” tutur Hanifah dalam konferensi pers daring, Kamis, 5 Mei 2022.
Merujuk data soal hepatitis akut yang diketahui, sebetulnya hepatitis akut sudah banyak di Indonesia dari setiap kali mereka melihat kasus-kasus hepatitis, tapi pada kasus ini ahli kesehatan belum mengetahui penyebabnya dan gejalanya bersifat berat.
Selain itu, pakar kesehatan melihat dari laporan-laporan kasus yang sudah ada, laporannya itu dimulai dengan gejala gastrointestinal terlebih dahulu seperti diare, mual, muntah, serta sakit perut yang kadang-kadang disertai demam ringan. Kemudian berlanjut dengan gejala yang mengarah hepatitis yaitu anak mengeluarkan buang air kecil seperti teh, buang air besar berwarna pucat, dan matanya atau kulitnya kalau diperhatikan berwarna kuning.
Bila dokter memeriksa kadar enzim hati seperti Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), didapatkan salah satu atau kedua enzim ini meningkat di atas 500 internasional unit per mililiter. "Bila berlanjut lagi gejalanya, pasien akan mengalami gangguan pembekuan darah dan selanjutnya terjadi penurunan kesadaran yang dapat berlanjut menjadi kematian, bila pasien tidak dilakukan transplantasi hati,” ucap Hanifah.
Kasus hepatitis akut tidak terbukti berhubungan dengan vaksin COVID-19. Meskipun demikian, Hanifah mengakui penyakit menular tersebut memang berhubungan dengan virus Corona.
Sampai saat ini, meski belum diketahui penyebabnya, ada beberapa virus yang diduga berperan dalam kasus hepatitis misterius akut. Beberapa virus itu seperti adenovirus tipe 41, SARS-CoV-2, virus Epstein Barr Virus (EBV), dan virus Cytomegalovirus (CMV).
Kebanyakan dari virus-virus dugaan, penularannya melalui saluran cerna dan saluran napas. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah menjaga jangan sampai anak-anak terinfeksi virus melalui jalan masuknya virus.
Pengumuman Usai Kematian
Pemerintah baru mengumumkan kematian tiga anak yang menjadi korban hepatitis misterius ini meski WHO telah menetapkannya sebagai KLB pada 15 April. "Ini karena gejala klinis yang kemudian diperkirakan adalah supek hepatitis. Sebelumnya tentu masih dalam proses mencari penyebab penyakitnya," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, ketika ditanya alasan mengumumkan setelah kematian tiga anak, kepada Tirto, Kamis (5/5/2022).
Setelah WHO menetapkan KLB, Kementerian Kesehatan meningkatkan kewaspadaan melalui surveilans di puskesmas, termasuk kalau ada peningkatan kasus dengan gejala demam kuning.
“Tapi kami belum menemukan kasus atau suspek yang mirip dengan hepatitis akut, setelah aksus terindetifikasi maka potensi penularan bisa terjadi. Oleh karena itu disampaikan kepada masyarakat," kata Siti Nadia.
Guna mencegah penularan hepatitis, masyarakat bisa menerapkan gaya hidup sehat seperti higienis dan sanitasi yang baik. Karena penularan hepatitis bisa melalui udara dan makanan, disiplin mengerjakan protokol kesehatan dan cuci tangan, makan makanan yang bersih, tidak menggunakan alat makan bersama, merupakan upaya pencegahan awal sampai ditemukan lebih pasti penyebabnya.
Hepatitis yang marak terjadi di Indonesia biasanya hepatitis A hingga E. "Penelitian terus dilakukan untuk mencari penyebab dan faktor risiko," tutur dia.
Jaga Diri
Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengimbau kepada masyarakat, terutama para orang tua dan anak, agar tetap menerapkan protokol kesehatan selama mudik lebaran 2022.
Ketua Umum PB IDI, Adib Khumaidi dalam siaran pers, Selasa, 3 Mei 2022, menyatakan seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas fesehatan tingkat pertama yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktek perorangan juga diminta mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa.
Sementara dari pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan virus hepatitis A, B, C, D, dan E, namun pada beberapa kasus ditemukan SARS-CoV-2 dan atau adenovirus. Maka pemeriksaan pathogen atau biologis maupun kimiawi perlu dilakukan lebih lanjut.
“Seluruh dokter anak dan residen dokter anak juga turut mengawasi apabila gejala (hepatitis terjadi) pada pasiennya,” ucap Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam siaran pers serupa.
IDI dan IDAI pun mendukung Kementerian Kesehatan menyelidiki hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya tersebut.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz