Menuju konten utama

"Hepatitis Akut Tak Ada Hubungan dengan Vaksin COVID-19"

Guru Besar Kesehatan Anak Bidang Gastrohepatologi mengatakan belum ada bukti yang kuat menyatakan hepatitis akut berhubungan dengan vaksin COVID-19.

Sejumlah botol berisi vaksin COVID-19 dari Sinovac terdapat di atas sebuah meja saat pelaksanaan vaksinasi di Rumah Sakit Adam Malik, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (2/11/2021). ANTARA FOTO/FRANSISCO CAROLIO/wsj.

tirto.id - Guru Besar Kesehatan Anak Bidang Gastrohepatologi, Hanifah Oswari menyatakan penyakit hepatitis akut tidak ada hubungannya dengan keberadaan vaksin COVID-19.

“Nah, pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan juga, banyak berita bahwa kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin COVID-19, itu tidak benar karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksin COVID-19,” ucap Oswari dalam konferensi pers terkait “Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia”, yang disiarkan langsung kanal YouTube Kementerian Kesehatan RI pada Kamis (5/5/2022).

Sebelumnya, Journal Hepatology yang terbit pada 21 April 2022 menuliskan laporan "Vaksinasi SARS-CoV-2 dapat menimbulkan Hepatitis dominan sel T CD8,". Ditemukan Adenovirus 41 pada dua anak yang menjalani transplantasi hati akibat Hepatitis akut berat di Amerika Serikat.

Dokter anak di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta itu mengatakan, hingga saat ini belum ada informasi penguat yang menyebutkan Adenovirus berhubungan langsung dengan hepatitis akut berat.

Oswari mengatakan sampai saat ini, meskipun belum diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa virus yang diduga berperan dalam kasus hepatitis misterius akut itu.

Beberapa virus itu misalnya adenovirus tipe 41, SARS-CoV-2, virus Epstein Barr Virus (EBV) dan virus Cytomegalovirus (CMV).

“Kebanyakan dari virus-virus yang diduga ini, penularannya melalui saluran cerna dan saluran nafas. Karena itu, pencegahan yang bisa kita lakukan adalah menjaga jangan sampai anak-anak kita terinfeksi virus melalui jalan masuknya virus,” ungkap Oswari.

Meski memang ada sedikit berhubungan dengan COVID-19, namun itu pun masih dugaan dan bukan penyebab langsung munculnya hepatitis akut.

“Memang ada berhubungan dengan virusnya, tetapi itupun belum diberikan informasi bahwa itu berhubungan secara langsung. Jadi, virus-virus yang tadi kita sebutkan, itu diduga karena masih mungkin itu co-incidents, masih mungkin itu kejadian yang bersamaan tetapi bukan sebagai penyebab langsungnya,” terang Oswari.

Oleh karena itu, lanjut dia, menghubungkan COVID-19 dengan penyakit hepatitis akut misterius saja belum bisa ditentukan atau masih dalam dugaan, apalagi dengan vaksin COVID-19 nya.

“Pada saat ini, berita seperti itu saya kira perlu diluruskan,” pungkas Oswari.

Dilansir dari Antara, mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan mengatakan Adenovirus 41 adalah jenis virus yang sering ditemukan sehari-hari, biasanya menyebabkan gejala diare, muntah, demam, dan gejala saluran pernapasan. Biasanya tidak menyebabkan hepatitis pada anak sehat.

"Berbeda dengan strain Adenovirus yang digunakan di dalam vaksin COVID-19 AstraZeneca, yang menggunakan strain ChAdOx1 (modifikasi dari adenovirus yang menginfeksi simpanse)," katanya.

Aman mengatakan Adenovirus 41 kebanyakan dialami anak usia kurang dari 5 tahun, terutama yang belum divaksin COVID-19.

"Ada kenaikan angka infeksi adenovirus pada anak di Inggris sejak November 2021 dibandingkan 5 tahun ke belakang," katanya.

Baca juga artikel terkait PENYAKIT HEPATITIS AKUT atau tulisan lainnya

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim & Farid Nurhakim
Editor: Bayu Septianto