tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa sampai kemarin, (16/6/2022) pukul 16.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) terdapat 28 kasus suspek (dugaan) hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya atau misterius terhadap anak Indonesia. Jumlah ini meningkat tiga kasus dari laporan pada 9 Juni 2022. Dari 28 kasus tersebut, terdapat 13 probable dan 15 pending classification.
“Rilis data harian per tanggal 16 Juni 2022 Pukul 16.00 WIB: Jumlah kasus total 28 pasien dengan klasifikasi 13 probable, 15 pending classification,0 epi-linked,” kata Juru Bicara atau Jubir Kemenkes, Mohammad Syahril kepada Tirto, Jumat (17/6/2022).
Mengutip dari laman resmi Kemenkes, probable yaitu hepatitis akut (virus non hepatitis A-E), yakni pada saat pemeriksaan laboratorium tidak ada hepatitis A-E, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) di atas 500 internasional unit per liter (IU/L), dan berusia di bawah 16 tahun.
Lalu pending classification artinya sedang menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk hepatitis A-E, tetapi pasien ini sudah tinggi SGOT maupun SGPT nya yakni di atas 500 IU/L, dengan usia di bawah 16 tahun. Sedangkan epi-linked, yaitu hepatitis akut (virus non hepatitis A-E), terjadi di segala usia, dan kontak erat dengan kasus probable.
Kemenkes juga melaporkan adanya 6 anak yang meninggal dengan 4 probable dan 2 pending classification. Selain itu, pasien yang masih dirawat ada 7 dengan 1 probable dan 6 pending classification, adapun yang sembuh atau sudah dipulangkan ada 12 dengan 8 probable dan 4 pending classification, serta 3 anak pulang paksa dengan status 3 pending classification.
“Enam meninggal, tujuh masih dirawat, 12 sembuh/dipulangkan, 3 pulang paksa,” tutur Syahril.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri