tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan 650 kasus probable atau diduga hepatitis akut misterius pada anak di dunia sejak April 2022. WHO menyatakan penyebab hepatitis akut berat ini belum diketahui dan masih dalam penyelidikan.
Pada 26 Mei 2022, 650 kasus probable telah dilaporkan ke WHO dari 33 negara dengan 99 kasus tambahan yang klasifikasinya masih ditunda (pending classification).
Melansir kantor berita Reuters pada Jumat (27/5/2022), WHO mengonfirmasi sembilan anak meninggal dunia akibat hepatitis akut. Otoritas kesehatan di seluruh dunia tengah menyelidiki peningkatan kasus hepatitis akut berat yang hingga menyebabkan radang hati pada anak kecil.
Pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) pekan lalu menduga infeksi adenovirus menjadi biang kerok hepatitis akut misterius.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga tengah menyelidiki apakah infeksi COVID-19, patogen, obat-obatan, dan faktor lainnya berperan terhadap hepatitis akut misterius ini.
Di samping itu, US Food and Drug Administration (FDA) tengah menyelidiki Hepatitis A yang berpotensi terkait dengan stroberi organik yang tercemar. Hal itu membuat 17 orang di AS dan 10 orang di Kanada sakit.
“Lima belas penyakit dilaporkan di California, dan masing-masing satu di Minnesota dan Dakota Utara. Dua belas orang dirawat di rumah sakit, “kata FDA tanpa menjelaskan lebih lanjut, sebagaimana dilansir dari kantor berita Reuters pada Senin (30/5/2022).
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), probable hepatitis akut (virus non hepatitis A-E) yakni pada saat pemeriksaan laboratorium tidak ada hepatitis A-E, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) di atas 500 internasional unit per liter (IU/L), dan berusia di bawah 16 tahun. Sedangkan pending classification artinya sedang menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk hepatitis A-E, tetapi pasien ini sudah tinggi SGOT maupun SGPTnya yakni di atas 500 IU/L, dengan usia di bawah 16 tahun.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan