tirto.id - Legenda bulutangkis Indonesia, Susi Susanti, menilai bahwa persaingan di antara para atlet badminton tunggal putri merata. Jika dulu sektor tersebut lebih banyak dikuasai atlet-atlet asal Cina, sekarang muncul banyak pemain bagus dari negara-negara lain, bahkan dari negara yang sebelumnya tidak memiliki tradisi bagus di level bulutangkis dunia.
Hal tersebut diungkapkan Susi Susanti usai menghadiri acara Audisi Umum Djarum Bulutangkis 2016 yang digelar di Bandung, Senin (14/3/2016). Menurut juara Olimpiade Barcelona 1992 ini, persaingan di sektor tunggal putri dunia saat ini lebih terbuka.
Meskipun demikian, istri Alan Budikusuma itu menyarankan agar para pebulutangkis nasional yang akan berlaga di Olimpiade 2016 di Brasil nanti sebaiknya mencari turnamen pemanasan yang tidak banyak diikuti oleh pemain Cina. Strategi tersebut menurut Susi bukan dimaksudkan untuk menghindar, melainkan agar para pemain bisa mendapatkan poin besar.
Susi Susanti memuji prestasi Lindaweni Fanetri yang mampu mengakhiri catatan buruk tunggal putri Indoensia selama 20 tahun di Kejuaraan Dunia dengan berhasil melaju hingga semifinal. Susi adalah tunggal putri terakhir yang menjadi semifinalis Kejuaraan Dunia pada tahun 1995.
“Di Kejuaraan Dunia 2015 dia bisa tembus di secara teknik. Sekarang tinggal tekad Linda sendiri, harus dijaga konsistensinya,” kata Susi Susanti.
Ia menilai Linda masih memiliki pola pikir yang kadang-kadang membuat dirinya sendiri menjadi takut. Linda memang pernah memiliki cidera yang cukup parah. Bagi Susi, pengalaman tersebut membuat Linda terlalu banyak berpikir, takut-takut, dan akhirnya menjadi bumerang bagi Linda sendiri.
Tak hanya memberi saran, kehadiran Susi Susanti di Audisi Umum Djarum Bulutangkis 2016 juga bertujuan untuk mencari bibit-bibit muda penerus kejayaan Indonesia di kancah bulu tangkis internasional. Susi menganggap proses tersebut adalah salah satu tanggung jawabnya.
“Kita harus menyiapkan pemain yang muda agar cepat naik ke atas dan yang senior tetap dijaga untuk memaksimalkan sehingga generasinya bisa berkesinambungan tanpa ada gap,” tutup perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, ini.