tirto.id - Direktur Puskapol UI Aditya Perdana mengatakan suara yang akan dihasilkan para driver ojek online kepada seluruh paslon Pilpres 2019 tak akan berpengaruh signifikan, mengingat driver ojek online hanya ada di perkotaan, namun sedikit di pedesaan.
"Suara para driver online itu paling signifikansi hanya di perkotaan, di kota yang memiliki pengaruh besar, tapi di desa tidak. Sedangkan daerah desa juga banyak," katanya kepada reporter Tirto, Rabu (7/11/1018) siang.
Aditya mengakui bahwa banyaknya jumlah suara driver ojek online di perkotaan hanya akan menjadi pendulang suara saja tanpa ada motivasi lainnya.
"Kalau dari sisi jumlah memang cukup banyak, setahu saja bahkan jutaan orang, mungkin itu yang menjadi tujuan tim sukses setiap kubu Pilpres 2019 menggaet driver online, tujuan adalah hanya untuk elektoral. Hanya itu motivasinya, tidak ada yang lain. Saya kurang yakin ke programnya. Mungkin karena driver online terlihat kompak dan solid, jadi bisa jadi bagian dari akumulasi suara," katanya.
Pernyataan Aditya merespons beberapa klaim organisasi driver ojek online yang menilai bahwa suara para driver dapat mendulang suara banyak pada Pilpres 2019 mendatang.
Salah satunya dikatakan oleh Sekjen Jaringan Potensi Online Indonesia (JPOI) Helmi Romdhoni.
"Dan bicara secara politik sosial, ojek online hingga saat ini ada 3.115.000 ojek online aktif di Indonesia. Dan itu merupakan peluang besar," kata Helmi kepada wartawan Tirto, Rabu sore. Hal ini dikatakan oleh Ketua Bidang Perekrutan Anggota KATO Rusli.
"Akan sangat, sangat efektif. Bayangkan satu driver yang sudah menikah berarti ada dua pemilih, termasuk orang tuanya tambah dua, kakak dan adiknya tambah empat. Total satu driver ada delapan pemilih. Dikalikan 10 juta driver se-Indonesia. Ini masih ojek, belum yang mobil," kata Rusli saat dihubungi wartawan Tirto, Rabu (7/11/2018) sore.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Maya Saputri