tirto.id -
"Pemberian hukuman mati selain menimbulkan efek jera, hukuman mati juga mencegah terulangnya tindakan kejahatan yang sama karena perbuatan pelaku telah meresahkan masyarakat," kata Erdianto di Pekanbaru, Sabtu (23/2/2019).
Tanggapan tersebut disampaikannya terkait kasus pembunuhan di Bengkulu dengan modus kejahatan suami membunuh istri yang hamil tua lalu mengambil bayi di dalam perut istrinya.
Selain itu, kasus pembunuhan istri oleh suami di Sukabumi di dalam rumah, berikutnya rumah tersebut dibakar sehingga anaknya yang berusia 10 tahun ikut terbakar.
Menurut Erdianto, atas kejahatan pembunuhan isteri dan anak tersebut maka pelaku dapat diancam pidana mati atau dipenjara seumur hidup sesuai KUHP pasal 338 atau pasal 340.
Secara teori, kata Erdianto menyebutkan, kejahatan disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor fisik menurut teori Lambroso, atau sebab psikis menurut teori psikoanalisa dari Freud dan terakhir teori sosial dari Sutherland.
"Dalam kasus-kasus kejahatan kekerasan terhadap perempuan khususnya istri atau anak sendiri, dapat didekati dari teori psikoanalisa tersebut," ucapnya.
Ia menjelaskan, pelaku melakukan kejahatan disebabkan dorongan dari dalam dirinya, namun dorongan psikis demikian tidak dapat menjadi alasan pemaaf karena secara keseluruhan pelaku dapat menyadari tindakannya.
Kendati memang, katanya lagi, perlu observasi psikologis oleh psikiater untuk menentukan apakah secara keseluruhan pelaku dapat menentukan kehendaknya sendiri atau tidak.
"Jika tidak dapat menentukan kehendak sendiri, pelaku dapat dibebaskan dari pertanggungjawaban pidana, namun jika melakukan atas kehendak sendiri maka yang bersangkutan tetap harus dipidana," tuturnya.
Ia menambahkan, jika hasil observasi menunjukkan kesadarannya lebih dominan maka ia patut dihukum berat, dipidana dengan alasan yang memberatkan, karena ia melakukan tindakan kepada orang yang seharusnya ia lindungi.
Kejadian pembunuhan yang merenggut nyawa perempuan yang sedang hamil ES (29) warga Jalan Irian Kelurahan Tanjung Jaya Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu, Kamis (21/2/2019) sekira pukul 12.00 WIB sempat menggegerkan masyarakat setempat.
Pelaku pembunuhan yang tak lain suami ES, RS (31), telah menghilangkan nyawa korban dan mengambil paksa janin dari dalam kandungan istrinya.
Saat ini bayi laki-laki yang diambil dengan cara tak wajar dari perut ibunya itu dalam keadaan sehat dan berada dalam perawatan keluarga korban.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Yulaika Ramadhani