tirto.id - Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dari paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Berdasarkan data Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Jumat (3/5/2019) pukul 10.15 WIB, Jokowi-Ma'ruf unggul 55,94 persen, sementara Prabowo-Sandi berada di 44,06 persen.
Berdasarkan data Situng itu, suara yang masuk telah mencapai 513.272 dari 813.350 TPS atau sekitar 63,10 persen, dengan rician Jokowi-Ma'ruf memperoleh 54.103.439 suara (setara 55,94 persen), sementara Prabowo-Sandi menyusul di belakangnya dengan raihan suara 42.607.412 (44,06 persen).
Jokowi-Ma'ruf unggul di sejumlah provinsi, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Papua. Sedangkan Prabowo-Sandi sementara ini unggul di Sumatera Barat, Jambi, Aceh, Banten, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Melihat suara yang masuk telah mencapai lebih dari 63 persen, pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, menilai komposisi dua paslon capres-cawapres ini masih bisa berubah. Angka aman, kata Hendri, berada di kisaran 75 persen suara yang masuk.
"Pasti masih bisa berubah, apalagi kalau masih 60 persen. Masih dinamis. Angka stabil itu 75 persen ke atas," kata Hendri kepada reporter Tirto, pada Jumat (3/5/2019).
Sebaliknya, Direktur Riset Lembaga Populi Center, Usep S. Ahyar, menganggap perolehan suara masuk di angka 60 persen sudah menunjukkan kestabilan persentase kedua paslon. Jika ada pergeseran angka, tak akan mengubah komposisi keunggulan antara Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga.
Usep mengatakan, dengan jumlah suara yang masuk telah mencapai lebih dari 60 persen, ia berkeyakinan sulit untuk membalikkan keadaan keunggulan Jokowi-Ma'ruf dibanding Prabowo-Sandiaga.
"Kalau persebarannya merata susah untuk berubah, tapi ini kalau kita lihat komposisi kemenangan di beberapa provinsi tidak ada ekstrem. Ya bedanya dikit, agak susah mengubah komposisi, membalik [keunggulan] agak susah," kata Usep kepada reporter Tirto.
Perolehan suara yang ada di Situng KPU ini, menurut Usep, mirip dengan hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Berdasarkan hitung cepat usai pemungutan suara pada 17 April lalu, pasangan calon Jokowi-Ma'ruf unggul dibandingkan Prabowo-Sandiaga.
"Jadi ini menunjukkan ilmu pengetahuan dan metodologi dilakukan dengan benar melalui quick count," ucap Usep.
Hal senada diungkapkan Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepsi), Hamdi Muluk. Ia mengatakan menjelang 100 persen pada data Situng yang masuk, pergeseran angka tidak akan mengubah posisi keunggulan Jokowi-Ma'ruf dibanding Prabowo-Sandi.
Hamdi menjelaskan berdasarkan teori probabilitas, hasil akhir rekapitulasi suara tidak akan berbeda dengan quick count yang dilakukan lembaga-lembaga survei usai pencoblosan pada 17 April lalu.
"Mungkin menjelang 100 persen data Situng masuk, komposisi naik turun dua persen atau tiga persen di masing-masing paslon, tapi hasil akhirnya enggak akan jauh-jauh dari versi quick count," jelas Hamdi kepada reporter Tirto.
"Jadi sebenarnya secara ilmiah, Jokowi sudah menang, akan menang dengan kisaran 55 persen banding 45 persen [+/- 1 persen dari qucik count]," pungkas Hamdi.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Abdul Aziz