Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Siapa Bapak Pramuka Indonesia: Peran Sultan HB IX di Kepanduan

Sejarah mencatat, Sultan Hamengkubuwana IX ditetapkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia berkat jasa dan peran besarnya di kancah Kepanduan.

Siapa Bapak Pramuka Indonesia: Peran Sultan HB IX di Kepanduan
Hamengkubuwono IX. Foto/koleksikunoanggoro

tirto.id - Sultan HB IX dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Gerakan pramuka di Indonesia sendiri mencapai usianya yang ke-60 tahun. Ini terhitung sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka oleh Presiden Soekarno.

Kendati baru resmi diperkenalkan pada tahun 1961, mengutip laman Museum Sumpah Pemuda, awal organisasi pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda, dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) pada 1912, yang kemudian berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIVP) pada 1916.

Kemudian di tahun yang sama, Mangkunegara VII membentuk organisasi kepanduan pertama Indonesia dengan nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).

Lahirnya JPO memicu gerakan nasional lainnya untuk membuat organisasi sejenis pada saat itu, di antaranya: Hizbul Wahton pada 1918, Jong Java Padvinderij (JJP) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS) dan dan penyatuan organisasi pandu diawali dengan lahirnya INPO (Indonesische Padvinderij Organisatie) pada 1926 sebagai peleburan dua organisasi kepanduan, Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).

Pasca-kemerdekaan, gerakan kepanduan mulai surut. Maka dari itu, pada 1960 pemerintah dan MPRS berupaya untuk membenahi organisasi kepramukaan di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari upaya tersebut, pada 9 Maret 1961 Preseiden Soekarno mengumpulkan tokoh-tokoh dari gerakan kepramukaan Indonesia. Presiden mengatakan, bahwa organisasi kepanduan yang ada harus diperbaharui, aktivitas pendidikan haruslah diganti, dan seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu dengah nama Pramuka.

Dalam kesempatan ini juga presiden membentuk panitia pembentukan gerakan Pramuka yang tediri dari Sultan Hamengkubuwono XI, Prof. Prijono. Dr. A. Aziz Saleh serta Achmadi. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Hari Tunas Gerakan Pramuka.

Buah hasil kerja panitia tersebut yaitu dikeluarkannya lampiran keputusan Presiden nomor 238 tahun 1961 pada 20 Mei 1961 tentang gerakan Pramuka. Selanjutnya, pada 14 Agustus 1961 dilakukan MAPINAS (Majelis Pimpinan Nasional), yang secara resmi mengenalkan gerakan Pramuka di Jakarta sekaligus penetapan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Kwartir Nasional yang pertama. Kini, Sultan HB IX dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Profil Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia

Hamengkubuwono IX (HB IX) lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Dorojatun. Ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah.

Pada umur 4 tahun Dorojatun tinggal terpisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung.

Kemudian pada tahun 1930-an, ia melanjutkan studi dengan berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda. HB IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo”.

Sejak muda, HB IX memang sudah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan. Mengutip Sri Sultan Hamengku Buwono IX: Riwayat Hidup dan Perjuangan (1996), menjelang tahun 1960-an, ia telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan).

Presiden RI saat itu, Soekarno, berulang kali berkonsultasi dengan Sri Sultan mengenai penyatuan organisasi kepanduan, pendirian gerakan pramuka, dan pengembangannya.

Hal itu akhirnya terimplementasi pada 9 Maret 1961, dengan dibentuknya Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka, yang menelurkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka serta terbitnya Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961.

Peran Raja Yogyakarta dalam membangun Pramuka sangatlah besar. Berkatnya, Pramuka Indonesia bahkan dikenal hingga ke luar negeri.

Dalam Sri Sultan Hamengku Buwono IX: Riwayat Hidup dan Perjuangan (1996) tercatat, bahwa pada 1973, HB IX menerima penghargaan tertinggi dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau Organisasi Kepanduan Internasional, yakni Bronze Wolf Award.

Lebih lanjut, atas jasa dan sumbangsihnya bagi kancah Kepanduan nasional, Sultan HB IX dikukuhkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia dalam Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka 1988 yang digelar di Dili, Timor-Timur.

Kata “Pramuka” sendiri sebenarnya juga pertama kali tercetus oleh HB IX. Sebelum dikenal dengan nama Pramuka, gerakan ini disebut Kepanduan. Barulah Sultan HB IX mencetuskan nama “Pramuka”, yang terinspirasi dari kata Poromuko atau “pasukan terdepan dalam perang”.

Istilah Pramuka yang diciptakan oleh Sultan HB IX kemudian diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Suka Berkarya”.

Kiprah Sultan di Kepanduan

Sebelum dikenal dengan nama Pramuka, gerakan ini disebut Kepanduan dan sudah hadir di Nusantara sejak awal abad ke-20. Adalah Sultan HB IX yang mencetuskan nama Pramuka, terinspirasi dari kata Poromuko atau “pasukan terdepan dalam perang”.

Istilah Pramuka yang diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwana IX kemudian diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Suka Berkarya”.

Sejak muda, Sultan HB IX sudah aktif sebagai anggota gerakan Kepanduan. Saat itu, cukup banyak gerakan Kepanduan di Indonesia yang biasanya dikelola oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan atau perhimpunan pemuda.

Tahun 1960, level Kepanduan Sultan HB IX sudah mencapai Pandu Agung atau Pemimpin Kepanduan, sehingga ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) Pramuka bersama Brigjen TNI Dr. A. Aziz Saleh. Ketua Mapinas adalah Presiden Sukarno.

Sebelum Pramuka diresmikan, meskipun sudah dikenal sebelumnya, Bung Karno sering berkonsultasi dengan Sultan HB IX. Presiden Sukarno ingin menyatukan semua gerakan Kepanduan atau Pramuka di Indonesia.

Dan akhirnya, keinginan itu terwujud pada 14 Agustus 1961. Sultan HB IX pun dipercaya menempati posisi tertinggi sebagai Ketua Kwartir Nasional, bahkan hingga 4 periode sampai tahun 1974.

Dikutip dari buku Sri Sultan Hamengku Buwono IX: Riwayat Hidup dan Perjuangan (1996), peran Raja Yogyakarta yang nantinya menjadi Wakil Presiden RI ini dalam membangun Pramuka dari masa transisi dari Kepanduan sangat besar.

Pramuka Indonesia bahkan dikenal hingga ke luar negeri. Pada 1973, Sultan HB IX menerima penghargaan tertinggi dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau Organisasi Kepanduan Internasional, yakni Bronze Wolf Award.

Atas jasa dan sumbangsihnya bagi kancah Kepanduan nasional, Sultan HB IX dikukuhkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia dalam Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka 1988 yang digelar di Dili, Timor-Timur.

Hari-Hari Bersejarah dalam Pramuka

Dalam sejarah kepramukaan di Indonesia, terdapat beberapa momentum yang menjadi penetapan hari bersejarah dalam Pramuka.

Untuk mengenang tokoh kepanduan dunia, tanggal 22 Februari ditetapkan sebagai Hari Baden Powell atau Hari Kepanduan Sedunia.

Hari Tunas Gerakan Pramuka ditetapkan berdasarkan hari sewaktu dilakukannya Pidato Presiden/Mandataris MPRS di hadapan perwakilan berbagai organisasi kepanduan Indonesia, yaitu 9 Maret 1961.

Sementara itu, ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 bertanggal 20 Mei 1961 tentang penetapan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan, dijadikan momentum Hari Permulaan Tahun Kerja.

Hari tersebut adalah tonggak untuk pendidikan kepramukaan selain juga pada 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Kemudian, hari bersejarah dalam Pramuka Indonesia selanjutnya yaitu Hari Ikrar Gerakan Pramuka yang ditetapkan berdasarkan momentum peleburan berbagai organisasi Gerakan Pramuka pada 30 Juli 1961.

Di Istana Olahraga Senayan saat itu, semua organisasi kepanduan menyatakan ini bersatu dalam wadah Pramuka.

Sementara itu, Hari Pramuka ditetapkan setiap 14 Agustus. Peristiwa yang melatarbelakanginya yaitu pada 1 Agustus 1961 dilantik pengurus Gerakan Pramuka dan sekaligus berlangsungnya defile Pramuka. Tujuan defile ini adalah memperkenalkan Gerakan Pramuka Indonesia pada khalayak.

Baca juga artikel terkait HARI PRAMUKA atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Penyelaras: Yulaika Ramadhani